Sunday, July 2, 2017

120. RAHMAT

NABI MUHAMMAD,
RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib, 25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Berasal dari Madinah.  Abdullah dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
       Nabi Muhammad lahir yatim. Hidup dalam lingkungan terbelakang. Namun anak inilah yang namanya disebut-sebut ratusan juta manusia. Disertai decak kagum. Sejak zaman dahulu sampai sekarang. Sungguh luar biasa.
    Nabi Muhammad berbudi amat luhur. Dengan tekun dan sikap ksatria. Nabi menyebarkan rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam. Dengan rahmat itu, terpenuhi semua kebutuhan batin manusia. Menuju ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan.
      Nabi Muhammad menyebarkan kebaikan bagi seluruh alam. Bukan hanya untuk umat Islam saja. Tetapi untuk seluruh umat manusia. Juga, kebaikan untuk seluruh makhluk lainnya. Nabi Muhammad mengajarkan. “Apabila kalian mengendarai seekor binatang. Berikan hak-haknya. Jangan menyiksanya.”
      Nabi bersabda,”Seorang wanita dimasukkan ke dalam neraka. Karena dia mengurung seekor kucing. Dia tidak memberinya makan. Juga, tidak dilepasnya untuk mencari makan”. Pada kesempatan lain. Nabi bersabda,”Seorang yang bergelimang dosa. Diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Karena dia memberi minum seekor anjing yang kehausan.” 
      Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bersahabat dengan alam. Nabi tak menggunakan istilah “menundukkan” alam. Karena hal ini dapat menimbulkan kesombongan. Bisa memunculkan sikap sewenang-wenang. Nabi menggunakan istilah “Allah memudahkan alam untuk dikelola manusia.”
      Al-Quran surah Ibrahim. Surah ke-14 ayat 32. “Allah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan yang menjadi rezeki untukmu. Dia menundukkan bahtera bagimu, supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dia  menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
      Nabi berpesan agar tak merusak alam. Nabi melarang memetik buah yang masih mentah. Nabi melarang mengambil buah yang belum matang. Nabi melarang memetik bunga yang belum mekar. Nabi bersabda,”Biarkan semua bunga bermekaran, agar mata menikmati keindahannya. Supaya lebah dapat menghisap sarinya.”
     Nabi mencintai benda-benda yang tak bernyawa. Nabi memberi nama benda yang dimilikinya. Sebuah perisai diberi nama “Al-Fudhul”. Pedang Nabi diberi gelar “Zulfiqar”. Sebuah pelana disebut “Al-Daj.”
       Nabi memberi nama tikarnya dengan “Al-Kuz’. Sebuah cermin disebut “Al-Midallah.” Gelas Nabi diberi nama “Al-Shadir.” Tongkat Nabi dijuluki “Al-Mamsyuk.” Dan yang lainnya.
      Semua barang-barang Nabi diberi nama yang indah. Seolah-olah  benda  tak bernyawa itu mempunyai kepribadian. Membutuhkan uluran perawatan, penjagaan, persahabatan, rahmat, dan “kasih sayang”.
      Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
      Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika diganggu, dia akan melawan.
      Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain. Tak akan merusak lingkungannya.
     Nabi Muhammad membawa ajaran Islam yang mulia. Islam agama yang “rahmatan lilalamin”. Yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

0 comments:

Post a Comment