APAKAH RUMAHKU
ADALAH SURGAKU
ITU
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Pengertian rumahku surgaku.
Presiden Soeharto mencanangkan Gerakan Nasional Perumahan dan
Pemukiman Sehat.
Presiden berkata,
”Adalah kewajiban kita semua.
Agar tiap
keluarga di Indonesia bisa menempati rumah tempat tinggal yang layak."
Pencanangan ini mengingatkan pesan Allah kepada Nabi Adam dan
istrinya, Hawa.
Sebelum mereka menginjakkan kaki di bumi.
Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 117-119.
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ
فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ وَأَنَّكَ
لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَىٰ
Maka
kami berkata,”Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu,
maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkanmu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di
dalamnya dan tidak akan telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa
dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”.
Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 120-121.
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ
أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ
فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ
عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ ۚ وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ
Kemudian
setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan tidak akan binasa?"
Maka keduanya makan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya auratnya
dan mulai keduanya menutupi dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhaka
Adam kepada Tuhan dan sesatlah dia”.
Ayat Al-Quran ini menggambarkan sekelumit kehidupan dalam surga.
Dan kebutuhan pokok manusia selama hidup di dunia, yaitu:
1)
Sandang
(tidak telanjang).
2)
Pangan
(tidak lapar dan dahaga).
3) Papan
(tidak kepanasan dan kedinginan).
Allah mengisyaratkan kepada Nabi Adam agar sungguh-sungguh
dan bersusah payah dalam mendapat rumah tempat tinggal.
Untuk melindungi diri dan keluarganya dari sengatan udara panas
dan dingin.
Kata “rumah” dalam bahasa Al-Quran adalah “sakan” atau
“maskara”.
Bentuk jamaknya “masakin”.
Kata “sakan” terambil dari akar kata yang artinya “tenang”.
Al-Quran menyebut “rumah” seperti itu.
Untuk isyarat “rumah” seharusnya memberi ketenangan penghuninya.
Pada
umumnya tiap manusia mendambakan rumahnya jadi tempat membahagiakan laksana
surga yang diimpikan.
Yaitu “rumahku adalah surgaku”.
Seperti ketika Nabi Adam dan Hawa masih berada di surga dahulu.
Rumah di surga disebut “masakin thayyibah”.
Rumah di dunia pun bisa seperti di surga.
Jika faktor “thayyibah” terpenuhi.
Kata “thayyibah” biasanya diterjemahkan “menyenangkan”.
Yang bisa dicapai, jika terpenuhi beberapa syarat.
Antara lain “hunian layak”.
Hidup dan kesenangan hidup perlu adanya kesinambungan dan
persesuaian.
Antara yang dirasakan dalam diri “pribadi yang hidup” dengan
“kondisi yang terjadi di luar dirinya”.
Ketika hujan atau terik matahari menimpa batu.
Batu tidak bereaksi.
Dan hanya menerima keadaan itu.
Karena batu bukan makhluk hidup.
Tetapi makhluk hidup seperti manusia akan berusaha menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Jika persesuaian itu terpenuhi, maka hidupnya jadi layak.
Hidup dalam pengertian seperti ini bertingkat-tingkat.
Sesuai kemampuan aksi dan reaksi manusia.
Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan.
”Si A sangat aktif dan penuh kesungguhan dalam menyelesaikan
pekerjaannya”.
Ungkapan seperti ini bisa menunjukkan ada orang lain.
Yang hanya setengah, seperempat.
Atau bahkan tidak punya kesungguhan dalam hidupnya.
Artinya orang ini disebut hidup karena masih bernapas.
Tetapi pada hakikatnya dia “mayat hidup”.
Dalam pandangan Islam “lingkungan” bukan hanya yang tampak
secara fisik.
Tetapi Allah dan para malaikat juga bagian lingkungan
hidup manusia.
Sehingga rumah yang jadi surga buat penghuninya atau rumah di
surga kelak.
Bukan sekadar wujud bangunan saja.
Tetapi juga berkaitan kepribadian, martabat kehidupan.
Hubungan serasi antara penghuni dengan lingkungannya yang nyata
maupun tidak terlihat.
Daftar
Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment