Thursday, November 2, 2017

441. MACAM

MEMAHAMI MACAM-MACAM JIHAD
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Macam-macam jihad menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
       Kata “jihad” menurut KBBI V bisa diartikan “usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan”, “usaha sungguh-sungguh membela agama Islam  degan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga”, dan “perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam dengan syarat tertentu”.
      Para ulama menjelaskan bahwa terjadi kekeliruan dalam memahami istilah “jihad”, karena “jihad” biasanya  hanya  dipahami  dalam arti  “perjuangan fisik” atau “perlawanan bersenjata’, hal ini terjadi karena sering kali kata “jihad” terucapkan pada  saat perjuangan fisik.
     Salah satu bentuk jihad adalah perjuangan fisik dengan berperang,  tetapi  harus  diingat pula bahwa masih ada jihad yang lebih besar daripada pertempuran fisik, Nabi bersabda ketika  baru kembali dari medan pertempuran, “Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu”.
   Sejarah turunnya ayat Al-Quran membuktikan bahwa Nabi Muhammad telah diperintahkan berjihad sejak masih berada di Mekah, dan jauh sebelum adanya izin mengangkat senjata  untuk membela  diri  dan  agama. 
     Pertempuran pertama dalam sejarah Islam terjadi pada tahun ke-2 Hijrah,  tepatnya 17 Ramadan dengan meletusnya Perang Badar, ketika Nabi berumur 55 tahun.
     Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 52 menyatakan jihad yang besar ketika Nabi masih berada di Mekah .

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

      “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar”.
     Kesalahpahaman itu disuburkan juga oleh terjemahan yang kurang tepat terhadap ayat Al-Quran yang berbicara tentang “jihad” yang diartikan dengan “anfus dan harta benda”.
      Kata “anfus” sering diterjemahkan sebagai “jiwa”, misalnya terjemahan oleh Departemen  Agama  RI.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 72.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

      “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
      Kata “anfus” dalam Al-Quran bisa bermakna “nyawa”, “hati”, “jenis”, atau “totalitas manusia”, yaitu tempat terpadu jiwa dan raganya, serta segala sesuatu yang tidak dapat terpisah darinya.  
      Al-Quran mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan  masyarakat dengan menggunakan kata “nafs”, dan kata “nafs” dalam konteks jihad dapat dipahami sebagai  “totalitas manusia”,   sehingga kata “nafs”   mencakup nyawa,   emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, serta waktu dan tempat yang berkaitan  dengannya.
      Pengertian ini,  diperkuat  dengan adanya perintah dalam Al-Quran untuk   berjihad  tanpa menyebutkan “nafs” atau harta benda.
      Al-Quran surah Al-Haj, surah ke-22 ayat 78. 

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ

      “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa berjihad adalah berjuang sekuat tenaga untuk mengalahkan musuh, yaitu berjihad menghadapi  musuh yang  nyata,  berjihad menghadapi  setan, dan berjihad melawan nafsunya masing-masing.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 218.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

      “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
      Nabi bersabda,”Berjihadlah menghadapi nafsumu, seperti kamu berjihad menghadapi musuhmu”. 
      Nabi bersabda,”Berjihadlah menghadapi orang-orang kafir dengan tangan dan lidahmu”. 
     Pada  umumnya,  ayat Al-Quran yang  berbicara tentang “jihad” tidak menyebutkan objek yang harus dihadapi, dan yang secara tegas dinyatakan objeknya hanyalah berjihad menghadapi orang kafir dan munafik.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 73.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

      “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya”.
      Al-Quran surah At-Tahrim, surah ke-66 ayat 9.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
    
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”.
      Kesimpulannya, bahwa umat Islam harus berjihad menghadapi orang-orang kafir, munafik, setan, dan hawa nafsu, serta dapat dikatakan bahwa sumber dari segala kejahatan adalah setan yang sering memanfaatkan kelemahan nafsu manusia.
     Ketika manusia sudah tergoda oleh setan, maka manusia menjadi kafir, munafik, dan menderita penyakit hati, pada akhirnya manusia itu  sendiri menjadi  setan, karena setan adalah “manusia dan jin yang durhaka kepada Allah serta merayu pihak lain untuk melakukan kejahatan”.
     Dalam berjihad, maka seluruh potensi umat Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh, dan penggunaan potensi tersebut harus juga disesuaikan dengan musuh yang dihadapi.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment