Tuesday, February 26, 2019

1945. HUMOR BANK ES-A-TE










HUMOR BANK ES-A-TE
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

         Beberapa tahun yang lalu, sebanyak 44 orang kepala SMP Negeri Sidoarjo, dari sekolah masing-masing, berangkat menuju ke Malang. Sebagiab besar memakai kendaraan sendiri, tetapi beberapa orang bergabung dengan temannya, termasuk saya. Dengan satu tujuan, hotel Purnama, Batu, Malang, mengikuti acara Program MKKS Bermutu. 
       Saya ikut menumpang mobil teman, berangkat dari Bogi, Pademo Negoro, Sukodono. Pak Rodhi, sebagai joki yang mengendalikan “kuda”, agar baik jalannya.
      Duduk di sebelah kiri Pak Rodhi adalah Pak Azhari, si “ahli Hisab”. Tentu saja, sambil kebul-kebul, duduk dengan santai sambil merokok. Pak Azhari,  si “kepala suku” yang menentukan “abang ijonya” rombongan. Kapan berangkat, jalur yang dilewati, di mana mampir, kapan berhenti untuk makan dan “pipis”. 
       Di belakang Pak Rodhi, duduk Pak Hariono, si “raja lokal” yang memiliki IP tinggi. Makna IP di sini, bukan hanya berarti Indeks Prestasi waktu kuliah, juga bermakna “ilmu pendekatan”. Terbukti, selama bertugas sebagai kepala sekolah. Selalu berada di lokasi yang dekat tinggalnya.    
      Pak Ari, duduk di kursi sebelah kiri Pak Hariono. Pak Ari mendapatkan julukan si “panglima pinggiran”. Laksana sebuah peperangan, mulai dari pinggiran, kemudian menguasai pusat kota. Artinya, Pak Ari merasa “senang” dan “nyaman” bertugas di sekolah pinggiran.
    Sedangkan saya, duduk di dekat pintu mobil, bertugas sebagai “kernet” yang membuka dan menutup pintu mobil, agak mirip dengan Pak Ari.
      Kami menunggang mobil Toyota Avanza, berwarna silver. Toyota Avanza adalah jenis mobil yang “ditakuti” oleh para sopir bis. Mengapa? Karena tidak dapat disalib. Percuma mendahului mobil Toyota Avanza. Ketika berhasil mendahului satu mobil Avanza. Ternyata, di depan bis, masih ada mobil Avanza lagi. Menyalib lagi, masih ada lagi, begitu seterusnya, saking banyaknya.
      Selama perjalananan, kami membahas topik “ngalor ngidul”, bicara “nggedabrus”, dan  “ngomong blek”, sambil mendengarkan radio SS, Radio Suara Surabaya.
      Saat itu, Yoyong Burhanuddin, penyiar SS  menyampaikan telah terjadi peristiwa kejahatan yang terjadi  di suatu Bank Surabaya.   Si penjahat menggunakan semacam isolasi “double tape” untuk menghambat jalan masuk dan keluarnya kartu yang dipasang di mulut lubang masuk dan keluar Kartu ATM.  Dengan modus itu, penjahat akan memanfaatkan kejadian tersebut, untuk melaksanakan niat jahatnya.
      Saya mengawali pembicaraan, “Bank yang ditakuti pedagang adalah Bank Krut, karena  pedagang yang “bangkrut”, artinya barang dagangannya telah habis, tetapi uangnya juga ludes tidak ada sisanya.
     “Bank yang amat menjengkelkan adalah Bank ES-A-TE,” ujar Pak Azhari. “Bank apa itu?” tanya kami serentak. “Bangsat!”, seru Pak Azhari dan kami tertawa meledak berderai bersama.
     Tetapi Pak Ari diam saja. Mengapa? “Gak lucu”, teriak Pak Ari, sambil tersenyum. Kami tambah tertawa meledak. Ya,  sungguh lucu, wong humor kok tidak lucu. Berarti kan lucu!

0 comments:

Post a Comment