KISAH OPOR AYAM UNTUK SAJIAN LEBARAN
Oleh Drs. HM. Yusron Hadi, MM
OPOR LEBARAN
Opor
identik dengan ayam.
Tapi
dahulu berbagai jenis hewan bisa dijadikan opor.
Ada
campur baur pengaruh dalam sajian opor.
Ketumbar,
jintan, jahe, kemiri dan beberapa bumbu lainnya dihaluskan.
Lalu
ditumis hingga harum bersama daun salam, daun jeruk, lengkuas, dan batang
serai.
Jika
sudah wangi, masukkan ayam kampung, aduk merata hingga berubah warna.
Kemudian
santan cair dan santan kental dituang secara terpisah.
Berbagai
rempah dan bumbu masakan itu.
Yang
menciptakan sepanci opor ayam untuk sajian Lebaran.
Murdijati
Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, dkk.
Dalam Kuliner
Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa.
Opor
biasa disajikan terutama saat Syawalan bersama ketupat.
“Di Yogyakarta, saat Lebaran (1 Syawal)
biasanya ada tradisi Syawalan.
Sebagai
ungkapan syukur karena selamat menjalankan ibadah puasa.
Dan
untuk menyongsong hari raya Idulfitri.
Tradisi
Syawalan diadakan oleh keraton, bangsawan, dan masyarakat pedesaan.
Setelah
selesai salat id.
Seluruh
anggota keluarga saling bermaafan.
Dan
dilanjutkan makan ketupat opor bersama.
Menjelang
siang, biasanya ada acara silaturahmi.
Yang
muda berkunjung kepada yang tua untuk mohon maaf.
Saling
kunjung selalu ditemui hidangan yang mirip.
Yakni
opor ayam, sambal goreng daging printil, abon, irisan telur dadar, bubuk
kedelai, dan kerupuk udang.
Sebagai
suguhan para tamu.’
Biasanya
tersaji pula tape ketan dan emping.
Serta
kue yang banyak dijual menjelang Lebaran.
Opor
ayam begitu identik dengan Lebaran.
Sehingga
sulit membayangkan Lebaran tanpa opor ayam.
Khususnya
di Yogyakarta.
Tapi,
rupanya dalam satu panci sajian.
Yang
kuahnya berpadu wangi rempah, santan, dan beragam bumbu itu.
Teraduk
pula keragaman budaya yang melintasi Nusantara.
Menurut
Murdijati Gardjito.
Dahulu
di Semarang, kuah opor ayam dijadikan pengganti kuah lontong Cap Go Meh khas
Semarang.
Karena
sajian asli lontong Cap Go Meh memakai kuah daging babi.
Lontong
Cap Go Meh adalah akulturasi budaya makan Tionghoa dan Jawa.
Hidangan
ini konon ada sejak abad ke-14 M.
Kisahnya, Laksamana Cheng Ho tiba di Pantai
Utara Jawa.
Yang
kental dengan makanan tradisional, salah satunya lontong.
Setelah
Cap Go Meh, anak buah Laksamana Cheng Ho mencari makanan penutup berupa
lontong.
Sehingga
makanan ini disebut lontong Cap Go Meh.
Penyajiannya
di Indonesia dikaitkan rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Tepatnya
hari ke-15.
Untuk
menghormati warga lokal yang mayoritas muslim.
Maka
kuahnya diganti dengan kuah opor ayam yang kental.
Kuah
opor ayam ada 2 jenis.
Yaitu
opor putih dan opor kuning.
Opor
putih digemari kalangan wanita Tionghoa.
Opor
kuning dimasak oleh penduduk asli Indonesia dengan menambahkan kunyit.
Agar
terlihat cantik, tidak pucat, dan lebih menyehatkan badan.
Kunyit
dipercaya penyeimbang santan.
Warna
kuning kunyit dihubungkan dengan warna
emas yang berkonotasi kemakmuran.
Menu
opor lebih variatif tercatat dalam Serat Centhini.
Opor
tak melulu ayam.
Tapi
bisa diganti bebek atau ikan.
(Sumber
historia.com)
0 comments:
Post a Comment