Sunday, January 17, 2021

8423. PAK KUSIR BERNAMA KASIR TIDUR DI KASUR YANG KASAR

 


PAK KUSIR BERNAMA KASIR SEDANG TIDUR DI KASUR YANG KASAR

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

 

Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur.

 

 

Bromo menarik karena berstatus gunung berapi aktif.

 

 

Termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

 

 

Masuk wilayah gunung bromo bisa ditempuh melewati 4 jalur.

 

 

 

Dari arah Pasuruan.

 

 

Berwisata ke Gunung Bromo lewat Pasuruan bisa ditempuh lewat 2 akses.

 

 

Lewat Purwodadi, Nongkojajar, Desa Tosari, tiba di lautan pasir gunung Bromo.

 

Lewat  Warungdowo, Ranggeh, Pasrepan, Puspo dan  Tosari, menuju pusat objek wisata berupa lautan pasir.

 

 

Jalur ini amat berat, tidak bisa dilewati dengan kendaraan roda empat biasa, jalanan mendaki dan menurun dengan curam.

 

 

Harus menggunakan kendaraan Jeep, sudah disiapkan pengelola wisata.

 

 

 

Pejalan kaki yang tangguh bisa menempuh jalur ini.

 

 

Dari arah Probolinggo.

 

Melewati desa Tongas, Sukapura, Cemoro Lawang sebelum turun ke lautan pasir.

 

 

Lerengnya tidak terlalu curam. Sepeda motor bisa melewati jalur ini.

 

 

Umumnya, para wisatawan melalui jalur ini.

 

Dari arah Malang.

 

 

Melewati desa Tumpang, Gubugklakah, Ngadas, Jemplang, Ranu Pane (bertemu dengan jalur dari arah Lumajang), Ranu Kombolo, Kalimati, Arcopodo, dan Mahameru.

 

 

Dari arah Lumajang.

 

 

 

Melewati desa Senduro, Bumo, Ranu Pane (bertemu dengan jalur dari arah Malang), Ranu, Kalimati, Arcopodo, dan Mahameru.

 

 

 

Bis memasuki terminal, penumpang turun berganti kendaraan kecil menuju hotel Cemoro Indah, Bromo.

 

 

 

Pak Kholik membagi kunci kamar, tiap kamar berisi 2 atau 3 tempat tidur diatur secara acak.

 

 

 

Kecuali 3 orang, yaitu Pak Kholik, Pak Baher, dan Pak Zainul Nuri.

 

 

Harus selalu sekamar di mana saja, kapan saja, mirip Coca-cola.

 

 

Peserta berkumpul di lapangan menuju kendaraan Jeep Hardtop, kendaraan 4 WD (4 wheels drive).

 

 

 

Salah satu versi mobil menggunakan penggerak pada keempat rodanya agar mampu berjalan di medan yang berat dengan tenaga dan dorongan sempurna.

 

 

 

Biasanya mobil ini berkasis besar.

 

 

 

 Misalnya, mobil jenis SUV dan Crossover.

 

 

Peserta diajak berkeliling mengitari gunung Bromo.

 

 

Melintasi lautan pasir, kendaraan naik dan turun dengan tajam, uji nyali.

 

 

Kami berhenti di beberapa lokasi berfoto bergantian dengan gaya masing-masing, gaya “bul-bul”.

 

 

Bergaya anak muda, meskipun semuanya sudah tua.

 

 

Sudah berumur 50-an tahun, disebut “seket” (seneng kethuan), suka memakai kopiah.

 

 

Belum sewidak (60 tahun) maaf, bisa bermakna “sekarate wis cedak”, sudah mendekati ajalnya.

 

 

Anggota MKKS berkumpul di lokasi kumpulan kuda.

 

 

Kami bersiap menunggang kuda menuju kawah gunung Bromo.

 

 

Pak Arie menaiki kuda, saya juga.

 

Tali kuda dikendalikan si pemilik, bisa disebut si kusir.

 

 

Waktu kami datang, kusir yang bernama Kasir sedang duduk di kasur yang kasar.

 

 

Pak Arie duduk di atas kuda, saya juga.

 

 

 

Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan,”Tret, tret, tuut…ciuuuut.”

 

 

 

Berasal dari belakang kuda yang saya naiki.

 

 

Terdengar suara “ciut” yang berarti “sempit”, meskipun lautan pasir amat luas.

 

 

Pak kusir yang bernama Kasir berkata, “Wah kasihan, kudanya masuk angin.”

 

 

 

“Bukan masuk angin, Pak. Tapi, keluar angin,” teriak Pak Arie.

 

 

Saya membela Pak Kasir, “Benar Pak Arie, perut kuda masuk angina, sehingga terdengar suara kentut.”

 

 

“Salah! Yang benar keluar angin, bukan masuk angina,” jelas Pak Arie.

 

 

Sejak saat itu, sampai sekarang, saya menganggap kudanya “masuk angin”.

 

 

 

Tetapi Pak Arie tetap bersikukuh menganggap “keluar angin”.

 

 

Debat kusir itu terbawa sampai pensiun.

 

 

Mulai 1 April 2017, Pak Arie memasuki usia purnatugas.

 

 

Pensiun dari guru PNS sekaligus dari “ambtenar”.

 

Mestinya, semua orang yang pensiun tidak perlu debat kusir.

 

 

Jangan tertipu urusan “tetek bengek”.

 

 

Pensiun bisa bermakna penuh konsentrasi urusan nanti, termasuk saya.

 

 

0 comments:

Post a Comment