Thursday, February 3, 2022

12419. NILAI MORAL BUDI LUHUR DI ATAS HUKUM FORMAL

 

 




NILAI MORAL BUDI LUHUR DI ATAS HUKUM FORMAL

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Kehidupan manausia tidak hanya  urusan dunia bernilai manfaat.

 

Tapi ada tanggung jawab moral terhadap Allah.

 

Arah kehidupan manusia.

Tidak sekadar ketentuan resmi.

 

Tapi ada aturan tak tertulis.

Yang mengikat secara kultural.

 

Di luar nalar formal dan kegunaan.

 

Ada nilai utama berupa moral atau akhlak.

 

Yang berlaku umum.

Dalam masyarakat.

 

Bahwa moral tidak bisa dikontrol secara sistem.

 

Karena moral manusia .

Hidup dalam tiap sanubari semua orang.

 

Para sufi menyebutnya.

Hakikat dan makrifat di atas syariat.

 

Atau adagium.

Bahwa moral di atas hukum.

 

Hidup tidak sekadar bersandar pada formalitas belaka.

 

Yang mungkin bisa dimanipulasi.

 

Tapi juga pada nilai substansi.

 

Yang tumbuh dari keyakinan ilahi.

Dan kesadaran manusiawi.

 

“Hukum bekerja dengan logika objektif.

 

Tapi morali.

Meskipun sering dipandang luhur dan tinggi.

Hidupnya dalam jiwa, batin, dan keyakinan.

 

Moral dan etika.

Hidup dalam sikap batin.

Dan keyakinan orang.

 

Meskipun dalam relasi luar.

 

Terkait dengan sumber nilai.

Dalam hukum negara, hukum agama.

Dan hukum adat istiadat.

 

Nilai moral tumbuh dari agama dan budaya luhur.

 

Mengakar dalam batin dan sanubari bangsa.

 

Harus diletakkan di atas aturan serba praktis.

 

Jika ranah publik dan kehidupan.

 

Lebih banyak dikontrol nilai pragmatis dan oportunis.

 

Tanpa dibingkai nilai ideal.

 

Maka hukum serba formal.

 

Bisa dimanipulasi untuk kepentingan praktis.

 

Akibatnya, banyak orang merasa boleh bertindak apa pun.

 

Demi meraih keinginan pribadi dan  kroni.

 

Peraturan secanggih apa pun.

 

Masih mungkin diakali.

 

Jika nilai pantas, lazim.

 

Dan hal menyangkut nilai adab.

 

Diletakkan di atas hal serba praktis dan pragmatis.

 

Maka di situ letak keluhuran moral.

 

Karena di atas kepatutan legal.

Ada kepantasan moral.

Dan kelaziman sosial.

 

Jika ada peluang korupsi.

 

Dengan membuat peraturan.

Agar tampak legal.

 

Tapi memilih tidak melakukannya.

 

Maka dia menempatkan moral di atas hukum.

 

 

 “Ketika kita punya peluang untuk menyimpang atau korupsi.

 

Dan peluang itu tidak diketahui banyak orang.

 

Sistem pun bisa diakali.

 

Apakah kita masih punya keberanian moral.

 

Untuk tidak korupsi.

Tidak menyimpang.

Tidak sewenang-wenang.

 

Maka di situlah letak keluhuran moral.

 

Haedar berpesan agar kepada warga dan elit bangsa.

 

Agar menempatkan moral di atas hukum.

 

Dengan komitmen kuat.

 

“Kita bicara tentang moral dan moralitas.

 

 Bicara hal abstrak dan luhur.

 

Tapi sesungguhnya sangat bernilai.

 

Hanya implementasinya perlu komitmen kita semua.

 

Yang muaranya pada batin dan akal budi,” tuturnya.

 

 

 

 

 

Pagi tadi menyampaikan Tausyiah.

 "Membangun Moralitas Bangsa" .

 

Dalam Acara Dies Natalis ke-76.

 Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.

 

 

Nilai moral yang tumbuh dari agama dan budaya luhur.

 

Lalu mengakar dalam batin dan sanubari bangsa.

 

Harus diletakkan di atas aturan serba praktis.

 

Bila ranah publik dan kehidupan.

 

Lebih banyak dikontrol nilai pragmatisme dan oportunisme.

 

Tanpa bingkai nilai ideal.

 

Maka hukum serba formal.

Dapat dimanipulasi.

 

Untuk kepentingan praktis.

 

Akibatnya, banyak orang merasa boleh bertindak apa pun.

 

Demi meraih keinginan dan tujuan pribadi maupun kroni.

 

Peraturan secanggih apa pun barangkali dapat diakali.

 

 

Jika nilai kepantasan, kelaziman, dan hal terkait  keadaban.

 

Diletakkan di atas hal serba praktis dan pragmatis.

 

Maka di situ letak keluhuran moral.

 

Di atas kepatutan legal.

Ada kepantasan moral dan kelaziman sosial.

 

Jika ada peluang korupsi.

 

Dengan membuat peraturan agar tampak legal.

 

Tapi memilih tidak melakukannya.

 

Maka dirinya menempatkan moral di atas hukum.

 

 

Kepada warga dan elit bangsa.

 

Mari kita tempatkan moral di atas hukum.

 

Dengan komitmen kuat.

 

Kita bicara moral.

Bicara hal abstrak dan luhur.

 

Tapi sesungguhnya sangat bernilai.

 

Hanya implementasinya memerlukan komitmen kita semua.

 

Yang muaranya pada batin dan akal budi.

 

(Sumber Haedar Nashir)



0 comments:

Post a Comment