Wednesday, December 13, 2017

559. NATAL

SELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ucapan Selamat Natal menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Terdapat tiga sisi dalam ajaran Islam, yaitu masalah “akidah” yang harus dipahami dan diyakini oleh seluruh umat Islam, “syariah” yaitu aturan dan ketentuan hukum yang diamalkan dalam keidupan sehari-hari, dan “akhlak” yaitu norma dan etika yang hendaknya menghiasi dalam pergaulan sesama manusia.

      Teks yang berkaitan dengan akidah dinyatakan oleh Al-Quran dengan jelas dan tegas, sedangkan untuk menghindari munculnya redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman disampaikan secara bertahap.
      Misalnya, kata “Allah” tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat Mekah masih memahaminya dalam pengertian yang salah dan keliru, tetapi Al-Quran menggunakan kata “Tuhanmu”, seperti dalam ayat yang diturunkan dalam wahyu awal yang diterima oleh Nabi Muhammad.
     Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Allah, misalnya Nabi tidak pernah bertanya, “Di manakah Tuhan berada?", karena penggunaan redaksi seperti itu dapat menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat tertentu, hal yang mustahil bagi Allah dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
    Dengan alasan serupa, para ulama zaman terdahulu enggan menggunakan kata Tuhan “ada” atau “keberadaan Tuhan”, tetapi menggunakan istilah “wujud Tuhan”, karena masalah akidah yang diajarkan Nabi Muhammad berlangsung dengan jelas, tegas, tanpa penahapan dan tanpa banyak perincian.
     Para ulama menjelaskan bahwa pada mulanya “salat” diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu salat sambil berbicara masih dibolehkan, sedangkan dalam  pelaksanaan “syariat” terdapat beberapa kompromi, tetapi untuk masalah “akidah” segala cara ditempuh untuk menjaga kemurnian akidah Islam.
     Para ahli dari berbagai agama sepakat bahwa kerukunan antara berbagai umat agama harus diusahakan dan diciptakan, tetapi tidak boleh mengaburkan dan mengorbankan masalah akidah dalam agama masing-masing.
     Dalam kaitan untuk menjaga akidah, maka umat Islam dilarang datang menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal, karena betapapun Islam menjunjung tinggi Nabi Isa Al-Masih adalah Nabi yang sangat mulia, tetapi akidah Islam berbeda dengan akidah agama Kristen.
    Terdapat ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, sehingga tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, dengan catatan memahami dan menghayati maksudnya.
      Al-Quran menekankan pentingnya menjaga kemurnian akidah, dan hal ini mungkin bagi orang awam sulit memahami dan menghayatinya, sehingga para pemimpin dan panutan umat dituntut agar bersikap arif dan bijaksana agar sikapnya tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
      Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat Kristen, pada tempatnya umat Islam mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa yang diabadikan dalam Al-Quran.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 33.

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

      “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
      Para ulama mengingatkan bahwa akidah Islam tentang keimanan kepada Allah, tentang Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah seperti berikut.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 88-92.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

      “Dan mereka berkata,”Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 17.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam". Katakanlah,”Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 72.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata,”Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 73.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan,”Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
      Al-Quran surah Al-Ikhlas, surah ke-112 ayat 1-4.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

      “Katakanlah,”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"”  

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment