MENGGAJI
ORANG MISKIN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1. PILIHAN
SULIT
2. Oleh :
Dahlan Iskan
3. Kalau
kita melihat angka-angka, Indonesia itu masih hebat.
4. Alhamdulillah.
Puji Tuhan. Amitohu. Rahayu.
5. Teman
saya di luar negeri terus terheran-heran.
6. Setengah
tidak percaya.
7. Dulunya
mereka terheran oleh tidak adanya Covid-19.
8. Ketika
negara lain sudah pada panik.
9. Sekarang
mereka terheran karena tidak adanya ledakan.
10. Pertambahan
jumlah penderitanya stabil di kisaran angka 115/hari.
11. Seperti
disetel saja.
12. Itu
pun baru belakangan.
13. Sampai
kemarin.
14. Ketika
jumlah penderita di Malaysia sudah mencapai 3.200 lebih, Indonesia masih 1.790.
15. Padahal
penduduk kita 9 kali lipat Malaysia.
16. Saya
tidak bisa memberikan penjelasan kepada teman-teman itu: mengapa.
17. Sama
dengan ketika Covid-19 belum juga masuk ke Indonesia: mengapa.
18. Memang
jumlah yang meninggal di Indonesia termasuk tinggi: 170.
19. Bandingkan
dengan Malaysia yang 50 orang.
20. Demikian
juga jumlah dokter yang meninggal di Indonesia.
21. Sudah
17 orang.
22. Di
Malaysia hanya satu dokter –itu pun pulang dari Turki.
23. Bukan
tertular di garis depan pengabdian.
24. Saya
sengaja tidak membandingkan dengan Singapura –yang serba baik itu.
25. Juga
tidak membandingkan dengan ‘kelompok negara 100.000 ke atas’ seperti Amerika
Serikat, Italia dan Spanyol.
26. Pun
tidak membandingkan dengan ‘kelompok negara 10.000 ke atas’ seperti negara
Eropa Barat.
27. Dilihat
dari bagusnya angka-angka itu betul saja kalau ada yang mengatakan Indonesia
belum waktunya lockdown.
28. Tapi
betul juga yang mengatakan harus segera lockdown –mumpung belum terlambat.
29. Yang
jelas, sekarang ini, tanpa ledakan jumlah penderita pun kualitas hidup kita
sudah merosot.
30. Dan
akan terus merosot.
31. Tukang
pijat, spa, salon, ojol, taksi, tukang parkir, dan seterusnya mulai
kelimpungan.
32. Saya
perkirakan bahaya berikutnya akan datang: meledaknya kasus kriminalitas.
33. Sepeda
motor harus dijaga.
34. Ponsel
jangan dibiarkan.
35. Jangan
bawa banyak uang kontan.
36. Harus
lebih hati-hati.
37. Maka
penetapan jam malam di beberapa daerah sangatlah baik.
38. Bukan
hanya soal virus.
39. Tapi
juga soal kriminalitas.
40. Perlunya
lockdown juga harus dilihat dari segi keamanan itu.
41. Konsekwensinya
memang biaya.
42. Rasanya
kita akan sepakat kalau orang miskin harus disantuni.
43. Semua orang
miskin digaji saja.
44. Selama
3 bulan lockdown.
45. Tidak
peduli mereka punya cicilan sepeda motor atau tidak.
46. Anggap
saja ada 100 juta keluarga yang harus digaji Rp 1,5juta/bulan.
47. Nilainya
tetap lebih kecil dibanding runtuhnya ekonomi negara.
48. Semua
proyek dibatalkan saja.
49. Tidak
apa-apa kan tidak punya jembatan baru, gedung baru, jalan baru, sekolah baru,
dan segala macam yang baru –termasuk yang baru satu itu.
50. Sesekali
negara menggaji rakyatnya.
51. Gaji
itu larinya akan ke ekonomi juga.
52. Ke
daya beli. Uangnya muter.
53. Kalau
semua orang miskin digaji negara akan aman, ekonomi aman, politik aman, hukum
aman, yang punya uang juga aman.
54. Kalau
pun tidak ada lockdown, jaminkan kepada rakyat, angka kriminalitas tidak naik.
55. Juga
tidak ada perampokan-perampokan.
56. Jangan
sampai lolos dari virus tapi mati di tangan perampok.
57. Terlepas
akan ada lockdown atau tidak, saya melihat ke masjid.
58. Ke
pentingnya masjid di zaman Covid-19 ini.
59. Masa
seperti inilah yang akan membuat masjid sangat strategis untuk menyelesaikan
masalah sosial.
60. Kalau
saja setiap masjid memiliki daftar orang miskin di sekitarnya alangkah masjid
bisa dipakai sentral penyelesaian masalah.
61. Masjid
bisa menjadi jembatan antara yang kaya dan miskin.
62. Gereja
mungkin juga bisa diperankan seperti itu.
63. Tapi
masjid yang umumnya berada langsung di tengah masyarakat miskin.
64. Tapi
ini memang memerlukan kepengurusan masjid yang modern –cara berpikirnya.
65. Tentu
negara juga punya database orang miskin.
66. Yang
sudah sangat rinci.
67. By
name. By address.
68. Terserahlah.
69. Tapi
saya sungguh kagum dengan kerelaan banyak masjid mengutamakan keselamatan umat
manusia.
70. “90
persen masjid di NTB tidak menyelenggarakan salat Jumat,” ujar Gubernur NTB, Dr
Zulkieflimansyah kepada saya tadi malam.
71. “Hari
ini mungkin 95 persen,” tambahnya.
72. Padahal
NTB sempat yang paling dikhawatirkan.
73. Terutama
Lombok.
74. Yang
mendapat gelar ‘Pulau Seribu Masjid’.
75. Saya
pun mendapat kiriman pidato Bupati Lombok Timur, Sukiman Azmy.
76. Yang
begitu tegas.
77. “Semua
masjid harus ditutup.
78. Yang
melanggar bawa ke kantor polisi,” katanya.
79. Ia
tidak mau banyak berdebat soal alasan.
80. “Kurang
berkah apa Masjidil Haram di Makkah.
81. Ditutup.
82. Kurang
hebat apa para ulama di Al Azhar, Kairo, Mesir.
83. Mereka
telah berfatwa agar masjid ditutup,” kata Sukiman Azmy.
84. Memang
Masjid Agung Surabaya tetap melaksanakan salat Jumat siang nanti. Tapi SOP-nya
begitu ketat.
85. (Baca
DI’s Way:Masjid Jarang).
86. Ditambah
rencana baru: agar masing-masing membawa sandal/sepatu yang sudah dimasukkan
kantong plastik ke dalam masjid.
87. Untuk
diletakkan di sebelah masing-masing.
88. Agar
selesai salat tidak perlu bergerombol di tempat sandal.
89. Gereja-gereja
juga sudah meliburkan kebaktian bersama di hari Minggu.
90. Yang
awalnya juga agak seret.
91. Saya
sempat mendapat kiriman video seorang pendeta yang mengajak umatnya jangan
takut virus.
92. Dengan
alasan gereja itu rumah Tuhan.
93. Kematian
itu di tangan Tuhan.
94. Bahkan
pendeta itu turun dari panggung.
95. Berjalan
menuju tempat duduk umat.
96. “Jangan
takut. Ayo kita pelukan,” katanya dalam khotbahnya.
97. Lalu
jemaat yang di depan itu berdiri.
98. Melayani
pelukan sang pendeta.
99. “Ayo.
Pelukan,” katanya lagi.
100.
Sambil mengajak jemaat di sebelah yang pertama
untuk juga pelukan.
101.
Begitulah seterusnya.
102.
Sampai
tiga jemaat diajak pelukan.
103.
Saya kenal pendeta itu.
104.
Saya pernah hadir di salah satu khotbahnya.
105.
Tapi saya tidak tega menegurnya via WA.
106.
Saya pun mendengar seminggu kemudian kebaktian
di gereja itu sudah ditiadakan.
107.
Di Israel juga ada problem serupa.
108.
Dari jemaah Yahudi Ortodok.
109.
Di negara kecil itu sudah lebih 6.000 warganya
yang terkena Covid-19.
110.
Meski yang meninggal hanya 33 orang.
111.
Jadi, saya memilih lockdown atau tidak?
112.
Saya memilih sulit menjawab pertanyaan
teman-teman di luar negeri.
(Sumber:
internet Dahlan Iskan)
0 comments:
Post a Comment