Sunday, May 16, 2021

9614. KISAH OPOR AYAM UNTUK SAJIAN LEBARAN

 


KISAH OPOR AYAM UNTUK SAJIAN LEBARAN

Oleh Drs. HM. Yusron Hadi, MM

 

 

 

OPOR LEBARAN

Opor identik dengan ayam.

 

 

Tapi dahulu berbagai jenis hewan bisa dijadikan opor. 

 

Ada campur baur pengaruh dalam sajian opor.

   

 

Ketumbar, jintan, jahe, kemiri dan beberapa bumbu lainnya dihaluskan.

 

 

Lalu ditumis hingga harum bersama daun salam, daun jeruk, lengkuas, dan batang serai.

 

Jika sudah wangi, masukkan ayam kampung, aduk merata hingga berubah warna.

 

 

Kemudian santan cair dan santan kental dituang secara terpisah. 

Berbagai rempah dan bumbu masakan itu.

 

 

Yang menciptakan sepanci opor ayam untuk sajian Lebaran.

 

 

Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, dkk.

 

 

Dalam Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa.

 

 

Opor biasa disajikan terutama saat Syawalan bersama ketupat.

 

 

 “Di Yogyakarta, saat Lebaran (1 Syawal) biasanya ada tradisi Syawalan.

 

Sebagai ungkapan syukur karena selamat menjalankan ibadah puasa.

 

Dan untuk menyongsong hari raya Idulfitri.

 

Tradisi Syawalan diadakan oleh keraton, bangsawan, dan masyarakat pedesaan.

 

 

Setelah selesai salat id.

 

 

Seluruh anggota keluarga saling bermaafan.

 

 

Dan dilanjutkan makan ketupat opor bersama. 

 

  

Menjelang siang, biasanya ada acara silaturahmi.

 

 

Yang muda berkunjung kepada yang tua untuk mohon maaf.

 

 

Saling kunjung selalu ditemui hidangan yang mirip.

 

Yakni opor ayam, sambal goreng daging printil, abon, irisan telur dadar, bubuk kedelai, dan kerupuk udang.

 

 

Sebagai suguhan para tamu.’

 

Biasanya tersaji pula tape ketan dan emping.

 

 

Serta kue yang banyak dijual menjelang Lebaran.

 

 

Opor ayam begitu identik dengan Lebaran.

 

 

Sehingga sulit membayangkan Lebaran tanpa opor ayam.

 

 

Khususnya di Yogyakarta.

 

 

Tapi, rupanya dalam satu panci sajian.

 

Yang kuahnya berpadu wangi rempah, santan, dan beragam bumbu itu.

 

 

Teraduk pula keragaman budaya yang melintasi Nusantara.

 

 

Menurut Murdijati Gardjito.

 

 

Dahulu di Semarang, kuah opor ayam dijadikan pengganti kuah lontong Cap Go Meh khas Semarang.

 

 

Karena sajian asli lontong Cap Go Meh memakai kuah daging babi.

 

 

Lontong Cap Go Meh adalah akulturasi budaya makan Tionghoa dan Jawa.

 

 

Hidangan ini konon ada sejak abad ke-14 M.

 

 Kisahnya, Laksamana Cheng Ho tiba di Pantai Utara Jawa.

 

 

Yang kental dengan makanan tradisional, salah satunya lontong.

 

Setelah Cap Go Meh, anak buah Laksamana Cheng Ho mencari makanan penutup berupa lontong.

 

Sehingga makanan ini disebut lontong Cap Go Meh.

Penyajiannya di Indonesia dikaitkan rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.

 

 

Tepatnya hari ke-15. 

 

 

Untuk menghormati warga lokal yang mayoritas muslim.

 

 

Maka kuahnya diganti dengan kuah opor ayam yang kental. 

 

 

Kuah opor ayam ada 2 jenis.

 

 

Yaitu opor putih dan opor kuning.

 

 

Opor putih digemari kalangan wanita Tionghoa.

 

Opor kuning dimasak oleh penduduk asli Indonesia dengan menambahkan kunyit.

 

 

Agar terlihat cantik, tidak pucat, dan lebih menyehatkan badan. 

 

 

Kunyit dipercaya  penyeimbang santan.

 

Warna kuning kunyit  dihubungkan dengan warna emas yang berkonotasi kemakmuran.

 

Menu opor lebih variatif tercatat dalam Serat Centhini. 

 

 

Opor tak melulu ayam.

 

 

Tapi bisa diganti bebek atau ikan.

 

(Sumber historia.com)

 

 

0 comments:

Post a Comment