MACAM-MACAM JIHAD
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang macam-macam jihad
menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
1. Kata “jihad” menurut KBBI V bisa
diartikan “usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan”, “usaha
sungguh-sungguh membela agama Islam degan mengorbankan harta benda, jiwa, dan
raga”, dan “perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam
dengan syarat tertentu”.
2. Para ulama menjelaskan bahwa terjadi
kekeliruan dalam memahami istilah “jihad”, karena “jihad” biasanya hanya
dipahami dalam arti “perjuangan fisik” atau “perlawanan bersenjata’, hal ini
terjadi karena sering kali kata “jihad” terucapkan pada saat perjuangan fisik.
3. Salah satu bentuk jihad adalah perjuangan
fisik dengan berperang, tetapi harus diingat pula bahwa masih ada jihad yang
lebih besar daripada pertempuran fisik, Nabi bersabda ketika baru kembali dari
medan pertempuran, “Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu
jihad melawan hawa nafsu”.
4. Sejarah turunnya ayat Al-Quran
membuktikan bahwa Nabi Muhammad telah diperintahkan berjihad sejak masih berada
di Mekah, dan jauh sebelum adanya izin mengangkat senjata untuk membela diri
dan agama.
5. Pertempuran pertama dalam sejarah Islam
terjadi pada tahun ke-2 Hijriah, tepatnya 17 Ramadan dengan meletusnya Perang
Badar, ketika Nabi Muhammad berumur 55 tahun.
6. Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25)
ayat 52 menyatakan jihad yang besar ketika Nabi masih berada di Mekah .
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar.
7. Kesalahpahaman itu disuburkan juga oleh
terjemahan yang kurang tepat terhadap ayat Al-Quran yang berbicara tentang
“jihad” yang diartikan dengan “anfus dan harta benda”.
8. Kata “anfus” sering diterjemahkan sebagai
“jiwa”, misalnya terjemahan oleh Departemen Agama RI.
9. Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat
72.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا
لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ
فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ
وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu
sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi
belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan
kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
10. Kata “anfus” dalam Al-Quran dapat
bermakna “nyawa”, “hati”, “jenis”, atau “totalitas manusia”, yaitu tempat
terpadu jiwa dan raganya, serta segala sesuatu yang tidak dapat terpisah
darinya.
11. Al-Quran mempersonifikasikan wujud
seseorang di hadapan Allah dan masyarakat dengan menggunakan kata “nafs”.
12. Kata “nafs” dalam konteks jihad dapat
dipahami sebagai “totalitas manusia”, sehingga kata “nafs” mencakup nyawa,
emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, serta waktu dan tempat yang berkaitan dengannya.
13. Pengertian ini, diperkuat dengan adanya
perintah dalam Al-Quran untuk berjihad tanpa menyebutkan “nafs” (harta benda).
14. Al-Quran surah Al-Haj (surah ke-22) ayat
78.
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا
جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ
شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ
فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan berjihadlah kamu pada jalan
Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang
muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong.
15. Para ulama menjelaskan bahwa berjihad
adalah berjuang sekuat tenaga untuk mengalahkan musuh.
a. Berjihad menghadapi musuh yang nyata.
b. Berjihad menghadapi setan.
c. Berjihad melawan nafsunya masing-masing.
16. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 218.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
17. Nabi Muhammad bersabda,”Berjihadlah
menghadapi nafsumu, seperti kamu berjihad menghadapi musuhmu”.
18. Nabi Mhammad bersabda,”Berjihadlah
menghadapi orang-orang kafir dengan tangan dan lidahmu”.
19. Pada umumnya, ayat Al-Quran yang
berbicara tentang jihad.
a. Tidak menyebutkan objek yang harus
dihadapi.
b. Secara tegas dinyatakan objeknya berjihad
menghadapi orang kafir dan munafik.
20. Al-Quran surah At-Taubah (surah ke-9)
ayat 73.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka
Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
21. Al-Quran surah At-Tahrim (surah ke-66)
ayat 9.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itu
adalah seburuk-buruk tempat kembali.
22. Kesimpulannya, bahwa umat Islam harus
berjihad menghadapi orang-orang kafir, munafik, setan, dan hawa nafsu, serta
dapat dikatakan bahwa sumber dari segala kejahatan adalah setan yang sering
memanfaatkan kelemahan nafsu manusia.
23. Ketika manusia sudah tergoda oleh setan, manusia
menjadi kafir, munafik, dan menderita penyakit hati, pada akhirnya manusia itu
sendiri menjadi setan, karena setan adalah “manusia dan jin yang durhaka kepada
Allah serta merayu pihak lain untuk melakukan kejahatan”.
24. Dalam berjihad, seluruh potensi umat
Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh dan penggunaan potensi tersebut
harus juga disesuaikan dengan musuh yang dihadapi.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment