Sunday, January 5, 2020

4196. HANYA TINGGAL KENANGAN


HANYA TINGGAL KENANGAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    MERAWAT BAKAL SEJARAH
2.    Catatan Eko Prasetyo
3.    Pemred MediaGuru
4.    Coba sesekali datang ke toko elektronik.
5.    Perhatikan apakah masih ada perangkat pemutar kaset.
6.    Kalaupun ada, boleh dibilang pembelinya sudah sangat jarang.
7.    Benar, kaset tinggal sejarah.
8.    Era digital benar-benar melahap banyak hal yang akhirnya hanya menyisakan kenangan.
9.    Kaset itu hanya contoh kecil.
10. Barangkali permainan tradisional juga mulai menuju jurang kepunahan karena game di gadget kian lekat dengan kids zaman now.
11. Lihat saja ritel Ramayana mulai tutup di beberapa kota.
12. Sebab, mal daring (online) membuat seseorang tak perlu mengeluarkan tenaga dan buang ongkos kendaraan umum untuk sekadar belanja sesuatu.
13. Angkot di kota-kota besar juga perlahan ditinggal hijrah peminatnya.
14. Pasalnya, transportasi umum berbasis aplikasi lebih memanjakan pelanggannya.
15. Kini saya tak perlu punya mobil dan mengeluarkan biaya perawatan.
16. Cukup pesan di aplikasi, driver dengan mobil bersih wangi langsung datang mengantar.
17. Biayanya pun terjangkau.
18. Saya berpikir ada benarnya pesan tersirat di film Ocean's Thirteen (2007) yang dibintangi George Clooney, Brad Pitt, dan Matt Dammon.
19. Dalam sebuah adegan, ada kalimat menarik yang saya catat.
20. Yakni, jangan menjadi manusia analog di zaman digital.
21. Saat ini, jika tak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang ada, kita bakal hilang dilumat masa dan tinggal kenangan.
22. Kalau jadi sejarah, ini masih mending.
23. Lha kalau dilupakan?
24. Karena itu, saya rutin berkirim tulisan ke koran cetak.
25. Sebagai orang yang pernah menjadi bagian dunia media cetak, saya mafhum apabila industri koran cetak begitu tertatih-tatih.
26. Contoh paling sahih adalah tutupnya majalah Rolling Stones Indonesia dan bahkan versi web-nya pula pada akhir Desember 2017.
27. Sementara koran-koran lokal dan sebagian majalah lain sudah mengucapkan sayonara lebih dulu.
28. Lesunya bisnis media cetak bisa dipahami tidak hanya karena kedigdayaan media sosial yang aksesnya lebih cepat, mudah, dan murah.
29. Lebih dari itu, mahalnya harga kertas dan minimnya pemasukan iklan menjadi faktor lain mengapa napas koran kian sesak.
30. Dulu saya menulis di harian Sinar Harapan yang begitu legendaris di ibu kota.
31. Kini ia tinggal sejarah sejak ditutup pada 2015.
32. Begitu pula koran Tempo edisi Minggu dan harian Bola yang akhirnya juga ditutup.
33. Tanpa upaya konvergensi media, memang rasa-rasanya mustahil bisa mempertahankan hegemoni koran cetak.
34. Sekarang ini semuanya laksana politik: serbadinamis dan sukar diterka.
35. Maka, selain inovasi, dibutuhkan orang-orang "jadul" yang masih gemar baca koran pagi-pagi ditemani segelas kopi dan merdunya kicau derkuku.
36. Koran cetak itulah yang saya maksud sebagai bakal sejarah.
37. Sebab, bisa saja sewaktu-waktu koran sebesar Jawa Pos tutup seperti dialami The Washington Post pada 2007.
38. Sebelum itu terjadi, saya akan rajin menulis di Jawa Pos meski hanya surat pembaca.
39. Depok, 5 Januari 2017
(Sumber: internet Eko Prasetyo)


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment