HAJI NUNUT DARI JOMBANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

- Nunut
adalah menumpang (di kendaraan).
- Kisah
Nyata: 'Kaji Nunut', Naik Haji Modal Nekat Tanpa Uang
3.
Nunut'.
Kisah Legendaris Penyusup ke Tanah Suci, Mungkin Anda belum pernah mendengar
kisah ini.
4.
Cerita
tentang orang yang menyusup pesawat haji pergi ke Tanah Suci.
5.
Pria
asal Jombang, Jawa Timur, itu tak punya uang untuk berhaji.
6.
Sehingga
pada 1992, dia diam-diam nebeng pesawat rombongan haji yang berangkat dari
Bandara Juanda.
7. Namanya Choirun Nasichien, seorang
lelaki paruh baya sederhana dari Jombang.
8. Bicaranya sangat lugu dan sikapnya
teramat polos.
9. Choirun dilahirkan dari keluarga
miskin.
10. Sehari-hari ia memang orang yang religius
di kampungnya.
11. Eloknya, saking seringnya memakai
topi haji putih, sehari-hari Choirun sudah sering dipanggil dengan sebutan
‘Haji’ oleh warga kampungnya, meski dia belum pernah ke Tanah Suci.
12. Ongkos naik haji saat itu sekitar Rp
6 juta tak terjangkau koceknya.
13. Padahal, keinginan warga asli Sumobito,
Jombang, Jawa Timur, untuk berhaji mengganggu benaknya sejak 1990.
14. Tak hanya berdoa, Choirun rajin
mengikuti undian berhadiah untuk membayar ONH.
15. Pernah ia mengirim 900 lembar kupon
sebuah undian!
16. Niatnya berhaji tak terbendung ketika
dia memenangkan undian sampo pada 1992.
17. Choirun menerima hadiah emas seberat
5 gram.
18. Setelah diuangkan menjadi Rp 70 ribu,
Choirun memakainya persiapan ikut haji tahun itu juga.
19. “Uangnya saya belikan sandal, pakaian ihram,
dan perlengkapan haji yang lain,” kata pria kerja petani dan pedagang ini.
20. Merasa tak cukup bekal, pria 45
tahun ini mencari kiat jitu.
21. Sederhana saja.
22. Dia ingin menerapkan kebisaannya
nunut kendaraan bermotor, utamanya truk, jika ingin pergi ke mana-mana tanpa
ongkos.
23. “Seperti naik truk, kalau nanti saya
disuruh turun, ya, turun.
24. Wong namanya nunut,” kata pria yang
betah melajang ini.
25. Entah karena kepolosannya, niat
Choirun terbukti mulus saja.
26. Berbekal niat dan nekat, Choirun
mantap pergi haji.
27. “Pada ibu, saya bilang jika dalam 1-2
hari saya nggak kembali, berarti saya bisa naik haji.
28. Senin berangkat, Selasa pulang, Rabu
sampai Jombang,” katanya.
29. Dari Jombang ia naik bis ke Surabaya
diteruskan dengan bemo ke bandara.
30. Choirun sempat kecewa karena tak
tampak jamaah haji akan berangkat.
31. Namun, oleh seseorang ia diberitahu sore
hari ada rombongan haji akan berangkat.
32. Benar saja, pukul 19.00 WIB Kloter IX telihat
turun dari bis siap berangkat.
33. Ketika melompat pagar masuk ke
pesawat yang parkir di Bandara Juanda, dia masuk lewat pagar di ujung timur
ruang kedatangan internasional.
34. ”Sambil wirid, saya jalan biasa
saja.
35. Tidak ada yang menegur sampai saya
berada di atas pesawat.”
36. Tanpa ragu, Choirun bergabung dengan
rombongan tanpa satu pun Jamaah Calon Haji (JCH) merasa janggal, apalagi
petugas bandara.
37. Malah tanpa kecurigaan, ia sempat
berfoto-foto sebagai kenangan.
38. Sadar jika ia nunut, di dalam
pesawat Chorun tak memilih kursi bernomor.
39. Ada 4 kursi pramugari di bagian
lambung yang kosong.
40. Di situlah ia duduk hingga seorang
pramugari menegurnya saat pesawat sudah terbang menuju Jeddah.
41. “Saya jawab gak apa-apa karena saya
nunut,” katanya.
42. Si pramugari tersenyum saja disangka
bercanda.
43. Jamaah memperolah jatah makan dan
minum, posisi Choirun masih aman.
44. Entah kenapa, di tengah penerbangan,
seorang pramugari minta dokumen perjalanan Choirun.
45. Pria desa yang tak paham paspor dan
dokumen JCH membuat geger seisi pesawat.
46. Sadarlah JCH Kloter IX ada penumpang
gelap nunut di pesawat Garuda tersebut.
47. Untung ada JCH yang satu desa dengan
Choirun di Ngrumek, Sumobito, Jombang, mengenal Choirun.
48. Namanya Pak Harto, juragan ikan, dan
Pak Yazid.
49. “Pak Yazid Abdullah itu guru
madrasah saya.
50. Beliau meyakinkan kalau saya bukan
orang gila.
51. Dia juga bilang, saya warga satu
desa dengannya.
52. Saya miskin, tapi berniat betul
menjadi haji karena sudah lama dipanggil Pak Haji,” jlentrehnya.
53. Meski sempat bikin heboh, di
sepanjang perjalanan ke Jeddah, Choirun justru beroleh simpati seisi pesawat.
54. Bahkan, dari rapat kru pesawat dan
ketua rombongan, Choirun diupayakan memperoleh paspor.
55. Biaya akan ditanggung bersama oleh
semua jamaah Kloter IX.
56. Tapi, akhirnya, Choirun diputuskan
harus kembali ke tanah air.
57. Sempat disembunyikan kru pesawat
dalam toilet pesawat selama 1 jam untuk menghindari pemeriksaan Imigrasi
Kerajaan Arab Saudi di Bandara King Abdul Aziz.
58. Agar petugas imigrasi tidak curiga,
toilet pesawat ditulisi ‘rusak’.
59. Trik jitu ini membuat Choirun tak
sampai berurusan dengan aparat keamanan Arab Saudi.
60. Selama menunggu pesawat kembali ke
Indonesia, Choirun hanya bisa menangis dalam toilet.
61. Singkatnya, Choirun dipulangkan
langsung hari itu juga.
62. Dalam perjalanan, dia malah merasa
dimanjakan.
63. Dia menjadi satu-satunya penumpang pesawat
berkapasitas 500-an kursi itu.
64. Dia bisa menyaksikan film serta
menikmati makanan kesukaannya.
65. “Kayak wong sugih, aku iso carter
pesawat.
66. Opo ora hebat? Hehehe…,” ungkapnya.
67. Kasus Choirun ini mendapat liputan
luas dari media massa saat itu.
68. Maka, dia pun dijuluki “Haji Nunut.”
69. Choirun kemudian mendapat simpati
dari berbagai pihak, termasuk sebuah media harian di Jawa Timur yang menulis
kisahnya secara berseri.
70. Ada pengalaman menarik lainnya yang
dialami Choirun.
71. Meski ia tidak berurusan dengan
pihak imigrasi, kepolisian, dan bandara, karena ia nyelonong masuk ke pesawat
tanpa izin petugas, dia harus berurusan dengan Detasmen Intelijen (Denintel)
Kodam V/Brawijaya di Wonocolo.
72. Berhari-hari dia menginap di sana
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
73. Maklumlah, pada zaman Orde Baru, Den
Intel cukup besar pengaruhnya dalam berbagai persoalan.
74. Wartawan yang salah nulis pun harus ‘disekolahkan’
di Wonocolo.
75. Nah, ketika pulang dari Wonocolo, di
bawah mata Choirun terlihat seperti bekas benda tumpul.
76. Bekas itu masih ada hingga sekarang.
77. Namun, ketika ditanya ia mengaku
jatuh terpeleset di kamar mandi ketika dimintai keterangan di Wonocolo.
78. “Saya tidak diapa-apakan kok,”
katanya.
79. Kisahnya nunut pesawat mengetuk hati
beberapa dermawan, ada lebih dari empat pihak yang menawarkan ONH gratis untuk
Choirun.
80. Salah satunya Haji Tosim yang
akhirnya memberangkatkan haji si Choirun pada 1994.
81. Menariknya, saat ia benar-benar
berhaji tahun 1994, Choirun sempat masuk kawasan Istana Raja Fadh, yang
merupakan kawasan tertutup bagi orang biasa.
82. Dalam komplek istana ia sempat
bertemu rombongan pejabat Indonesia, antara lain Pangab Jenderal Faisal Tanjung
dan Mendikbud Wardiman Djojonegoro.
83. Pada tahun 2005, seorang pengusaha menaruh
simpati padanya memberi fasilitas Choirun naik haji gratis.
84. Kini, Choirun sering diminta berbagai
kalangan untuk membaca doa dalam hajatan atau memberi tausiyah majelis taklim.
85. Meski sudah dua kali naik haji
(beneran), Choirun Nasichien masih tetap dijuluki ‘Haji Nunut’.
(Sumber: internet).
0 comments:
Post a Comment