Sunday, May 3, 2020

4329. TETANGGA TAK BOLEH LAPAR


TETANGGA TAK BOLEH LAPAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    Kata “miskin” (menurut KBBI V) dapat diartikan “tidak berharta” dan “serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah)”.
2.    Kemiskinan adalah “hal miskin” dan “keadaan miskin”.
3.    Al-Quran adalah kitab petunjuk dan pedoman yang bersifat global.
4.    Al-Quran tidak memerinci (menguraikan sampai ke bagian yang sekecil-kecilnya) masalah kemasyarakatan, dan masalah yang berkaitan dengan ibadah “mahdhah” (murni).
5.    Yang memerincinya adalah hadis Nabi, seperti misalnya perincian tentang ibadah salat dan haji.
6.    Perincian petunjuk menyangkut segi kehidupan bermasyarakat yang terdapat dalam  hadis Nabi, lebih banyak berkaitan dengan kondisi masyarakat pada zaman Nabi Muhammad.
7.    Sehingga masyarakat sesudahnya perlu melakukan penyesuaian dengan kondisi dan situasi masing-masing dengan berpedoman ajaran Islam.
8.    Kemiskinan dan cara mengatasinya adalah masalah kemasyarakatan.
9.    Faktor penyebab dan tolok ukur kadarnya kemiskinan dapat berbeda akibat perbedaan lokasi dan situasi.
10. Al-Quran tidak menetapkan kadarnya dan tidak memberikan petunjuk operasional yang terperinci untuk pengentasan kemiskinan.
11. Dalam  KBBI (Kamus  Besar  Bahasa Indonesia), kata "miskin" diartikan sebagai “tidak berharta benda”, dan “serba kekurangan (berpenghasilan rendah)”.
12. Fakir diartikan sebagai “orang yang sangat berkekurangan dan sangat miskin”.
13. Dalam bahasa Arab, kata “miskin” terambil dari kata “sakana” yang  artinya “diam” atau “tenang”.
14. Kata “fakir” terambil dari kata “faqr” yang pada mulanya berarti “tulang punggung”.
15. Faqir adalah “orang yang patah tulang punggungnya”.
16. Artinya beban yang dipikulnya sangat berat, sehingga dapat “mematahkan” tulang punggungnya.
17. Al-Quran tidak memberi definisi “miskin” dan “fakir”, sehingga para ahli berbeda  pendapat  dalam  menetapkan tolok ukur kemiskinan dan kefakiran.
18. Sebagian ulama berpendapat “fakir” adalah  orang yang berpenghasilan kurang dari separuh kebutuhan pokoknya.
19. Miskin adalah orang yang berpenghasilan di atas “fakir”, tetapi tidak cukup untuk menutupikebutuhan pokoknya.
20. Tetapi ada yang mendefinisikan sebaliknya, sehingga keadaan si “fakir” relatif lebih baik dibanding si “miskin”.
21. Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad tidak menetapkan angka tertentu yang pasti sebagai ukuran kemiskinan.
22. Tetapi yang  jelas, Al-Quran menyatakan orang fakir dan miskin harus dibantu.
23. Menurut pandangan Islam, tidak dibenarkan orang hidup dalam masyarakat Islam (termasuk warga non-Muslim), terdapat orang kelaparan, tidak berpakaian, menggelandang (tidak bertempat tinggal), dan membujang.
24. Biaya pengobatan dan biaya pendidikan adalah  kebutuhan primer yang harus ditanggung oleh masyarakat, pemerintah, dan negara.
25. Akar kata "miskin" yang artinya “diam” dan “tidak bergerak” menimbulkan kesan faktor utama penyebab miskin adalah sikap berdiam diri, enggan, tidak mau bergerak dan berusaha.
26. Keengganan berusaha adalah penganiayaan terhadap dirinya sendiri.
27. Ketidakmampuan berusaha dapat disebabkan penganiyaan oleh manusia lain, yang diistilahkan dengan “kemiskinan struktural”.
28. Jaminan rezeki Allah, ditujukan kepada makhluk yang disebut “dabbah” yang arti harfiahnya adalah  “yang bergerak”.

29. Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 6.

۞ وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

      Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberikan rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul mahfuz).

30. Ayat Al-Quran ini memberi jaminan siapa pun yang aktif bergerak mencari  rezeki, pasti akan diberi rezeki oleh Allah.

31. Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14) ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

32. Pernyataan Al-Quran di atas dikemukakan setelah Allah menyebutkan berbagai nikmat dari Allah.
33. Seperti  nikmat berupa langit, bumi, hujan, laut, bulan, matahari, dan sebagainya.
34. Sumber daya alam yang disiapkan Allah untuk umat manusia jumlah dan kapasitasnya tidak terbatas.
35. Seandainya sesuatu telah habis, pasti ada alternatif lain yang disediakan Allah selama  manusia berusaha.
36. Tidak ada alasan berkata sumber daya alam terbatas, tetapi sikap dan perilaku manusia terhadap dirinya sendiri, pihak lain, dan kepada alam semesta yang menjadikan sebagian manusia tidak memperoleh sumber daya alam tersebut.
37. Penyebab kemiskinan:
1)    Adanya ketidakseimbangan dalam perolehan  dan  penggunaan sumber daya alam, yang diistilahkan oleh ayat Al-Quran dengan “perbuatan aniaya”,
2)    Karena keengganan dan ketidakmampuan manusia menggali sumber daya alam mencari alternatif pengganti.
3)    Perbuatan dua hal di atas disebut manusia bersikap “kufur” artinya “tidak mensyukuri nikmat dari Allah”.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.      

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment