GUS BAHA LELAKI HARUS BERANI BERJUANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Kami berangkat bersama.
Ke Desa Narukan.
Kecamatan Kragan.
Kab Rembang.
Lokasi Gus Baha.
Menggelar kajian tafsir.
Gus Baha.
Kiai menjauhi popularitas.
Sering kritik orang.
Yang cari popular.
Dan uang dari agama.
Sangat sulit cari sosok.
Seperti Gus Baha.
Nama Gus Baha.
Kian santer terdengar.
Saat sejumlah tokoh populis.
Menyebut namanya.
Seperti:
1)
Ustad Adi Hidayat.
2)
Puthut EA .
Prof. Quraisy Syihab berkata,
“Sulit ditemukan orang.
Yang sangat paham.
Dan hafal detail Al-Qur’an.
Hingga detail fikih.
Yang tersirat dalam ayat Al-Qur’an.
Seperti Pak Baha.”
Seorang kawan mengatakan.
Bahwa Gus Baha adalah Wali.
Menjelang Zuhur yang sejuk.
Kami tiba.
Di Narukan, Kragan, Rembang.
Sejumlah orang
bersarung.
Dan berpeci hitam.
Mondar-mandir di
lingkungan.
Mereka datang dari:
1)
Tuban.
2)
Bojonegoro.
3)
Dan lainnya.
Kebanyakan Gus pondok.
Dan pengasuh pesantren.
Sambil bawa
kitab tebal.
Tafsir Jalalain.
Masuk ruangan.
Banyak orang sudah menanti.
Suasana tiba-tiba hening.
Sosok berbaju putih.
Duduk di depan meja.
Yang sudah disiapkan.
Perangainya tenang dan fokus.
Beliau KH. Bahauddin Nursalim.
Belum tampak tua.
Bahkan terlihat sangat muda.
Beberapa santri meletakkan ponsel.
Di depan Gus Baha.
Mayoritas santri merekam suara.
Sesaat setelah duduk.
Gus Baha langsung membuka kitab.
Dan mulai penjelasan.
Gus Baha.
Membahas yang tersurat.
Dalam kitab.
Juga kirim pesan tersirat.
Pada santri.
Terkait langsung pada bab kitab.
Atau tak terkait.
“Lanang tenan iku.
Gak wedi gak ndue duwit,” katanya.
Kalimat itu tiba-tiba muncul.
Disusul gelak tawa.
Lelaki sejati itu.
Tak takut tak punya uang.
Seorang lelaki.
Harus jadi petarung.
Bukan petarung fisik.
Tapi soal berani.
Hidup harus berani.
Harus ada unsur berjuang.
Minimal berjuang.
Melawan rasa takut tak punya uang.
Karena tiap manusia.
Sudah ditanggung rezekinya oleh Allah.
Saya tidak tahu.
Apakah kalimat dari Gus Baha.
Terkait topik kitab atau tidak.
Peserta ngaji semuanya laki-laki.
Dan uang.
Sering jadi masalah bagi lelaki.
Terlebih jika sudah berumah tangga.
Semua santri yang dating.
Tentu punya masalah uang.
Sejak dulu hingga sekarang.
Uang selalu jadi momok.
Bagi tiap orang.
“Lelaki harus punya mental petarung,” imbuhnya.
Laki-laki adalah pejuang.
Bukan penakut.
Lelaki harus berani berjuang.
Apa pun hasilnya.
Bukan lagi urusan manusia.
Kata berjuang dan berani.
Tafsirnya sangat luas.
Berani berjuang:
1)
Demi Pendidikan.
2)
Demi keluarga.
3)
Demi cinta.
4)
Dan lainnya.
Ya lelaki harus berani berjuang.
(Sumber: fb)
0 comments:
Post a Comment