ANEKA SUDUT PANDANG TAFSIR AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
SEJARAH TAFSIR
AL-QURAN
Dalam abad pertama.
Para ulama sangat
berhati-hati dalam menafsirkan ayat Al-Quran.
Sebagian ulama.
Jika ditanya
pengertian suatu ayat.
Mereka tidak memberi
jawaban apa pun.
Para sahabat berkata,
“Kami tidak
berbicara tentang Al-Quran sedikit pun”.
Pada abad berikutnya.
Para ulama berpendapat tiap orang boleh menafsirkan ayat Al-Quran.
Asalkan
punya syarat tertentu.
Yaitu pengetahuan ilmu
bahasa yang cukup.
Misalnya:
1. Nahwu.
2. Sharaf.
3. Balaghah.
4. Isytiqaq.
5. Ilmu
Ushuluddin.
6. Ilmu
Qira'ah.
7. Asbabun
nuzul.
8. Nasikh
dan mansukh.
9. Dan
sebagainya.
Sejarah
penafsiran Al-Quran.
Mulai menafsirkan ayat
Al-Quran sesuai dengan hadis Nabi.
Dan pendapat para sahabat
Nabi.
Penafsiran berkembang.
Dan tidak disadari.
Bercampur “hadis
sahih” dan “hadis isra'iliyat”.
Hadis israiliyat
adalah kisah yang bersumber dari Ahli Kitab.
Yang umumnya tidak
sejalan dengan kesucian agama dan pikiran sehat.
Sebagian ulama menolak
penafsiran.
Yang menggambarkan
pendapat dari penulisnya.
Atau yang
menyatukan pendapat penulis dengan hadis Nabi.
Atau pendapat para
sahabat yang dianggap benar.
Kemudian dari waktu ke
waktu.
Muncul aneka warna corak
tafsir.
1. Ada
tafsir Al-Quran yang berdasar nalar penulisnya saja.
2. Ada
tafsir Al-Quran berdasar riwayat.
3. Ada
tafsir Al-Quran yang menyatukan keduanya.
Masalah yang dibahas
bermacam-macam.
1.Ada
tafsir Al-Quran hanya membahas arti kalimat yang sukar saja.
Yaitu
Tafsir Gharib, seperti Al-Zajjaj dan Al-Wahidiy.
2.Ada
tafsir Al-Quran yang menulis kisah-kisah.
Seperti Al-Tsa'labiy dan Al-Khazin.
3.Ada
tafsir Al-Quran yang memperhatikan masalah “balaghah” (sastra bahasa).
Seperti Al-Zamakhsyari.
4.Ada
tafsir Al-Quran membahas ilmu pengetahuan, logika, dan filsafat.
Seperti Al-Fakhr Al-Razi.
5.Ada
tafsir Al-Quran membahas masalah fiqih.
Seperti Al-Qurthubiy.
6.Ada
tafsir Al-Quran hanya berupa terjemahan kalimatnya saja.
Seperti Tafsir Al-Jalalain.
Sepanjang
sejarah manusia.
Tidak dikenal satu
kitab pun, selain Al-Quran.
Al-Quran telah
ditafsirkan.
Diterangkan,
dikumpulkan, diinterpretasi.
Dengan pendapat para
ahli terhadapnya.
Dan dicetak
dalam buku berjilid-jilid.
Penafsiran ilmiah.
Atau menafsirkan ayat
Al-Quran sesuai ilmu pengetahuan telah lama berlangsung.
Misalnya.
1.
Tafsir Fakhr Al-Raziy adalah penafsiran ilmiah terhadap ayat
Al-Quran.
Sebagian ulama tidak
menamakan kitabnya sebagai Kitab Tafsir.
Karena masalah
filsafat dan logika dibicarakan dengan sangat luas.
Kelanjutan dari
penafsiran ilmiah ini adalah penafsiran sesuai teori ilmiah dan penemuan baru.
Misalnya ada orang
menguatkan pendapat planet hanya 7 buah sesuai dengan pendapat ahli Falak saat
itu.
Dengan ayat Al-Quran
yang menunjukkan bahwa ada 7 langit.
Dan ternyata teori 7
planet itu salah.
Karena
jumlah planet yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan dalam tata surya berjumlah
10 planet.
Di samping jutaan
bintang yang tampaknya memenuhi langit.
Sehingga 10 planet itu
hanya laksana setetes air dalam lautan.
Dibanding banyaknya
bintang di alam semesta.
Menurut para ahli.
Tiap galaksi rata-rata
punya 100 biliun bintang.
Seluruh ruang alam
semesta ada berbiliun-biliun galaksi.
Ulama yang membenarkan
planet hanya 7 buah.
Berdasar ayat Al-Quran
ternyata keliru.
Kekeliruan itu dosa
besar.
Jika dia memaksa orang
lain untuk mempercayai pendapatnya atas nama Al-Quran.
Atau jika dia meyakini
hal itu adalah akidah Al-Quran.
Maka salah.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish.
Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish
Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit
Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish.
E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital,
Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com onl
0 comments:
Post a Comment