MARHABAN
YA RAMADAN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang marhaban ya Ramadan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab
menjelaskannya
1. Kata
“marhaban” (menurut KBBI V) dapat diartikan “kata seru (afektif) untuk
menyambut atau menghormati kedatangan tamu (yang berarti selamat datang)”, dan
“lagu puji-pujian”.
2. Kata
“ya” dapat diartikan “kata untuk menyatakan setuju (membenarkan dan
sebagainya)”, “ia”, “kata untuk memastikan, menegaskan dalam bertanya (…bukan)”,
“tah”, “gerangan”, “kata untuk memberi tekanan pada suatu pernyataan”, “(kata
seru) hai”, “o”, “kata untuk meyahut panggilan”, dan “nama huruf ke-29 abjad
Arab”.
3. Kata
“marhaban” sama dengan “ahlan wa sahlan” yang artinya “selamat datang”,
meskipun keduanya bermakna “selamat datang”, tetapi penggunaannya berbeda.
4. Para
ulama tidak menggunakan “ahlan wa sahlan” untuk menyambut datangnya bulan
Ramadan, tetapi memakai “marhaban ya Ramadan”.
5. Kata
“ahlan” terambil dari kata “ahl” yang artinya “keluarga”, sedangkan kata
“sahlan” berasal dari kata “sahl” yang maknanya “mudah”, dan “dataran rendah”
karena mudah dilalui, tidak seperti “jalan mendaki”.
6. “Ahlan
wa sahlan” adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat
tersirat yaitu, “Anda berada di tengah keluarga dan melangkahkan kaki di
dataran rendah yang mudah”.
7. Kata
“marhaban” terambil dari kata “rahb” yang artinya “luas” dan “lapang”, sehingga
“marhaban” menggambarkan.
a. Tamu
disambut dan diterima dengan dada yang lapang.
b. Penuh
kegembiraan.
c. Dipersiapkan
baginya ruang yang luas untuk melakukan apa pun yang diinginkannya.
8. Dari
akar kata “marhaban”, terbentuk kata “rahbat” yang bermakna “ruangan yang luas
untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna
melanjutkan perjalanan.”
9. Marhaban
Ya Ramadhan berarti “Selamat datang Ramadan” mengandung arti.
a. Kita
menyambutnya dengan lapang dada.
b. Penuh
kegembiraan.
c. Tidak
dengan menggerutu.
d. Tidak
menganggap kehadirannya akan mengganggu ketenangan dan suasana nyaman kita.
10. Marhaban
Ya Ramadan, kita ucapkan untuk menyambut bulan suci itu, karena kita
mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan
menuju Allah.
11. Ada
gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui Allah, itulah nafsu, dan
di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, banyak perampok yang
mengancam, serta iblis yang merayu agar tidak melanjutkan perjalanan, serta
bertambah tinggi gunung yang didaki, maka bertambah hebat ancaman dan rayuan,
serta semakin curam dan ganas pula perjalanan.
12. Tetapi,
apabila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan
saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat
indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
13. Jika
perjalanan dilanjutkan akan menemukan kendaraan “Ar-Rahman” untuk mengantar
sang musafir bertemu dengan kekasih, yaitu Allah Yang Maha Pengasih lagi
Penyayang.
14. Umat
Islam perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu
a. Benih-benih
kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita.
b. Tekad
yang membaja untuk memerangi nafsu.
c. Agar
kita mampu menghidupkan malam Ramadan dengan salat dan tadarus, serta siangnya
dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara.
15. Semoga
kita berhasil, amin.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment