Monday, August 11, 2025

43089. ALHUJURAT 13 BILAL KULIT HITAM SETARA

 


 

ALHUJURAT 13 BILAL KULIT HITAM MANUSIA SETARA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

 

 

 

Al-Quran surah Al-Ḥujurāt (surah ke-49) ayat 13.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

 

A.       Tafsir Klasik

 

1. Tafsir Ṭabarī

 

1)        Ayat ini panggil seluruh manusia.

2)        Tak hanya kaum Muslim.

 

3)        Allah ingatkan semua manusia.

4)        Berasal dari satu asal.

 

5)        Yaitu Adam dan Hawa.

6)        Tak ada alasan merasa lebih tinggi.

 

7)         Sebab keturunan atau asal-usul.

 

8)        "Syū‘ūb"

 

Yaitu bangsa besar.

Seperti Arab, Romawi, Persia.

 

9)        "Qabā’il".

Yaitu suku kecil dalam bangsa.

Seperti Quraisy, Bani Tamim.

 

10)  Tujuan perbedaan ini.

11)  Yaitu "lita‘ārafū".

 

12)  Saling mengenal, bekerja sama, dan menolong.

13)  Tak sombong atau merendahkan.

 

14)  Kemuliaan sejati.

15)  Hanya diukur dengan takwa.

 

16)  Tak ukuran harta, tak warna kulit.

17)  Tak status sosial.

 

2. Tafsir Ibnu Kasir

 

1)        Ayat ini turun.

2)        Respon pada orang bangga nasab atau suku.

 

3)        Asal manusia satu.

4)        Perbedaan bangsa dan suku.

 

5)        Hanya tanda pengenal.

6)        Bukan ukuran mulia.

 

7)        Kemuliaan  hakiki.

8)        Yaitu takwa.

 

9)        Menjalankan perintah Allah.

10)  Menjauhi larangan-Nya.

 

Rasulullah bersabda,

 

"Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian."

(HR. Muslim).

 

3. Tafsir Qurṭubī

 

1)        Derajat manusia setara dalam penciptaan.

 

2)        Perbedaan etnis, warna kulit, bahasa, dan adat istiadat

 

3)        Yaitu sunatullah.

4)        Harus diterima saling menghormati.

 

5)        Menyombongkan keturunan.

6)        Yaitu sisa jahiliah.

7)        Yang dilarang Islam.

 

Tafsir Modern

 

1.        Hamka.

Tafsir Al-Azhar

 

1)        Ayat ini piagam saudara manusia.

2)        Semua manusia satu keluarga besar.

 

3)        Bangsa, suku, dan bahasa adalah kekayaan budaya.

 

4)        Harus jadi jembatan persahabatan.

5)        Takwa sebagai ukuran mulia.

 

6)        Konsep melampaui zaman.

7)        Relevan hapus diskriminasi rasial, kolonialisme, dan fanatisme golongan.

 

8)        Ayat ini prinsip persamaan derajat.

 

9)         Landasan hak asasi manusia dalam Islam.

 

2.        Quraish Shihab

Tafsir Al-Mishbah

 

1)        Kata "lita‘ārafū".

2)        Makna interaksi positif.

3)        Tak sekadar tahu nama atau asal.

 

4)        Takwa diukur dari kualitas moral,  hubungan dengan Allah, dan manusia.

 

5)        Menolak semua bentuk rasis, chauvinis, dan fanatik kelompok.

 

6)        Penekanan kata "inna akramakum".

7)        Sesungguhnya yang paling mulia.

 

8)        Penilaian Allah beda dengan standar manusia.

 

Asbābun Nuzūl (sebab turun)

 

1)        Riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas

 

Ayat ini turun.

Terkait sahabat bernama Tsabit bin Qais.

 

Merasa lebih mulia.

Daripada orang lain.

Sebab nasab dan keturunan.

 

Allah menegur lewat ayat ini.

Bahwa mulia bukan sebab garis keturunan atau suku.

Tapi karena takwa.

 

2)        Peristiwa penaklukan Mekah.

 

Qurthubi sebutkan.

Ayat pengingat

Saat Islam menyebar ke berbagai bangsa.

 

Orang Quraisy dulu merasa paling mulia.

Diingatkan standar mulia di sisi Allah.

Bukan nasab, tetapi takwa.

 

3)        Kisah Bilal bin Rabah.

 

Bilal budak berkulit hitam.

Dari Habasyah (Ethiopia).

Masuk Islam pada awal dakwah Nabi.

 

Bilal disiksa berat oleh tuannya.

Sebab pertahankan iman.

 

Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar.

 

Dalam warga Arab Quraisy.

Budak dan orang berkulit hitam.

 

Dianggap rendah derajatnya.

Islam menghapus paham ini.

 

Tegaskan semua manusia setara.

Di hadapan Allah.

Hanya dibedakan takwa.

 

4)        Bilal Azan di Atas Kakbah

 

Pada penaklukan Mekah.

Taanpa pertumpahan darah.

 

Rasulullah perintahkan Bilal.

Kumandangkan azan.

 

Bilal azan berdiri di atas Kakbah.

 

Peristiwa ini sangat simbolis.

Seorang mantan budak berkulit hitam.

 

Berdiri di tempat paling mulia di Makkah.

Menyeru manusia kepada ibadah.

 

Sebagian orang Quraisy.

Menyimpan fanatik suku.

 

Merasa terkejut.

Ada yang komentar sinis,

 

“Apakah pantas budak hitam ini.

Yang azan di atas Kakbah?”

Turun QS Al-Ḥujurāt:13.

 

B.       Pelajaran Kisah Bilal

 

1)        Islam menghapus rasis dan diskriminasi.

2)        Takwa lebih tinggi daripada  status sosial.

 

 

3)        Kebangkitan martabat orang tertindas.

 

4)        Islam memuliakan orang yang dulu dipandang hina.

 

5)        Simbol persatuan umat.

6)        Bilal azan di atas Kakbah.

 

7)        Pesan penting.

8)        Rumah Allah terbuka bagi semua hamba-Nya.

 

Kesimpulan

 

1)        Semua manusia setara dalam asal-usul.

2)        Berbeda dalam bangsa dan suku.

 

3)        Hanya untuk saling mengenal.

4)        Mulia sejati hanya pada ketakwaan.

 

Relevansi kini.

 

1)        Ayat ini landasan anti-diskriminasi dalam Islam.

2)        Menolak rasisme.

 

3)        Bahwa nilai manusia di mata Allah.

 

4)        Bukan keturunan atau kekayaan.

5)        Tetapi pada moral dan ibadah.

 

 

Sumber

1)        Tafsir Quran Perkata DR M Hatta.

2)        ChatGPT.

 

3)        Copilot.

4)        Cici.

 

5)        Claude.

6)        Grok.

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment