Sunday, February 3, 2019

1859. MUSTATSNA DENGAN ILLA


MUSTATSNA ILLA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang mustatsna dengan illa dalam bahasa Arab?” Tim Badar Online menjelaskannya.
1.    Mustatsnaa,  اَلْمُسْتَثْنَى  adalah isim (kata benda) yang terletak di belakang “adat istitsna” (alat pengecuali) untuk membedakan hukum dengan kata yang terletak di depan “adat istitsna” (alat pengecuali).

2.    Kata yang terletak DI DEPAN “adat istista” (alat pengecuali) disebut “mus-tats-naa min-hu”,  اَلْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
3.    Kata yang terletak DI BELAKANG “adat istitsna” (alat pengecuali) disebut “mus-tats-naa”,  اَلْمُسْتَثْنَى

4.    Adat istitsnaa,   أَدَاةُ الاِسْتِثْنَاء  (alat pengecuali) dibagi dalam 6 model.
5.    (il-la)  إِلاَّ   (kecuali)
6.    (ghai-ru)   غَيْرُ  (kecuali)
7.    (si-waa)  سِوَى  (kecuali)
8.    Kha-laa)   خَلاَ  (kecuali)
9.    (a-daa)   عَدَا   (kecuali)
10. (haa-syaa)  حَاشَا  (kecuali)

11. Hukum “muastatsna” اَلْمُسْتَثْنَى  dengan “illa”,  إِلاَّ  (kecuali).
a.    Jika kalimatnya POSITIF dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” HARUS manshub (nashob/fathah).
b.    Jika kalimatnya NEGATIF dan ditampilkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” BOLEH manshub (nashob/fathah).
c.    Jika kalimatnya NEGATIF dan TIDAK dimunculkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukan dalam kalimatnya.

12. Contoh penggunaan illa dalam kalimat POSITIF yang ditampakkan “mustatsna minhunya”, sehingga “mustatsnanya” HARUS manshub (nashob/fathah).
a.    رَجَعَ الْحَاضِرُوْنَ إِلاَّ مُحَمَّدَا  (ra-ja-‘a al-haa-di-ru-na il-la mu-ham-ma-daa) = (Para hadirin telah pulang, kecuali Muhammad).
1)    Kalimatnya positif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “al-haa-di-ruu-na”      الْحَاضِرُوْنَ    (para hadirin).
2)    Sehingga “mustatsnanya” HARUS manshub (nashob/fathah), yaitu “mu-ham-ma-DAN”  مُحَمَّدَا  (Muhammad).

b.    رَجَعَ التَّلاَمِيْذُ إِلاَّ وَلَدَيْن   (ra-ja-‘a at-ta-laa-mii-dzu il-la wa-la-dai-ni) = (Para siswa telah pulang, kecuali dua orang anak).
1)    Kalimatnya positif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “at-tu-laa-mii-dzu”    التَّلاَمِيْذُ     (para siswa).
2)    Sehingga “mustatsnanya” HARUS manshub (nashob/fathah), yaitu “wa-la-dai-ni”   وَلَدَيْن   (2  anak).

13. Contoh penggunaan illa dalam kalimat NEGATIF yang ditampilkan “mustatsna minhunya”, sehingga “mustatsnanya” BOLEH manshub (nashob/fathah).
a.    مَا رَجَعَ الْحَاضِرُوْنَ إِلاَّ مُحَمَّدًا / مُحَمَّدٌ   (maa-ra-ja-‘a al-haa-dhi-ruu-na il-la mu-ham-ma-DAN/mu-ham-ma-DUN) = (Para hadirin tidak pulang, kecuali Muhammad).
1)    Kalimatnya negatif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “al-haa-di-ruu-na”  الْحَاضِرُوْنَ    (para hadirin).
2)    Sehingga “mustatsnanya” BOLEH manshub (nashob/fathah), yaitu “mu-ham-ma-DUN/Mu-ham-ma-DAN”  مُحَمَّدٌ /  مُحَمَّدًا   (Muhammad).


b.    مَا رَجَعَ التَّلاَمِيْذُ إِلاَّ وَلَدَيْنِ / وَلَدَان  (maa-ra-ja-‘a at-ta-laa-mii-dzu il-la wa-la-DAI-NI/wa-la-DAA_NI) = (Para siswa tidak pulang, kecuali dua orang anak).

1)    Kalimatnya negatif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “at-tu-laa-mii-dzu”  التَّلاَمِيْذُ       (para siswa).
2)    Sehingga “mustatsnanya” BOLEH manshub (nashob/fathah), yaitu “wa-la-dai-ni/wa-la-daa-ni” وَلَدَيْنِ / وَلَدَان    (2 anak).

14. Contoh penggunaan illa dalam kalimat NEGATIF yang TIDAK dimunculkan “mustatsna minhunya”, sehingga “muastatsnanya” berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat.
a.    مَا رَجَعَ إِلاَّ مُحَمَّدٌ   (maa ra-ja-‘a il-la mu-ham-ma-dun) = (Tidak ada yang pulang, kecuali Muhammad).
1)    Kalimatnya negatif dan TIDAK ditampakkan “mustatsna minhunya”.
2)    Sehingga “mustatsnanya” berubah sesuai kedudukannya dalam kalimat, menjadi “mu-ham-ma-DUN”   مُحَمَّدٌ (Muhammad), yaitu berbentuk marfuk (rofak/dammah)


b.    مَا ضَرَبْتُ إِلاَّ زَيْدًا    (maa dha-rab-tu il-la zai-dan) = (Aku tidak memukul, kecuali Zaid).
1)    Kalimatnya negatif dan TIDAK ditampakkan “mustatsna minhunya”.
2)    Sehingga “mustatsnanya” berubah sesuai kedudukannya dalam kalimat, menjadi “zai-DAN”  زَيْدًا (Zaid), yaitu berbentuk manshub (nashob/fathah)
Daftar Pustaka.
1.    Tim Badar Online Wisma Misfallah Thalabul Ilmi (MTI), Pogung Kidul 8C, RT 01/RW 49, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, 55284
2.    E-mail: onlinebadar@yahoo.com




Related Posts:

  • 381. MASSAMEMAHAMI MAKNA MASYARAKAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaska… Read More
  • 381. MASSAMEMAHAMI MAKNA MASYARAKAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaska… Read More
  • 382. CIRICIRI KHAS SETIAP MASYARAKAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 381. MASSAMEMAHAMI MAKNA MASYARAKAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaska… Read More
  • 381. MASSAMEMAHAMI MAKNA MASYARAKAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaska… Read More

0 comments:

Post a Comment