Monday, February 4, 2019

1860 MUSTATSNA DENGAN GHOIR DAN SIWA
























MUSTATSNA GHOIR SIWA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang mustatsna dengan ghoir dan siwa dalam bahasa Arab?” Tim Badar Online menjelaskannya.
1.    Mustatsnaa,  اَلْمُسْتَثْنَى  adalah isim (kata benda) yang terletak di belakang “adat istitsna” (alat pengecuali) untuk membedakan hukum dengan kata yang terletak di depan “adat istitsna” (alat pengecuali).

2.    Kata yang terletak DI DEPAN “adat istista” (alat pengecuali) disebut “mus-tats-naa min-hu”,  اَلْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
3.    Kata yang terletak DI BELAKANG “adat istitsna” (alat pengecuali) disebut “mus-tats-naa”,  اَلْمُسْتَثْنَى

4.    Adat istitsnaa,   أَدَاةُ الاِسْتِثْنَاء  (alat pengecuali) dibagi dalam 6 model.
a.    (il-la)  إِلاَّ   (kecuali)
b.    (ghai-ru)   غَيْرُ  (kecuali)
c.    (si-waa)  سِوَى  (kecuali)
d.    Kha-laa)   خَلاَ  (kecuali)
e.    (a-daa)   عَدَا   (kecuali)
f.     (haa-syaa)  حَاشَا  (kecuali)

5.    Hukum “muastatsna” اَلْمُسْتَثْنَى  dengan “illa”,  إِلاَّ  (kecuali).
a.    Jika kalimatnya POSITIF dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” HARUS manshub (nashob/fathah).
b.    Jika kalimatnya NEGATIF dan ditampilkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” BOLEH manshub (nashob/fathah).
c.    Jika kalimatnya NEGATIF dan TIDAK dimunculkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukan dalam kalimatnya.

6.    Hukum “muastatsna” اَلْمُسْتَثْنَى  dengan “GHOIR”, غَيْر dan “SIWA”  سِوَى
a.    Mustatsna dengan “ghoir” غَيْر dan “siwa” سِوَى selalu berbentuk majrur (jer/kasrah).
b.    Hukum perubahan (i’rab) pada “ghoir” غَيْر mengikuti: Hukum mustatsna dengan “il-la” إِلاَّ
1)    Jika kalimatnya POSITIF dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” HARUS manshub (nashob/fathah), sehingga GHOIR mengikuti HARUS manshub (nashob/fathah) menjadi “GHOIRU”.
2)    Jika kalimatnya NEGATIF dan ditampilkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” BOLEH manshub (nashob/fathah), sehingga GHOIR mengikuti BOLEH manshub (nashob/fathah) menjadi “GHOIRU/GHOIRA”.
3)    Jika kalimatnya NEGATIF dan TIDAK dimunculkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukan dalam kalimatnya, sehingga GHOlR berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukannya dalam kalimatnya.

7.     Contoh penggunaan mustatsna dengan “ghoir” غَيْر dan “siwa” سِوَى  dalam sebuah kalimat.
   رَسَبَ الطُّلاَّبُ غَيْرَ عَلِيٍّ (ra-sa-ba at-tul-la-bu ghoi-ra ‘a-liy-yin) = (Para murid gagal, kecuali Ali).
a.    Mustatsna minhunya adalah “ath-thul-la-bu”  الطُّلاَّبُ   (para siswa), berbentuk marfuk (rofak/dammah).
b.    Alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoira” غَيْرَ   (kecuali).
c.    Mustatsnanya adalah “a-liy-yin” عَلِيٍّ  (Ali), yang berbentuk majrur (jer/kasrah) karena terletak di belakang  “ghoira” غَيْرَ   (kecuali).

8.    Contoh penggunaan mustatsna dengan “ghoir” غَيْر dan “siwa” سِوَى  dalam sebuah kalimat.
نَجَحَ الطُّلاَّبُ سِوَى حَسَنٍ (na-ja-ha at-tul-la-bu si-waa ha-sa-nin)  = (Para murid lulus, kecuali Hasan)
a.    Mustatsna minhunya adalah “ath-thul-la-bu”  الطُّلاَّبُ   (para siswa), berbentuk marfuk (rofak/dammah).
b.    Alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “siwa” سِوَى    (kecuali).
c.    Mustatsnanya adalah “ha-sa-nin” حَسَنٍ   (Hasan), yang berbentuk majrur (jer/kasrah) karena terletak di belakang  “siwa”  سِوَى   (kecuali).

9.    Contoh penggunaan “ghoir” dalam kalimat POSITIF yang ditampakkan “mustatsna minhunya”, sehingga “ghoir” HARUS manshub (nashob/fathah).
   رَجَعَ الْحَاضِرُوْنَ غَيْرَ مُحَمَّدٍ   (ra-ja-‘a al-haa-di-ru-na ghoira mu-ham-ma-daa) = (Para hadirin telah pulang, kecuali Muhammad).
a.    Kalimatnya positif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “al-haa-di-ruu-na”     الْحَاضِرُوْنَ    (para hadirin).
b.    Alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoi-RA” غَيْرَ    (kecuali), harus manshub (nashob/fathah), karena kalimatnya positif dan  “mustatsna minhunya” dimunculkan.
c.    Mustatsnanya adalah “mu-ham-ma-din”  مُحَمَّدٍ   (Muhammad), yang berbentuk majrur (jer/kasrah) karena terletak di belakang  “ghira”    غَيْرَ   (kecuali).


10. Contoh penggunaan “ghoir” dalam kalimat NEGATIF yang ditampakkan “mustatsna minhunya”, sehingga “ghoir” BOLEH manshub (nashob/fathah).
مَا رَجَعَ الْحَاضِرُوْنَ غَيْرَ / غَيْرُ مُحَمَّدٍ  (maa ra-ja-‘a al-haa-di-ru-na ghoiRA/ghoiRU mu-ham-ma-DIN) = (Para hadirin tidak pulang, kecuali Muhammad).
a.    Kalimatnya negatif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “al-haa-di-ruu-na”  الْحَاضِرُوْنَ    (para hadirin).
b.    Sehingga alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoi-RA” غَيْرَ  atau “ghoi-RU” غَيْرُ     (kecuali), boleh manshub (nashob/fathah), karena kalimatnya negatif dan  “mustatsna minhunya” dimunculkan.
c.    Mustatsnanya adalah “mu-ham-ma-DIN”  مُحَمَّدٍ   (Muhammad), yang berbentuk majrur (jer/kasrah),  karena terletak di belakang  “ghoira”   غَيْرَ  atau “ghoiru”  غَيْرُ   (kecuali).

11. Contoh penggunaan “ghoir” dalam kalimat NEGATIF yang TIDAK ditampakkan “mustatsna minhunya”, sehingga “ghoir” mengikuti perubahan (i’rab)  sesuai kedudukannya dalam kalimat.
مَا رَجَعَ غَيْرُ مُحَمَّدٍ  (maa ra-ja-‘a ghoi-RU mu-ham-ma-DIN) = (Para hadirin tidak pulang, kecuali Muhammad).
a.    Kalimatnya negatif dan tidak ditampakkan “mustatsna minhunya”.
b.    Sehingga alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoi-RU” غَيْرُ     (kecuali), mengikuti perubahan (i’rab)  sesuai kedudukannya dalam kalimat.
c.    Mustatsnanya adalah “mu-ham-ma-DIN”  مُحَمَّدٍ   (Muhammad), yang berbentuk majrur (jer/kasrah),  karena terletak di belakang  “ghoiru”  غَيْرُ   (kecuali).


Daftar Pustaka.
1.    Tim Badar Online Wisma Misfallah Thalabul Ilmi (MTI), Pogung Kidul 8C, RT 01/RW 49, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, 55284
2.    E-mail: onlinebadar@yahoo.com






Related Posts:

  • 236. ADHAKhutbah Idul Adha 1438 H ,1-9-2017 “MENELADANI NABI IBRAHIM” Khutbah-1, السلام علي&#… Read More
  • 237. QADARMALAM LAILATUL QADAR (Seri ke-1) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijel… Read More
  • 236. ADHAKhutbah Idul Adha 1438 H ,1-9-2017 “MENELADANI NABI IBRAHIM” Khutbah-1, السلام علي&#… Read More
  • 237. QADARMALAM LAILATUL QADAR (Seri ke-1) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijel… Read More
  • 237. QADARMALAM LAILATUL QADAR (Seri ke-1) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijel… Read More

0 comments:

Post a Comment