KOMPAS MINTA MAAF
SALAH PASANG FOTO ANIES BASWEDAN
Oleh: Drs HM Yusron Hadi, MM
Pimpinan Kompas
Mengaku.
Pemasangan Foto Anies di KPK.
Sebuah Kelalaian.
Berita Kompas.
Dengan foto Gubernur DKI
Jakarta.
Anies Baswedan.
Diakui sebagai kelalaian.
Anies Baswedan.
Memilih menyampaikan catatan ini.
Pada publik.
Agar bisa jadi pengingat.
Bagi semua.
Dalam bernegara dan berdemokrasi.
Pimpinan Harian Kompas klarifikasi.
Bahwa foto Gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan.
Di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada salah satu artikel beritanya.
Yaitu sebuah kelalaian.
Jawaban Anies Soal
Fotonya di Kompas, Rocky Gerung: Halus dan Tajam
Ojo Dibanding-bandingke,
Integritas Anies Keren
KPK Periksa Anies,
Legislator DKI Ini Yakin Ada Kepentingan Politik
Malah Bagus, Koran Kompas
Memperjelas Posisinya.
Penjelasan pemimpin harian terbesar.
Di tanah air ini.
Diketahui dari penyampaian Anies Baswedan.
Yang diunggah.
Dalam akun Instagram resminya.
@Anies Rasyid Baswedan.
Jumat, 9 September 2022.
Tidak disebut.
Siapa pimpinan
Kompas.
Yang menyampaikan
penjelasan.
Pada Anies.
Anies menanggapi
pemasangan foto dirinya.
Yang sedang di KPK.
Dalam berita Harian
Kompas.
Berjudul.
“Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa”.
Di rubrik Politik
dan Hukum.
Harian Kompas.
Kamis 8 September
2022.
“Kemarin, sesudah memenuhi undangan KPK.
Untuk memberi keterangan.
Terkait Formula-E.
Saya menerima banyak pesan.
Tentang berita di Harian Kompas,” kata Anies.
Jumat, 9 September 2022.
“Judul beritanya
besar:
Korupsi Bukan Lagi
Kejahatan Luar Biasa.
Isinya mayoritas.
Tentang pembebasan
bersyarat 23 narapidana tipikor.
Ada pula kolom.
Berisi daftar napi
tipikor yang dibebaskan,” sambung Anies.
Yang aneh, kata
Anies.
Terpampang foto
Gubernur DKI.
Tidak ada hubungan
dengan topik.
Yang ditulis dalam
artikel.
Di bagian akhir artikel.
Ada 3 paragraf kecil.
Tentang kedatangan
Gubernur DKI.
Ke KPK.
Juga tidak ada
hubungan.
Dengan topik
beritanya.
Menurut Gubernur
Anies Baswedan.
Media memang punya kekuatan
besar.
Dalam membentuk
persepsi, opini.
Dan perasaan
pembacanya.
“Karena punya kekuatan
besar.
Maka media harus punya
tanggung jawab.
Yang besar pula,”
tutur Anies.
Mantan Rektor
Universitas Paramadina Jakarta itu mengatakan.
Media sebagai pilar
demokrasi.
Bukannya tidak boleh
berpihak.
Tapi sebaliknya.
Media justru harus
berpihak pada:
1)
Kebenaran.
2)
Keadilan.
3)
Objektif.
Tanggung jawab media
memang berat.
Karena risiko dampak
salah langkah.
Juga besar.
“Kemarin, beberapa pemimpin Kompas menjelaskan pada saya.
Bahwa penempatan foto itu.
Yaitu kelalaian.
Tak ada niat framing buruk,”
ujarnya.
Meskipun demikian.
Anies Baswedan.
Menyanyangkan salah
mendasar.
Terjadi di media
seperti Kompas.
Yang pasti punya mekanisme.
Pengawasan berlapis.
“Hari ini.
Kompas memasang
berita baru.
Yang menjelaskan lebih
objektif.
Terkait kedatangan
saya ke KPK.
Kompas hari ini.
Memberi contoh pada
Kompas kemarin.
Tentang cara sebuah
berita.
Seharusnya ditulis,”
tuturnya.
Anies Baswedan
menjelaskan.
Dulu Kompas hendak
diberi nama:
Bentara Rakyat.
Tapi Bung Karno.
Usul nama Kompas.
Karena kompas.
Yaitu penunjuk arah
dan jalan.
“Kita berharap.
Filosofi nama Kompas.
Terus dijaga.
Jika sebuah kompas
berfungsi baik.
Maka kita lancar dan
selamat.
Mengarungi
perjalanan.
Tapi jika jarumnya.
Terpengaruh oleh
magnet (polar).
Maka ia tak lagi.
Dapat jadi penunjuk
arah.
“Saya memilih
percaya.
Penjelasan pemimpin Kompas.
Meskipun banyak yang
menyarankan.
Saya memilih tidak
membawa masalah ini .
Pada Dewan Pers,”
imbuh Anies.
“Tapi saya memilih tetap menyampaikan catatan
ini pada publik.
Agar bisa jadi pengingat.
Bagi kita semua.
Dalam bernegara.
Dan berdemokrasi,” tutup Anies, tegas.
(sumber kba)
0 comments:
Post a Comment