AYAT ALQURAN SERING BEDA PENDAPAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM
Daftar 10 ayat Al-Qur’an.
Paling sering beda tafsir.
Atau khilafiah.
Yaitu:
1)
Sifat Allah (QS. Al-Fath: 10)
2)
Takdir dan kehendak bebas (QS.
Ibrahim: 4)
3)
Melihat Allah di akhirat (QS.
Al-Qiyamah: 22-23)
4)
Ayat kursi tentang ‘Kursi’ Allah (QS.
Al-Baqarah: 255)
5)
Kisah Zulqarnain (QS. Al-Kahfi: 86)
6)
Ayat waris (QS. An-Nisa: 11-12)
7)
Orang kafir dan Ahli Kitab (QS.
Al-Bayinah: 6)
8)
Ayat Isra Mikraj (QS. An-Najm: 13-18)
9)
Matahari dan bulan (QS Yasin: 40)
10) Ayat riba (QS. Al-Baqarah: 275)
Ayat Al-Qur’an sering timbul beda tafsir.
1.
Sifat Allah.
Al-Quran surah Al-Fath (surah ke-48)
ayat 10.
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ
إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ
فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ
اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Bahwa orang-orang
berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa melanggar janjinya niscaya akibat ia
melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati
janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala besar.
Catatan.
“Tangan Allah di atas tangan mereka.”
1)
Klasik (Salaf):
Diterima apa adanya.
Tanpa diserupakan dengan makhluk.
2)
Khalaf & modern:
Ditafsirkan sebagai kekuasaan dan pertolongan Allah.
2.
Takdir dan Kehendak Bebas.
Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14)
ayat 4.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ
فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
Kami tidak mengutus
seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi
penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia Tuhan
Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Catatan.
“Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki.”
1)
Jabariah:
Manusia tak punya peran.
Semua ditentukan Allah.
2)
Qadariah:
Manusia bebas penuh.
3)
Ahlus Sunah:
Manusia punya usaha.
Tapi hasil akhir di tangan Allah.
3.
Melihat Allah di Akhirat
Al-Quran surah Al-Qiyamah (surah ke)
ayat 22-23.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
22. Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
23. Kepada Tuhannya
mereka melihat.
Catatan.
“Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri,
kepada Tuhannya mereka melihat.”
1)
Mayoritas Ahlus Sunah:
Orang beriman akan benar-benar melihat
Allah.
2)
Sebagian ulama & Mu’tazilah:
Maksudnya melihat rahmat atau balasan
Allah, bukan zat Allah.
4.
Ayat Kursi tentang ‘Kursi’ Allah
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 255.
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ
وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا
الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Catatan.
“Kursi Allah meliputi langit dan
bumi.”
1)
Ibnu Kasir & Salaf:
Kursi adalah tempat dua kaki Allah (makna hakiki, tanpa diserupakan).
2)
Qurtubi & sebagian tafsir modern:
Kursi berarti ilmu atau kekuasaan Allah yang meliputi segalanya.
5.
Kisah Zulqarnain
Al-Quran Al-Kahfi (surah ke-18) ayat
86.
حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ
وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ
تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
Hingga apabila dia sampai
ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari
terbenam di dalam laut berlumpur hitam, dan
dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Zulkarnain, kamu
boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan pada mereka.
Catatan.
“Dia mendapati matahari terbenam di
mata air yang berlumpur hitam.”
Tafsir klasik:
1)
Zulqarnain melihatnya seperti itu.
2)
Dengan pandangan manusia.
Tafsir Modern.
1)
Tak berarti matahari benar-benar
tenggelam di laut.
2)
Tetapi tampak begitu.
3)
Secara kasat mata.
6.
Ayat Waris
Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4)
ayat 11-12.
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ
ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ
كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا
السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ
وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ
فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ
فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
11. Allah
mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan
jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga
dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia
memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;
jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut
di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa
di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
۞ وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ
إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ
الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۚ
وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكُمْ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ
كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ ۚ مِنْ بَعْدِ
وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ وَإِنْ كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَالَةً
أَوِ امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ ۚ
فَإِنْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَاءُ فِي الثُّلُثِ ۚ مِنْ
بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَىٰ بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ ۚ وَصِيَّةً مِنَ
اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ
12. Dan bagimu (suami)
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isterimu, jika mereka tidak punya
anak. Jika isterimu unya anak, maka kamu dapat 1/4 dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah
dibayar utangnya. Para isteri dapat 1/4 harta yang kamu tinggalkan jika kamu
tidak punya anak. Jika kamu punya anak, maka para isteri dapat 1/8 dari harta
yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah
dibayar utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi punya seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja),
maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara 1/6 harta. Tetapi jika saudara
seibu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang 1/3 itu, sesudah
dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak
memberi mudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian sebagai)
syariat yang benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
Catatan.
“Bagian anak laki-laki 2 kali bagian
anak perempuan.”
1)
Disepakati jadi hukum pokok.
2)
Ikhtilaf muncul pada kasus waris
tertentu.
3)
Kakek-nenek, saudara seibu,
suami-istri tanpa anak.
4)
Ulama berbeda membagi perinciannya.
7.
Orang Kafir & Ahli Kitab
Al-Quran surah Al-Bayinah (surah ke-98)
ayat 6.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ
هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang
kafir yakni ahli Kitab dan orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka
kekal di dalamnya. Mereka seburuk-buruk makhluk.
Catatan.
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari
ahli kitab dan musyrik akan kekal di neraka Jahanam.”
Tafsir Klasik:
1)
Berlaku umum untuk semua non-Muslim.
Tafsir modern.
1)
Hanya yang menolak Islam.
2)
Setelah jelas sampai dakwah kepadanya.
8.
Ayat Isra’ Mikraj
Al-Quran surah An-Najm (surah ke-53)
ayat 13-18.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
13. Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupanya asli) pada waktu lain,
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ
14. (yaitu) di Sidratil
Muntaha.
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
15. Di dekatnya ada
surga tempat tinggal,
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ
16. (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ
17. Penglihatannya
(muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya.
لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ
الْكُبْرَىٰ
18. Sesungguhnya dia telah
melihat sebagian tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Catatan.
“Sungguh dia (Muhammad) melihatnya
sekali lagi.”
1)
Ulama berbeda pendapat.
2)
Nabi melihat Allah langsung dengan
mata.
3)
Hanya malaikat Jibril dalam bentuk
asli.
4)
Ibnu Abbas:
Nabi melihat Allah.
5)
Aisyah & mayoritas:
Nabi melihat Jibril, bukan Allah.
9.
Ayat matahari dan bulan.
Al-Quran surah Yasin (surah ke-36) ayat 40.
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ
النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidak mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya.
Catatan.
“Matahari tak mungkin mengejar bulan,
dan malam pun tidak mendahului siang.”
Tafsir Klasik:
1)
Keteraturan orbit menurut penglihatan
manusia.
Tafsir Modern:
1)
Ditafsirkan sesuai ilmu astronomi .
2)
Matahari dan bulan punya orbit
masing-masing.
3)
Tak bertabrakan.
10.
Ayat Tentang Riba
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275.
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي
يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا
الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ
فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ
إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
Orang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian sebab mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Catatan.
“Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.”
Tafsir Klasik:
1)
Riba = tambahan dalam pinjaman,
sekecil apapun.
Tafsir modern:
1)
membedakan riba haram (eksploitasi)
dan bunga bank.
2)
Ada ulama anggap berbeda.
3)
Tapi ada yang tetap mengharamkan.
Sebab beda tafsir.
1)
Bahasa Arab yang kaya makna.
2)
Ada ayat muhkamat (jelas) dan
mutasyabihat (samar).
3)
Perbedaan metode tafsir (tekstual dan
kontekstual).
4)
Pengaruh perkembangan ilmu (sains,
sosial, politik).
Hikmah beda tafsir dalam Al-Qur’an.
Yaitu:
1)
Ujian iman.
2)
Ujian rendah hati.
3)
Bukti Al-Quran kaya makna.
4)
Memberi ruang ijtihad.
5)
Rahmat bagi umat.
6)
Bukti dalamnya ilmu Allah.
7)
Sesuai segala zaman.
A.
Menguji iman dan rendah hati.
Al-Quran surah Ali lmran (surah ke-3) ayat
7.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ
الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ
تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dia Allah yang
menurunkan Al-Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat muhkamaat,
itu pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang dalam
hatinya condong kepada sesat, maka mereka ikut sebagian ayat mutasyaabihaat
darinya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari takwilnya, padahal tidak ada
yang tahu takwilnya melainkan Allah. Dan orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat mutasyaabihaat, semua dari sisi Tuhan
kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang berakal.
Catatan.
1)
Ayat samar jadi ujian.
2)
Apakah
manusia mencari kebenaran dengan rendah hati.
3)
Atau
sekadar ingin membantah.
B.
Menunjukkan Al-Quran kaya makna.
1)
Bahasa Arab itu kaya makna.
2)
Satu kata bisa mengandung banyak arti.
3)
Jika semua ayat hanya punya 1 makna
kaku, maka Al-Qur’an tak bisa hidup sepanjang zaman.
4)
Dengan banyak tafsir.
5)
Al-Qur’an selalu relevan.
6)
Dalam berbagai konteks (politik,
sains, sosial).
C. Memberi ruang ijtihad .
1)
Allah sengaja memberi ruang ijtihad.
2)
Agar ulama berusaha dengan akal dan
ilmu.
Rasulullah bersabda:
“Jika seorang hakim berijtihad lalu
benar, ia mendapat 2 pahala. Jika salah, ia tetap mendapat 1 pahala.”
(HR. Bukhari & Muslim).
Perbedaan tafsir.
Lahan pahala dan amal ilmiah.
D.
Rahmat bagi umat.
1)
Ikhtilaf ulama rahmat bagi umat..
2)
Dengan adanya perbedaan.
3)
Umat bisa memilih pendapat paling
sesuai.
4)
Tanpa keluar dari koridor syariat.
E.
Menunjukkan dalamnya ilmu Allah.
1)
Jika semua ayat jelas dan sederhana.
2)
Maka manusia tak menggali lebih dalam.
3)
Perbedaan tafsir membuat manusia sadar.
4)
Bahwa ilmu Allah tak terbatas.
5)
Tapi ilmu manusia terbatas.
F.
Menyesuaikan perkembangan zaman.
1)
Tafsir klasik.
Banyak tekankan aspek bahasa, riwayat, dan hukum.
2)
Tafsir modern.
Mengaitkan dengan sains, sosial, dan konteks global.
3)
Bukti Al-Qur’an fleksibel.
4)
Untuk dipahami dalam tiap era.
Kesimpulan:
1)
Perbedaan tafsir bukan kelemahan
Al-Qur’an.
2)
Justru bukti kekayaan dan keluwesan
makna wahyu Allah.
3)
Perbedaan harus dalam koridor ilmu,
bukan hawa nafsu.
Sumber
1)
Tafsir Quran Perkata DR M Hatta.
2)
ChatGPT.
3)
Copilot.
4)
Cici.
5)
Claude.
6)
Grok.
.bmp)
0 comments:
Post a Comment