HANYA
TINGGAL KENANGAN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. MERAWAT
BAKAL SEJARAH
2. Catatan
Eko Prasetyo
3. Pemred
MediaGuru
4. Coba
sesekali datang ke toko elektronik.
5. Perhatikan
apakah masih ada perangkat pemutar kaset.
6. Kalaupun
ada, boleh dibilang pembelinya sudah sangat jarang.
7. Benar,
kaset tinggal sejarah.
8. Era
digital benar-benar melahap banyak hal yang akhirnya hanya menyisakan kenangan.
9. Kaset
itu hanya contoh kecil.
10. Barangkali
permainan tradisional juga mulai menuju jurang kepunahan karena game di gadget
kian lekat dengan kids zaman now.
11. Lihat
saja ritel Ramayana mulai tutup di beberapa kota.
12. Sebab,
mal daring (online) membuat seseorang tak perlu mengeluarkan tenaga dan buang
ongkos kendaraan umum untuk sekadar belanja sesuatu.
13. Angkot
di kota-kota besar juga perlahan ditinggal hijrah peminatnya.
14. Pasalnya,
transportasi umum berbasis aplikasi lebih memanjakan pelanggannya.
15. Kini
saya tak perlu punya mobil dan mengeluarkan biaya perawatan.
16. Cukup
pesan di aplikasi, driver dengan mobil bersih wangi langsung datang mengantar.
17. Biayanya
pun terjangkau.
18. Saya
berpikir ada benarnya pesan tersirat di film Ocean's Thirteen (2007) yang dibintangi
George Clooney, Brad Pitt, dan Matt Dammon.
19. Dalam
sebuah adegan, ada kalimat menarik yang saya catat.
20. Yakni,
jangan menjadi manusia analog di zaman digital.
21. Saat
ini, jika tak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang ada, kita bakal
hilang dilumat masa dan tinggal kenangan.
22. Kalau
jadi sejarah, ini masih mending.
23. Lha
kalau dilupakan?
24. Karena
itu, saya rutin berkirim tulisan ke koran cetak.
25. Sebagai
orang yang pernah menjadi bagian dunia media cetak, saya mafhum apabila
industri koran cetak begitu tertatih-tatih.
26. Contoh
paling sahih adalah tutupnya majalah Rolling Stones Indonesia dan bahkan versi
web-nya pula pada akhir Desember 2017.
27. Sementara
koran-koran lokal dan sebagian majalah lain sudah mengucapkan sayonara lebih
dulu.
28. Lesunya
bisnis media cetak bisa dipahami tidak hanya karena kedigdayaan media sosial
yang aksesnya lebih cepat, mudah, dan murah.
29. Lebih
dari itu, mahalnya harga kertas dan minimnya pemasukan iklan menjadi faktor
lain mengapa napas koran kian sesak.
30. Dulu
saya menulis di harian Sinar Harapan yang begitu legendaris di ibu kota.
31. Kini
ia tinggal sejarah sejak ditutup pada 2015.
32. Begitu
pula koran Tempo edisi Minggu dan harian Bola yang akhirnya juga ditutup.
33. Tanpa
upaya konvergensi media, memang rasa-rasanya mustahil bisa mempertahankan
hegemoni koran cetak.
34. Sekarang
ini semuanya laksana politik: serbadinamis dan sukar diterka.
35. Maka,
selain inovasi, dibutuhkan orang-orang "jadul" yang masih gemar baca
koran pagi-pagi ditemani segelas kopi dan merdunya kicau derkuku.
36. Koran
cetak itulah yang saya maksud sebagai bakal sejarah.
37. Sebab,
bisa saja sewaktu-waktu koran sebesar Jawa Pos tutup seperti dialami The
Washington Post pada 2007.
38. Sebelum
itu terjadi, saya akan rajin menulis di Jawa Pos meski hanya surat pembaca.
39. Depok,
5 Januari 2017
(Sumber: internet Eko Prasetyo)
0 comments:
Post a Comment