HAKIKAT PENGABDIAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hakikat pengabdian menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “abdi” terambil dari kata “abd” yang mengandung arti “tumbuhan yang memiliki aroma yang harum”, “anak panah”, dan “sesuatu yang memilki hamba sahaya”.
Seorang “abdi” seharusnya menggambarkan hal di atas, yaitu dia memberikan aroma yang harum bagi lingkungannya, menjadi alat bagaikan alat panah, dan dimiliki secara penuh oleh si pemilik yaitu orang tempat dia mengabdi.
Seorang bertanya kepada Jakfar Shadik,”Apakah hakikat pengabdian itu?” Jakfar Shadik menjawab,”Hakikat pengabdian terdapat tiga macam, yaitu pertama, seorang “abdi” menganggap dirinya tidak mempunyai milik pribadi, karena semuanya adalah milik tuannya, bahkan dirinya adalah milik tuannya.
Kedua, semua kegiatannya dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan tuannya. Ketiga, tidak memastikan sesuatu pun, tanpa izin dari tuannya.
Apabila seseorang tidak menganggap sesuatu yang berada dalam wewenangnya sebagai miliknya, maka segala kemampuannya akan dikerahkan tanpa mempertimbangkan keuntungan apa pun.
Seseorang yang menjadikan segala usahanya bertumpu pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya, tidak akan mengisi waktunya dengan sia-sia, yaitu tidak untuk memperebutkan kursi kebanggaan dan juga tidak memperbanyak harta untuk kemegahan.
Apabila seseorang tidak memastikan sesuatu pun, kecuali setelah mendapatkan izin dari yang diabdi, maka apa pun cobaan dan tugas yang dibebankan kepadanya akan dipikulnya dengan senang hati.
Kalau ketiga hal ini telah menghiasi jiwa seseorang, maka dunia dengan segala gemerlapannya, iblis dengan berbagai tipu dayanya, bahkan seluruh makhluk sekalipun, tidak akan memberi dampak negatif apa pun bagi dirinya.
Kepada siapa pun seseorang mengabdi, misalnya kepada Tuhan, kepada negara, atau mungkin kepada seorang manusia, maka ketiga persyaratan yang disebutkan di atas harus terpenuhi untuk kesempurnaan pengabdian.
Pernyataan seorang Muslim ketika salat, “Hanya kepada-Mu kami mengabdi”, mengandung pengakuan bahwa hanya Tuhan yang memiliki wewenang dan pemilikan yang penuh, dan sang Muslim yang menyatakan hal ini mengakui pula bahwa dirinya adalah hamba sahaya yang dimiliki-Nya.
Pengakuan berganda ini menghasilkan kehadiran Tuhan secara terus menerus dalam benak si pengabdi, karena ketika kita berkata “rumah”, maka yang terbayang hanya bentuk “rumah”.
Ketika kita berkata “rumah si A”, maka yang hadir dalam benak kita adalah “rumah dan si A”, sehingga kehadiran si A inilah yang menjadi pendorong bagi sempurnanya segala aktivitas.
Para ulama menjelaskan bahwa masih banyak di antara kita belum menghayati secara benar arti ikrarnya sebagai “abdi Tuhan” atau sebagai “abdi Negara”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
Wednesday, December 20, 2017
Home »
» 576. ABDI
576. ABDI
Related Posts:
1519. GANGGUAN GANGGUAN Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Beberapa orang bertanya,”… Read More
1518. HIJRAH HIJRAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Beberapa orang bertanya,”M… Read More
1519,. GANGGUAN GANGGUAN Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Beberapa orang bertanya,”… Read More
1518. HIJRAH HIJRAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Beberapa orang bertanya,”M… Read More
1518. HIJRAH HIJRAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Beberapa orang bertanya,”M… Read More
0 comments:
Post a Comment