NABI
MUHAMMAD,
RAHMAT
BAGI SELURUH ALAM
Oleh:
Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala
SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi
Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib,
25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab,
ibu Nabi. Berasal dari Madinah. Abdullah
dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
Nabi Muhammad lahir yatim. Hidup dalam
lingkungan terbelakang. Namun anak inilah yang namanya disebut-sebut ratusan
juta manusia. Disertai decak kagum. Sejak zaman dahulu sampai sekarang. Sungguh
luar biasa.
Nabi Muhammad berbudi amat luhur. Dengan
tekun dan sikap ksatria. Nabi menyebarkan rahmat dan kasih sayang bagi seluruh
alam. Dengan rahmat itu, terpenuhi semua kebutuhan batin manusia. Menuju
ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Nabi Muhammad menyebarkan kebaikan bagi
seluruh alam. Bukan hanya untuk umat Islam saja. Tetapi untuk seluruh umat manusia.
Juga, kebaikan untuk seluruh makhluk lainnya. Nabi Muhammad mengajarkan.
“Apabila kalian mengendarai seekor binatang. Berikan hak-haknya. Jangan menyiksanya.”
Nabi bersabda,”Seorang wanita dimasukkan
ke dalam neraka. Karena dia mengurung seekor kucing. Dia tidak memberinya
makan. Juga, tidak dilepasnya untuk mencari makan”. Pada kesempatan lain. Nabi
bersabda,”Seorang yang bergelimang dosa. Diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Karena
dia memberi minum seekor anjing yang kehausan.”
Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia
bersahabat dengan alam. Nabi tak menggunakan istilah “menundukkan” alam. Karena
hal ini dapat menimbulkan kesombongan. Bisa memunculkan sikap sewenang-wenang.
Nabi menggunakan istilah “Allah memudahkan alam untuk dikelola manusia.”
Al-Quran surah Ibrahim. Surah ke-14 ayat
32. “Allah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian
Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan yang menjadi rezeki
untukmu. Dia menundukkan bahtera bagimu, supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya. Dia menundukkan
(pula) bagimu sungai-sungai.”
Nabi berpesan agar tak merusak alam. Nabi
melarang memetik buah yang masih mentah. Nabi melarang mengambil buah yang belum
matang. Nabi melarang memetik bunga yang belum mekar. Nabi bersabda,”Biarkan
semua bunga bermekaran, agar mata menikmati keindahannya. Supaya lebah dapat
menghisap sarinya.”
Nabi mencintai benda-benda yang tak
bernyawa. Nabi memberi nama benda yang dimilikinya. Sebuah perisai diberi nama
“Al-Fudhul”. Pedang Nabi diberi gelar “Zulfiqar”. Sebuah pelana disebut
“Al-Daj.”
Nabi memberi nama tikarnya dengan “Al-Kuz’. Sebuah
cermin disebut “Al-Midallah.” Gelas Nabi diberi nama “Al-Shadir.” Tongkat Nabi dijuluki
“Al-Mamsyuk.” Dan yang lainnya.
Semua barang-barang
Nabi diberi nama yang indah. Seolah-olah benda tak
bernyawa itu mempunyai kepribadian. Membutuhkan uluran perawatan, penjagaan, persahabatan,
rahmat, dan “kasih sayang”.
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik
ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya
perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih,
mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak
atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap
di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang
bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika
diganggu, dia akan melawan.
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti
tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain. Tak akan merusak
lingkungannya.
Nabi Muhammad membawa ajaran Islam yang mulia.
Islam agama yang “rahmatan lilalamin”. Yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
0 comments:
Post a Comment