MANFAAT MENGINGAT MATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang manfaat mengingat mati bagi manusia menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
Kata “mati” menurut KBBI V dapat diartikan “sudah hilang nyawanya”, “tidak hidup lagi”, “tidak bernyawa”, “tidak pernah hidup”, “tidak berair (tentang air, sumur, dan sebagainya)”, “tidak berasa lagi (tentang kulit dan sebaginya)”, “padam (tentang lampu, api, dan sebagainya)”,”tidak terus”, “buntu (tentang jalan, pikiran, dan sebagainya)”, “tidak dapat berubah lagi”, “tetap (tentang harga, simpul, dan sebagainya)”, “sudah tidak digunakan lagi (tetang bahasa dan sebagainya)”, “tidak ada gerak atau kegiatan, seperti bubar (tentang perkumpulan dan sebagainya)”, “tidak ramai (tentang pasar, perdagangan, dan sebagainya)”, atau “tidak bergerak (tentang mesin, arloji, dan sebagainya)”.
Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 35.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kamu akan dikembalikan.”
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 78.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan,’Ini adalah dari sisi Allah’, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan,’Ini (datangnya) darimu (Muhammad)’. Katakan,’Semuanya (datang) dari Allah’. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?”
Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 26.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
“Semua yang ada di bumi, akan binasa.”
Para ulama menjelaskan bahwa manusia hidup di dunia ini tidak lama, paling lama hanya puluhan tahun, akan datang waktunya manusia berpisah dengan semua orang yang dicintainya, dan akan berpisah dengan dunia yang indah ini berikut isinya.
Perpisahan akan terjadi pada setiap manusia ketika kematian menjemputnya, di dunia ini tidak ada seorang manusia pun yang dapat menghindar dari kematian, meskipun manusia berusaha dengan segala cara agar hidup selamanya, tetapi kematian pasti menjemputnya.
Kematian akan menyapa kepada manusia yang baik dan manusia yang durhaka, kematian akan menimpa manusia yang berperang maupun yang duduk diam di rumahnya, manusia pasti mati di mana pun dia berada.
Para ulama menjelaskan bahwa banyak mengingat kematian akan melembutkan hati manusia dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia yang semakin indah memesona.
Mengingat kematian membuat manusia yang sedang memperoleh kenikmatan terhindar dari mabuk kepayang dan lupa daratan, serta mampu melapangkan hati manusia yang sedang dalam kesempitan dan kesusahan.
Nabi bersabda,”Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan orang yang paling banyak menyiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian.”
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 61.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَٰكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat memundurkannya sesaat pun dan tidak (pula) memajukannya.”
Al-Quran surah Al-Munafikun, surah ke-63 ayat 11.
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Al-Quran surah Al-Munafikun, surah ke-63 ayat 10.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakan sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antaramu; lalu ia berkata,’Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’.”
Daftar Pustaka
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap). Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online
SALAT PEKERJAAN UTAMA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat adalah pekerjaan umat Islam yang paling penting dan paling utama menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
Kata “sunah” (menurut KBBI V) dapat diartikan “jalan yang ditempuh”, “kebiasaan”, “auran agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari Nabi Muhammad, baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan”, “hadis”, “perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa”.
Kata “penting” menurut KBBI V dapat diartikan “utama”,”pokok”, sangat berharga”, mempunyai potensi yang menetukan (dalam pemerintahan, dan sebagainya seperti pejaat atau direktur)”.
Kata “utama” menurut KBBI V dapat diartikan “terbaik”, “nomor satu”, “amat baik”, “lebih baik dari yang lain-lain”, “terpenting”, atau “terpokok”.
Anas berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda,”Sesungguhnya yang pertama difardukan oleh Allah terhadap manusia dalam urusan agama adalah salat. Dan yang pertama-tama dihitung adalah masalah salat. Allah berfirman,’Periksalah hamba-Ku tentang salat fardunya. Jika salat fardunya sempurna, maka tulislah nilainya sempurna. Jika salat fardunya kurang, maka sempurnakan nilai salat fardunya dengan salat sunahnya’.”
Para ulama menjelaskan bahwa salat adalah pekerjaan umat Islam yang paling penting dan paling utama, karena semua amal perbuatan umat manusia sangat ditentukan oleh nilai salatnya.
Jika salat seorang manusia bernilai bagus, maka semua amal perbuatan seorang manusia bernilai bagus, dan sebaliknya jika salat seorang manusia bernilai jelek maka semua nilai amal perbauatan manusia bernilai jelek.
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap). Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment