SEJARAH TALIBAN DI AFGANISTAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Taliban mengambil alih Istana
Kepresidenan Afganistan di Kabul.
Presiden Afganistan, Ashraf Ghani,
meninggalkan Kabul hari Minggu
(15/08/2021).
Saat Taliban masuk ibu kota Afganistan.
Taliban
menyatakan perang telah berakhir.
Usai
para pejuangnya mengambil alih Istana Kepresidenan.
"Hari
ini adalah hari besar bagi rakyat Afganistan.
Dan
para mujahidin.
Mereka
menyaksikan buah upaya dan pengorbanan selama 20 tahun," kata juru bicara
kantor politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada Al Jazeera TV.
"Alhamdulillah,
perang telah berakhir di negara ini," kata Naeem.
SEJARAH
TALIBAN
Taliban
adalah faksi religius dan politik ultrakonservatif.
Yang
berkembang di Afganistan pertengahan 1990-an.
Kelompok
Taliban muncul seiring mundurnya tentara Soviet.
Jatuhnya
rezim komunis Afganistan.
Dan
kacaunya ketertiban sipil.
Taliban
(Taleban) berasal dari bahasa Pashto.
Artinya
“murid”.
Anggota
kelompok Taliban mayoritas siswa madrasah.
Bagi
pengungsi Afgan di utara Pakistan pada 1980-an.
Kekuatan
Taliban membesar seiring dukungan rakyat.
Terutama
dari kelompok etnis Pashtun di selatan Afghanistan.
Dan
bantuan unsur Islam konservatif di luar negeri.
Bantuan
itu membuat Taliban merebut Kabul, ibu kota Afganistan.
Dan
menguasai Afganistan.
Taliban
muncul pada 1994.
Sebagai
kekuatan yang ingin tertib sosial di Provinsi Kandahar, selatan Afganistan.
Dengan
cepat, kelompok Taliban menaklukkan panglima perang lokal.
Yang
menguasai selatan Afganistan.
Perlawanan
terhadap Taliban muncul.
Terutama
dari kelompok etnis non-Pashtun.
Seperti
Tajik, Uzbekistan, dan Hazara.
Kelompok
ini memandang Taliban adalah kelanjutan hegemoni Pashtun.
Pada
2001, Taliban menguasai seluruh wilayah Afganistan.
Kecuali
sebagian kecil di utara Afganistan.
Opini
global sebagai besar menentang kebijakan sosial Taliban.
Sejumlah
kebijakan itu terkait:
1.
Wanita.
2.
Peninggalan
agama non-Islam.
3.
Penerapan
hukum pidana yang keras.
Taliban
melarang kehidupan publik untuk wanita.
Termasuk
larangan akses pada pendidikan dan pekerjaan.
Taliban
melakukan penghancuran peninggalan artistik non-Islam secara sistematis.
Seperti
di Kota Bamiyan.
Taliban
menerapkan hukuman pidana keras.
Termasuk
hukuman gantung.
Arab
Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab mengakui Taliban.
Taliban
menolak mengekstradisi pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden ke AS.
Terkait
serangan di World Trade Center, New York City.
Dan
Pentagon, DC pada 11 September 2001.
Hal
itu memicu konfrontasi militer dengan AS dan sekutu.
Pemberontakan
Taliban terhadap pasukan AS dan NATO berlanjut.
Setelah
digulingkan dari kekuasaan.
Taliban
disebut mendanai sebagian besar lewat bisnis opium.
Meskipun
diusir dari Kandahār.
Pemimpin
Taliban Mullah Mohammad Omar.
Terus
mengarahkan pemberontakan dari lokasi yang tidak diketahui.
Mullah
disebut berada di Pakistan, meskipun hal ini dibantah Taliban.
Pada
Juli 2015.
Pemerintah
Afganistan menemukan Omar meninggal pada 2013 di rumah sakit Pakistan.
Mullah
Akhtar Mansour ditunjuk sebagai penggantinya.
Mansour
terbunuh dalam serangan udara AS di Pakistan pada Mei 2016.
Haibatullah
Akhundzada mengambil kepemimpinan Mansour.
Meskipun
perannya sebagian besar terbatas bidang politik dan agama.
Sayap
militan Taliban berkembang di bawah arahan Haqqani.
Sirajuddin,
pemimpin Haqqani, menjabat sebagai wakil pemimpin Taliban.
Taliban
mampu bertahan dari invasi.
Dan
Pemerintah pusat Afganistan tak mampu mengontrol di seluruh negeri.
Mendorong
pemerintah pusat rekonsiliasi dengan Taliban.
Pejabat
di bawah Presiden Hamid Karzai bertemu secara informal dengan para pemimpin
Taliban.
Kontak
formal pertama dilakukan di bawah Presiden Ashraf Ghani.
Tetapi, Taliban tetap melihat pemerintah
pusat sebagai pemerintahan yang tidak sah secara fundamental.
Taliban
bersikeras melakukan pembicaraan dengan kekuatan asing.
Yang
menyebabkan kemunculan pemerintahan pusat.
Yaitu
Amerika Serikat.
Pada
tahun 2018, Taliban dan Amerika Serikat mulai bertemu.
Dengan
bantuan Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab.
Karena
mereka punya hubungan diplomatik dengan dua pihak.
Diskusi
Taliban dan AS terfokus penarikan pasukan AS dari Afganistan.
Pihak
AS berharap Taliban dapat bernegosiasi dengan pemerintah pusat.
Pada
Juli 2019.
Diskusi
Taliban dan AS melibatkan pejabat pemerintah pusat.
Pemerintah
pusat Afganistan setuju dengan perwakilan Taliban.
Tentang
prinsip umum rekonsiliasi di masa depan.
Perwakilan
Taliban tidak diberi wewenang oleh organisasi.
Untuk
bernegosiasi dalam kapasitas resmi.
Tetapi
pengamat menganggap pertemuan itu berhasil memecah kebekuan.
September
2019, Amerika Serikat dan Taliban sepakat.
Untuk
mempersempit perincian yang ditandatangani.
Tetapi,
serangan Taliban di Kabul menewaskan anggota militer AS.
Beberapa
hari kemudian.
Pertemuan
rahasia pejabat tinggi AS dan Taliban dibatalkan AS.
Dengan
alasan serangan itu.
Pada
akhir Februai 2020,
Taliban
dan AS sepakat mulai pembicaraan dengan pemerintah pusat.
Dalam
waktu 10 hari setelah perjanjian.
Juga
mencegah al-Qaeda dan Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL atau Negara
Islam di Irak dan ISIS di Suriah).
Agar
tidak beroperasi di Afganistan.
Amerika
Serikat berjanji menarik pasukan tentaranya di Afghanistan.
Secara
bertahap dalam 14 bulan mulai Maret 2020.
Janji
ini tertunda.
Karena
pemerintah pusat enggan bertukar tahanan.
Yang
dijanjikan kepada Taliban oleh Amerika Serikat.
Pada
12 September 2020, mulai negosiasi antara Taliban dan pemerintah pusat
Afganistan.
Negosiasi
ini tidak membuahkan hasil besar per April 2021.
Amerika
Serikat tetap berkomitmen menarik pasukan tentara.
Meskipun
menunda dari Mei menjadi September 2020.
Didorong
penarikan pasukan tentara AS.
Taliban
dengan cepat merebut kekuasaan di belasan distrik.
Dan
menargetkan ibu kota provinsi.
Meskipun
Taliban terlihat kurang pasukan dan senjata.
Tapi
serangan Taliban menjadi pukulan serius bagi pemerintah pusat.
Dan
moral pasukan keamanan Afganistan jatuh.
Pertengahan
Agustus 2021, Taliban merebut
sebagian besar Negara.
Termasuk
kota strategis Kandahār dan Ghazn.
Kelompok
Taliban menguasai Afghanistan setelah mengambil alih Istana Kepresiden di Kabul.
Minggu,
15 Agustus 2021, Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Kabul
(Sumber detiknews)
0 comments:
Post a Comment