MUSTATSNA
GHOIR SIWA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang mustatsna dengan ghoir dan siwa dalam bahasa Arab?” Tim Badar Online
menjelaskannya.
1. Mustatsnaa, اَلْمُسْتَثْنَى adalah isim (kata benda) yang terletak di
belakang “adat istitsna” (alat pengecuali) untuk membedakan hukum dengan kata
yang terletak di depan “adat istitsna” (alat pengecuali).
2. Kata
yang terletak DI DEPAN “adat istista” (alat pengecuali) disebut “mus-tats-naa
min-hu”, اَلْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
3. Kata
yang terletak DI BELAKANG “adat istitsna” (alat pengecuali) disebut
“mus-tats-naa”, اَلْمُسْتَثْنَى
4. Adat
istitsnaa, أَدَاةُ الاِسْتِثْنَاء (alat pengecuali) dibagi dalam 6 model.
a. (il-la) إِلاَّ (kecuali)
b. (ghai-ru) غَيْرُ (kecuali)
c. (si-waa) سِوَى (kecuali)
d. Kha-laa) خَلاَ (kecuali)
e. (a-daa) عَدَا (kecuali)
f. (haa-syaa) حَاشَا (kecuali)
5. Hukum
“muastatsna” اَلْمُسْتَثْنَى dengan “illa”, إِلاَّ (kecuali).
a. Jika
kalimatnya POSITIF dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya”
HARUS manshub (nashob/fathah).
b. Jika
kalimatnya NEGATIF dan ditampilkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya”
BOLEH manshub (nashob/fathah).
c. Jika
kalimatnya NEGATIF dan TIDAK dimunculkan “mustatsna minhunya”, maka
“mustatsnanya” berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukan dalam
kalimatnya.
6. Hukum
“muastatsna” اَلْمُسْتَثْنَى dengan “GHOIR”, غَيْر dan “SIWA” سِوَى
a. Mustatsna
dengan “ghoir” غَيْر dan “siwa”
سِوَى
selalu
berbentuk majrur (jer/kasrah).
b. Hukum
perubahan (i’rab) pada “ghoir” غَيْر mengikuti: Hukum mustatsna
dengan “il-la” إِلاَّ
1) Jika
kalimatnya POSITIF dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya” HARUS
manshub (nashob/fathah), sehingga GHOIR mengikuti HARUS
manshub (nashob/fathah) menjadi “GHOIRU”.
2) Jika
kalimatnya NEGATIF dan ditampilkan “mustatsna minhunya”, maka “mustatsnanya”
BOLEH manshub (nashob/fathah), sehingga GHOIR mengikuti BOLEH manshub
(nashob/fathah) menjadi “GHOIRU/GHOIRA”.
3) Jika
kalimatnya NEGATIF dan TIDAK dimunculkan “mustatsna minhunya”, maka
“mustatsnanya” berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukan dalam
kalimatnya, sehingga GHOlR berubah bentuknya (i’rabnya) sesuai dengan kedudukannya
dalam kalimatnya.
7. Contoh penggunaan mustatsna dengan “ghoir” غَيْر
dan
“siwa” سِوَى dalam sebuah kalimat.
رَسَبَ الطُّلاَّبُ غَيْرَ عَلِيٍّ (ra-sa-ba
at-tul-la-bu ghoi-ra ‘a-liy-yin) = (Para murid gagal, kecuali Ali).
a. Mustatsna
minhunya adalah “ath-thul-la-bu” الطُّلاَّبُ (para siswa), berbentuk marfuk
(rofak/dammah).
b. Alat
pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoira” غَيْرَ (kecuali).
c. Mustatsnanya
adalah “a-liy-yin” عَلِيٍّ (Ali), yang berbentuk majrur (jer/kasrah)
karena terletak di belakang “ghoira” غَيْرَ (kecuali).
8. Contoh
penggunaan mustatsna dengan “ghoir” غَيْر dan
“siwa” سِوَى
dalam sebuah kalimat.
نَجَحَ الطُّلاَّبُ سِوَى حَسَنٍ (na-ja-ha
at-tul-la-bu si-waa ha-sa-nin) = (Para
murid lulus, kecuali Hasan)
a. Mustatsna
minhunya adalah “ath-thul-la-bu” الطُّلاَّبُ (para siswa), berbentuk marfuk (rofak/dammah).
b. Alat
pengecualinya (adat istitsna) adalah “siwa” سِوَى (kecuali).
c. Mustatsnanya
adalah “ha-sa-nin” حَسَنٍ (Hasan), yang berbentuk majrur (jer/kasrah)
karena terletak di belakang “siwa” سِوَى (kecuali).
9. Contoh
penggunaan “ghoir” dalam kalimat POSITIF yang ditampakkan “mustatsna minhunya”,
sehingga “ghoir” HARUS manshub (nashob/fathah).
رَجَعَ الْحَاضِرُوْنَ غَيْرَ مُحَمَّدٍ (ra-ja-‘a
al-haa-di-ru-na ghoira mu-ham-ma-daa) = (Para hadirin telah pulang, kecuali
Muhammad).
a. Kalimatnya
positif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “al-haa-di-ruu-na” الْحَاضِرُوْنَ (para hadirin).
b. Alat
pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoi-RA” غَيْرَ (kecuali), harus manshub (nashob/fathah), karena
kalimatnya positif dan “mustatsna
minhunya” dimunculkan.
c. Mustatsnanya
adalah “mu-ham-ma-din” مُحَمَّدٍ
(Muhammad), yang berbentuk majrur
(jer/kasrah) karena terletak di belakang
“ghira” غَيْرَ (kecuali).
10. Contoh
penggunaan “ghoir” dalam kalimat NEGATIF yang ditampakkan “mustatsna minhunya”,
sehingga “ghoir” BOLEH manshub (nashob/fathah).
مَا رَجَعَ
الْحَاضِرُوْنَ غَيْرَ / غَيْرُ مُحَمَّدٍ
(maa
ra-ja-‘a al-haa-di-ru-na ghoiRA/ghoiRU mu-ham-ma-DIN) = (Para hadirin tidak pulang,
kecuali Muhammad).
a. Kalimatnya
negatif dan ditampakkan “mustatsna minhunya”, yaitu “al-haa-di-ruu-na” الْحَاضِرُوْنَ (para hadirin).
b. Sehingga
alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoi-RA” غَيْرَ atau “ghoi-RU” غَيْرُ (kecuali), boleh manshub (nashob/fathah),
karena kalimatnya negatif dan “mustatsna
minhunya” dimunculkan.
c. Mustatsnanya
adalah “mu-ham-ma-DIN” مُحَمَّدٍ (Muhammad), yang berbentuk majrur
(jer/kasrah), karena terletak di
belakang “ghoira” غَيْرَ atau “ghoiru” غَيْرُ (kecuali).
11. Contoh
penggunaan “ghoir” dalam kalimat NEGATIF yang TIDAK ditampakkan “mustatsna
minhunya”, sehingga “ghoir” mengikuti perubahan (i’rab) sesuai kedudukannya dalam kalimat.
مَا رَجَعَ غَيْرُ مُحَمَّدٍ (maa ra-ja-‘a ghoi-RU
mu-ham-ma-DIN) = (Para hadirin tidak pulang, kecuali Muhammad).
a. Kalimatnya
negatif dan tidak ditampakkan “mustatsna minhunya”.
b. Sehingga
alat pengecualinya (adat istitsna) adalah “ghoi-RU” غَيْرُ (kecuali), mengikuti perubahan
(i’rab) sesuai kedudukannya dalam
kalimat.
c. Mustatsnanya
adalah “mu-ham-ma-DIN” مُحَمَّدٍ (Muhammad), yang berbentuk majrur
(jer/kasrah), karena terletak di
belakang “ghoiru” غَيْرُ (kecuali).
Daftar
Pustaka.
1. Tim
Badar Online Wisma Misfallah Thalabul Ilmi (MTI), Pogung Kidul 8C, RT 01/RW 49,
Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, 55284
2. E-mail:
onlinebadar@yahoo.com
0 comments:
Post a Comment