Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, December 14, 2017

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Wednesday, December 13, 2017

561. GAUL

BERGAUL DENGAN NON-MUSLIM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara umat Muslim bergaul dengan non-Muslim menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “saudara” dalam Al-Quran adalah “akh”, dan kata “akh” pada mulanya berarti “persamaan dan keserasian”, sehingga dalam Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17  ayat 27 mempersaudarakan pemboros dengan setan karena sifat mereka sama.
      Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 27.

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

      “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
      Dalam Al-Quran ditemukan kata “akh” dalam bentuk tunggal sebanyak 52 kali, sebagian artinya adalah “saudara kandung”, lainnya lagi artinya “saudara sebangsa”,  meskipun tidak seagama, seperti firman Allah, “Kepada kaum 'Ad yang (yang durhaka) diutus saudara mereka (Nabi) Hud”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 65.

۞ وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

      “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata,”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”
     Agama Islam berpesan bahwa hubungan antarmanusia adalah hubungan “persaudaraan”, bukan hubungan “take and give” (saling memberi dan menerima), yaitu agar memperlakukan orang lain sebagai saudara, karena semua manusia berasal  Nabi Adam dan Hawa.
      Semua manusia akan merasakan sakit apabila dicubit dan merasakan senang apabila dihibur, persaudaraan menuntut hubungan yang serasi dan jalinan kasih sayang, karena Nabi bersabda,”Usahakan saling kunjung-mengunjungi, dan saling bertukar hadiah, di antara sesama manusia.”

      Ajaran Islam tidak melarang memberikan hadiah kepada siapa pun, dan menerima hadiah dari mana pun, asalkan tidak mengganggu dan mencemarkan akidah, karena Nabi juga menerima hadiah dari penguasa Mesir yang beragama Kristen, berupa seorang gadis bernama Maria Qibti yang melahirkan putra Nabi yang bernama Ibrahim.
     Ketika beberapa sahabat Nabi yang telah terbiasa memberikan bantuan kepada non-Muslim, bermaksud menghentikan bantuannya dengan harapan penghentian itu akan mengantarkan mereka memeluk Islam.
     Allah menegur dan melarang sikap para sahabat tersebut, meskipun para sahabat bersikap pasif, bukan bersikap aktif yang artinya memberikan sesuatu agar mereka masuk Islam.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 272.

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

      “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, akan tetapi Allah yang memberikan petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
     Ayat Al-Quran tersebut menegaskan bahwa, “Janganlah mengaitkan suatu hadiah atau bantuan dengan keimanan atau kekufuran, tetapi pemberian itu semata demi persaudaraan atau kemanusiaan”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa menjalin hubungan kasih sayang dengan musuh adalah terlarang, tetapi perlakuan adil terhadap mereka adalah kewajiban.
      Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

      “Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
    Ayat Al-Quran ini turun berkenaan dengan keengganan Asma putri Abu Bakar  yang tidak mau menerima hadiah dari ibunya yang ketika itu belum memeluk Islam, kemudian Nabi Muhammad memerintahkannya untuk menerima dan berbuat baik kepada ibunya.
      Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 9.

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

      “Sesungguhnya Allah hanya melarangmu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusirmu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

561. GAUL

BERGAUL DENGAN NON-MUSLIM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara umat Muslim bergaul dengan non-Muslim menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “saudara” dalam Al-Quran adalah “akh”, dan kata “akh” pada mulanya berarti “persamaan dan keserasian”, sehingga dalam Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17  ayat 27 mempersaudarakan pemboros dengan setan karena sifat mereka sama.
      Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 27.

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

      “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
      Dalam Al-Quran ditemukan kata “akh” dalam bentuk tunggal sebanyak 52 kali, sebagian artinya adalah “saudara kandung”, lainnya lagi artinya “saudara sebangsa”,  meskipun tidak seagama, seperti firman Allah, “Kepada kaum 'Ad yang (yang durhaka) diutus saudara mereka (Nabi) Hud”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 65.

۞ وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

      “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata,”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”
     Agama Islam berpesan bahwa hubungan antarmanusia adalah hubungan “persaudaraan”, bukan hubungan “take and give” (saling memberi dan menerima), yaitu agar memperlakukan orang lain sebagai saudara, karena semua manusia berasal  Nabi Adam dan Hawa.
      Semua manusia akan merasakan sakit apabila dicubit dan merasakan senang apabila dihibur, persaudaraan menuntut hubungan yang serasi dan jalinan kasih sayang, karena Nabi bersabda,”Usahakan saling kunjung-mengunjungi, dan saling bertukar hadiah, di antara sesama manusia.”

      Ajaran Islam tidak melarang memberikan hadiah kepada siapa pun, dan menerima hadiah dari mana pun, asalkan tidak mengganggu dan mencemarkan akidah, karena Nabi juga menerima hadiah dari penguasa Mesir yang beragama Kristen, berupa seorang gadis bernama Maria Qibti yang melahirkan putra Nabi yang bernama Ibrahim.
     Ketika beberapa sahabat Nabi yang telah terbiasa memberikan bantuan kepada non-Muslim, bermaksud menghentikan bantuannya dengan harapan penghentian itu akan mengantarkan mereka memeluk Islam.
     Allah menegur dan melarang sikap para sahabat tersebut, meskipun para sahabat bersikap pasif, bukan bersikap aktif yang artinya memberikan sesuatu agar mereka masuk Islam.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 272.

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

      “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, akan tetapi Allah yang memberikan petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
     Ayat Al-Quran tersebut menegaskan bahwa, “Janganlah mengaitkan suatu hadiah atau bantuan dengan keimanan atau kekufuran, tetapi pemberian itu semata demi persaudaraan atau kemanusiaan”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa menjalin hubungan kasih sayang dengan musuh adalah terlarang, tetapi perlakuan adil terhadap mereka adalah kewajiban.
      Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

      “Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
    Ayat Al-Quran ini turun berkenaan dengan keengganan Asma putri Abu Bakar  yang tidak mau menerima hadiah dari ibunya yang ketika itu belum memeluk Islam, kemudian Nabi Muhammad memerintahkannya untuk menerima dan berbuat baik kepada ibunya.
      Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 9.

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

      “Sesungguhnya Allah hanya melarangmu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusirmu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

561. GAUL

BERGAUL DENGAN NON-MUSLIM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara umat Muslim bergaul dengan non-Muslim menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “saudara” dalam Al-Quran adalah “akh”, dan kata “akh” pada mulanya berarti “persamaan dan keserasian”, sehingga dalam Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17  ayat 27 mempersaudarakan pemboros dengan setan karena sifat mereka sama.
      Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 27.

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

      “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
      Dalam Al-Quran ditemukan kata “akh” dalam bentuk tunggal sebanyak 52 kali, sebagian artinya adalah “saudara kandung”, lainnya lagi artinya “saudara sebangsa”,  meskipun tidak seagama, seperti firman Allah, “Kepada kaum 'Ad yang (yang durhaka) diutus saudara mereka (Nabi) Hud”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 65.

۞ وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

      “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata,”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”
     Agama Islam berpesan bahwa hubungan antarmanusia adalah hubungan “persaudaraan”, bukan hubungan “take and give” (saling memberi dan menerima), yaitu agar memperlakukan orang lain sebagai saudara, karena semua manusia berasal  Nabi Adam dan Hawa.
      Semua manusia akan merasakan sakit apabila dicubit dan merasakan senang apabila dihibur, persaudaraan menuntut hubungan yang serasi dan jalinan kasih sayang, karena Nabi bersabda,”Usahakan saling kunjung-mengunjungi, dan saling bertukar hadiah, di antara sesama manusia.”

      Ajaran Islam tidak melarang memberikan hadiah kepada siapa pun, dan menerima hadiah dari mana pun, asalkan tidak mengganggu dan mencemarkan akidah, karena Nabi juga menerima hadiah dari penguasa Mesir yang beragama Kristen, berupa seorang gadis bernama Maria Qibti yang melahirkan putra Nabi yang bernama Ibrahim.
     Ketika beberapa sahabat Nabi yang telah terbiasa memberikan bantuan kepada non-Muslim, bermaksud menghentikan bantuannya dengan harapan penghentian itu akan mengantarkan mereka memeluk Islam.
     Allah menegur dan melarang sikap para sahabat tersebut, meskipun para sahabat bersikap pasif, bukan bersikap aktif yang artinya memberikan sesuatu agar mereka masuk Islam.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 272.

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

      “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, akan tetapi Allah yang memberikan petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
     Ayat Al-Quran tersebut menegaskan bahwa, “Janganlah mengaitkan suatu hadiah atau bantuan dengan keimanan atau kekufuran, tetapi pemberian itu semata demi persaudaraan atau kemanusiaan”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa menjalin hubungan kasih sayang dengan musuh adalah terlarang, tetapi perlakuan adil terhadap mereka adalah kewajiban.
      Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

      “Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
    Ayat Al-Quran ini turun berkenaan dengan keengganan Asma putri Abu Bakar  yang tidak mau menerima hadiah dari ibunya yang ketika itu belum memeluk Islam, kemudian Nabi Muhammad memerintahkannya untuk menerima dan berbuat baik kepada ibunya.
      Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 9.

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

      “Sesungguhnya Allah hanya melarangmu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusirmu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online