ORANG JAWA SUSAH
SENANG BERSAMA MANGAN OPO ORA PENTING KUMPUL
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
Ada 7 pandangan orang
Jawa melihat dunia, yaitu:
1. Ketuhanan.
2. Takdir (rela dan
menerima).
3. Immaterial &
Supranatural.
4. Hakikat &
Kedalaman.
5. Kesusilaan.
6. Kebersamaan.
7. Simbolisme
1. Ketuhanan.
Dalam sejarahnya,
orang Jawa selalu punya Tuhan.
Istilah agama
menyebutnya orang beriman.
Orang Jawa sejak dulu
percaya ada kekuatan Tuhan yang Maha Hebat di alam semesta.
Sila pertama
Pancasila.
Yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa digali dari bangsa lndonesia sendiri.
Orang Jawa tak anti
Tuhan
Tak ateis dan tak
agnostik.
Ateis adalah orang
yang tak percaya adanya Tuhan.
Agnostik orang yang
percaya adanya Tuhan, tapi tak beragama.
2. Takdir (rela dan menerima)
Filsafat orang Jawa adalah “nerimo ing pandum”.
Artinya rela menerima apa pun pemberian Tuhan kepadanya.
Yaitu mengakui kenyataan yang ada.
Bukan pasrah.
Tapi terus berusaha memperbaiki agar sesuai kondisi ideal.
3. Immaterial
& Supranatural
Orang Jawa percaya bahwa alam semesta tak hanya diisi fisik
material saja.
Tapi juga berisi hal yang di luar materi dan supranatural
(gaib).
Hal ini pandangan khas Timur.
Berbeda dengan khas Barat modern.
Cara berpikirnya positifisme.
Yaitu hanya percaya alam semesta yang bisa diakses
dengan pancaindra.
Dunia Barat menganggap hal yang tak bisa diakses dengan
pancaindara tak ada gunanya.
Dan omong kosong belaka.
Dunia Timur termasuk agama lslam percaya ada hal gaib di luar
hal nyata.
Orang Jawa percaya ada makhluk yang jenisnya immaterial atau
supranatural (gaib).
4. Hakikat & Kedalaman
Orang Jawa tak hanya melihat tampilan fisik luar saja.
Tapi ingin juga menggali lebih dalam.
Yaitu aspek rasa dan hakikat.
Dalam membaca budaya Jawa harus masuk ke dalam.
Untuk melihat makna dan hakikatnya.
Karena tampilan luar itu sering bersifat simbolis.
Yang punya makna tertentu.
Orang Jawa suka isyarat dan metafora.
Yaitu bukan dalam arti sebenarnya, tapi sebagai gambaran.
5. Kesusilaan
Orang Jawa suka tata krama, aturan susila, dan budi pekerti.
Ada pola dan cara penghormatannya.
Orang Jawa mengatur cara menghargai orang lain sesuai levelnya.
Lewat gesture tubuh, ucapan, perilaku, dan kode etik tertentu.
Cara bicara diatur gaya krama inggil, krama, bahasa ngoko, dan
lainnya.
Berbeda objek yang dihadapi, maka berbeda cara penghargaannya.
6. Kebersamaan
Orang Jawa suka kebersamaan, guyup rukun, berkumpul, dan gotong
royong.
Ada peribahasa:
“Mangan gak mangan sing penting ngumpul.”
Artinya dalam kondisi gembira dan sedih tetap bersama.
7. Simbolisme
Orang Jawa dalam
mengemukakan sesuatu senang pakai simbol dan isyarat.
(Sumber Ngaji Fisafat
Dr Fahrudin Faiz)
0 comments:
Post a Comment