ANIES BASWEDAN GABUNGAN
SINTESA SOEKARNO JOKOWI
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Relawan Sekretariat Kolaborasi
Indonesia (SKI).
Jawa Tengah.
Deklarasi Jawa Tengah.
Untuk Anies Baswedan.
Calon Presiden Pilihan Rakyat.
Di Rumah Budaya
(Ndalem Padmosusastro).
Jalan Ronggowarsito No 153.
Solo, Jawa Tengah.
Minggu 16 Oktober 2022.
Bangsa ini.
Sangat butuh pemimpin nasional.
Model Anies Baswedan.
Untuk mengembalikan harapan.
Tentang cita-cita kemerdekaan.
Seperti diinginkan.
Para pendiri republik.
Bisa terwujud.
Koordinator Sekolah Kepemimpinan Publik.
Sekretariat Kolaborasi
Indonesia (SKI).
Jawa Tengah.
Thontowi Jauhari menyebut.
Bahwa Anies Baswedan.
Bukan antitesis Jokowi.
Tapi Anies baswedan.
Sintesa Soekarno-Jokowi.
“Dalam teori dialektika.
Antitesa itu ingkar.
Atau negasi tesa.
Kalau tesanya Jokowi.
Artinya Anies Baswedan.
Mengingkari atau negasi.
Terhadap Jokowi,” katanya.
Senin 17 Oktober 2022.
Padahal dalam memimpin
JakArta.
Anies Baswedan.
Tak jadi antitesis.
Terhadap gubernur
sebelumnya.
Banyak program belum
selesai.
Pada gubernur
sebelumnya.
Dilanjutkan oleh Anies.
Jika program itu.
Tak merugikan rakyat.
Tapi Anies Baswedan.
Merevisi kebijakan.
Yang tidak berpihak
rakyat.
Sintesa.
Yaitu proses dialektika.
Kesatuan kontradiksi.
Melengkapi 2 konsep pengertian.
Yang saling berlawanan.
Agar tercipta konsep baru.
Yang lebih ideal.
Hal ini konsep baru.
Dalam kultur pemimpin nasional.
Yang ditawarkan Anies Baswedan.
Lewat best practise-nya.
Saat jadi Gubernur DKI,” tutur dia.
Suksesi nasional.
Yang bersifat
tesa-antitesa.
Tak sehat dalam hidup bernegara.
1)
Soeharto antitesis Soekarno.
2)
Rezim era reformasi.
Antitesis terhadap
Soeharto.
3)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Antitesis Megawati.
4)
Jokowi antitesis SBY.
“Relasi
tesa-antitesa.
Tak produktif bagi pemimpin
nasional.
Suatu rezim mengingkari.
Yaitu menjelek-jelekkan.
Terhadap rezim
sebelumnya.
Bahkan ada yang tak mau
jabat tangan.
Alasan Anies
Baswedan.
Sintesa
Soekarno-Jokowi.
1.
Anies Baswedan.
Punya 3 kecakapan
politik.
Yaitu gagasan,
narasi, dan karya.
Anies Baswedan.
Bicara dalam banyak
kesempatan,
“Apa yang kita
kerjakan di Jakarta.
Selalu terkait 3
hal, yaitu:
1)
Ide.
2)
Narasi.
3)
Karya.
Tiap karya ada
narasi.
Sebelum narasi.
Pasti ada gagasan.
Tak ada karya.
Tanpa gagasan.
Tak ada kebijakan.
Tanpa gagasan.”
“Tiga kecakapan
politik itu.
Secara gemilang
dilakukan.
Saat jadi Gubernur
DKI.
Saat awal menjabat.
Banyak yang ragu.
Apakah berani
eksekusi.
Atas gagasan dan
narasi.
Yang disampaikan.
Faktanya.
Anies sukses besar.
Melakukan eksekusi.
Berupa karya-karya.
Berbasis gagasan,”
ungkapnya.
2.
Karya-karya.
Istilah Jokowi :
Kerja,kerja, kerja.
Anies Baswedan.
Dengan pondasi gagasan dan narasi.
Yaitu sintesa.
Model pemimpin Soekarno-Jokowi.
Bung Karno.
Dominan ide besar
dan narasi.
Tapi gagal dalam karya.
Bung Karno orator
ulung.
Pemikir besar.
Tapi gagal dalam praktik
kerja.
Misalnya.
Konsep Nasakom.
Atau Nasionalis, Agama,
dan KOMunis.
Hal itu gagasan
besar.
Untuk menyatukan
bangsa.
Tapi Soekarno gagal.
Dalam
implementasinya,” ujar dia.
3.
Jokowi miskin gagasan dan narasi.
Saat Jokowi bernarasi.
Tak bersifat konseptual.
Terkesan pencitraan.
Keunggulan Jokowi.
Yaitu berani dalam kerja (karya).
“Saking beraninya.
Karena miskin gagasan.
Karya Jokowi.
Sering sesat kerja,” katanya.
Contohnya.
Jokowi evisi UU KPK.
Subtansinya memperlemah
KPK.
Tapi Jokowi selalu
mengatakan.
Revisi UU KPK.
Unutk memperkuat
KPK.
Mungkin Jokowi.
Tak paham apa yang dilakukan.
Contoh lainnya.
Membangunan kereta
cepat.
Bandung-Jakarta.
Tapi pada saat sama.
Jokowi memindah ibu kota negara.
Lalu kereta cepat
itu .
Untuk mengangkut siapa.
Penumpang mana yang
dibidik.
Tampaknya.
Karya Jokowi bersifat
naluri.
Tapi tak punya
pondasi gagasan,” ujar Thontowi.
4.
Sintesa Soekarno-Jokowi.
Ada pada Anies Baswedan.
Saat deklarasi capres Partai NasDem.
Anies Baswedan.
Memilih diksi continuity and change.
Yaitu keberlanjutan dan perubahan.
Saat ditanya wartawan.
Apa yang akan dilakukan.
Jika terpilih jadi presiden.
“Pilihan continuity and change.
Bahwa Anies Baswedan.
Bukan antitesis Jokowi.
Karena Anies kuat dan cakap.,
Dalam gagasan, narasi, dan karya.
Kami berkesimpulan.
Kebaikan Soekarno dan Jokowi.
Saling melengkapi.
Kebaikan saling melengkapi itu.
Ada Anies Baswedan,” tutur dia.
Bangsa ini.
Sangat butuh
pemimpin nasional.
Model Anies Baswedan.
Untuk mengembalikan
harapan.
Tentang cita-cita
kemerdekaan.
Seperti impian.
Para pendiri
republik.
Bisa terwujud.
“Untuk mewujudkan harapan.
Hanya Anies yang mau, mampu.
Dan punya
tekad.
Maka mari kita tiru.
Mari kita terjun langsung.
Melakukan edukasi pada warga negara.
Untuk dukung Anies Baswedan,” katanya.
(sumber kba)
0 comments:
Post a Comment