KOMPAS HIDUP DI
INDONESIA TAPI BENCI ISLAM
Malah Bagus.
Koran Kompas.
Memperjelas Posisinya
Kompas bingung.
Sebab tidak menemukan aspek.
Paling sexy.
Untuk disematkan.
Pada Anies Baswedan.
Anies Baswedan disebut radikal.
Tak jalan.
Anies Baswedan disebut intoleran.
Tidak terbukti.
Anies Baswedan disebut partisan.
Tak berdasar.
Koran Kompas memasang foto.
Yang tak relevan.
Dengan judul dan isi.
Dalam laporan berita:
“Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar
Biasa”.
Pemred Budiman Tanuredjo.
Memasang foto Anies Baswedan.
Di kantor KPK.
Gubernur DKI itu.
Diperiksa terkait.
Dugaan korupsi dana Formula E.
Pimpinan Kompas. Mengaku
Pemasangan Foto Anies di KPK. Sebuah Kelalaian.
Warganet: KPK Keras
terhadap Formula E tapi Melempem terhadap Mandalika
Mengapa saya setuju?
Karena iKompas tidak munafik.
Dalam bahasa lain.
Koran Kompas kosisten.
Mereka, untuk kesekian kalinya.
Menegaskan kembali posisinya:
Yaitu:
Anti-Islam.
Benci Islam.
Kompas memperjelas.
Misi dan keinginan mereka.
Ini malah bagus.
Tidak abu-abu.
Begitu seharusnya.
Lewat artikel dengan foto tak wajar itu.
Kompas ingin
menyampaikan pesan terselubung.
Bahwa Anies Baswedan.
Yaitu contoh orang korup.
Meskipun belum terbukti.
Terus, untuk apa Kompas melakukan ini?
Ya, itu tadi.
Konsisten dalam sikapnya.
Membenci Islam.
Benci umat Islam.
Terutama Islam politik.
Orang langsung tahu.
Bahwa Kompas selalu seperti itu.
Anies Baswedan.
Dianggap salah satu ikon Islam politik.
Dia didukung oleh umat Islam.
Dan dia punya peluang untuk menjadi presiden lewat Pilpres 2024.
Karena peluang itu sangat besar.
Kompas merasa perlu
menyudutkan Anies.
Dengan segala cara.
Termasuk cara halus.
Yang diboncengkan.
Dalam artikel yang foto ilustrasinya.
Tak “nyambung” itu.
Targetnya:
Anies jangan sampai menjadi presiden.
Sebetulnya.
Kompas tak suka
Islam.
Hal itu sudah ada.
Sejak munculnya.
Kompas memang
membawa misi itu.
Kalau Anda amati.
Berita mereka
tentang hal-hal.
Yang bisa
memberatkan.
Atau memojokkan umat.
Pasti Anda akan
temukan.
Misi yang dimaksud.
Biasanya Kompas
‘gaspol’.
Dalam pemberitaan,
artikel.
Dan lainnya.
Jika isinya menyudutkan
lslam.
Sebagai contoh.
Kompas akan
menurunkan liputan.
Dari berbagai ‘angle’.
Jika tentang penangkapan terduga teroris.
Tentang radikalisme, intoleransi, Islam liberal, dll.
Ada juga soal guru pesantren.
Yang cabul.
Diturunkan sebagai berita besar.
Ada yang salah?
Tentu tidak ada.
Kompas boleh saja tak suka Islam.
Itu hak mereka.
Yang mungkin salah.
Yaitu ‘fairness’ mereka.
Publik merasa Kompas tidak adil.
Tidak fair.
Orang Kompas
sekarang ini.
Melihat Anies Baswedan.
Sbagai musuh.
Yang harus dicegah.
Dan dihadang.
Agar tidak bisa ikut
pilpres 2024.
Jadi, tak heran.
Artikel “Korupsi
Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa”.
Mereka pakai secara
halus.
Untuk menggiring
opini publik.
Bahwa Anies adalah
koruptor.
Publik marah.
Mereka mampu membaca
tujuan Kompas.
Karena itu.
Mereka menyerbu .
Kolom komentar koran
ini.
Dan akun resmi media
sosial Kompas.
Ini saya sebut bagus.
Bahwa Kompas tidak menyembunyikan.
Kompas tak suka pada Islam.
Kompas tak suka pada umat lslam.
Mereka juga tidak sembunyi.
Tidak suka pada Anies Baswedan.
Yang dijadikan idola capres.
Oleh umat Islam.
Kompas memang
kerepotan.
Mereka tidak menemukan aspek.
Yang paling sexy.
Untuk disematkan ke Anies.
Mau disebut radikal, tak jalan.
Mau disebut intoleran, tidak terbukti.
Mau disebut partisan, sepenuhnya tak berdasar.
Akhirnya, orang-orang Kompas.
Mencoba stigma korupsi untuk Anies.
Lumayan, ada pemanggilan dan pemeriksaan KPK.
Sekali lagi, yang dilakukan Kompas itu sangat
bagus.
Semua orang tahu afiliasi politik Kompas.
Publik tidak perlu susah-susah mencari koordinat politik koran itu.
Selama ini masyarakat hanya tahu koordinat fisiknya saja.
Sekarang, koordinat politik dan koordinat fisik Kompas sudah terintegrasi di Peta Islamofobia
Indonesia.
Sehingga, nantinya kalau ada yang perlu memberikan masukan
kepada Kompas.
Bisa datang langsung ke alamat mereka.
9 September 2022
Asyari Usman
Jurnalis, Pemerhati Sosial Politik
0 comments:
Post a Comment