Sunday, December 5, 2021

11937. PELAJARAN MELETUSNYA GUNUNG SEMERU

 





PELAJARAN MELETUSNYA GUNUNG SEMERU

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Saat semua normal.

Manusia sering lupa.

 

Siapa dirinya.

 

Dan siapa Allah Yang Maha Pencipta Alam Semesta.

 

Allah Maha Penjaga jagat raya.

 

Saat tak ada gunung meletus.

Tak ada gempa bumi.

 

Tak ada banjir.

 

Tak ada puting beliung.

 

Semua berjalan normal saja.

 

Manusia sering lupa siapa dirinya.

 

Ada  manusia yang berkacak pinggang.

 

Menghina Allah.

Dan mencampakkan aturan-Nya

 

Bahkan, dengan sombongnya ingin menggantikan Allah.

 

Manusia ingin membuat aturan.

Mengatur alam dengan seenaknya.

 

Hutan digunduli.

Gunung dikeruk.

Dan alam lingkungan dirusak.

 

Peristiwa Banjir bandang, gunung meletus.

 

Gempa bumi, angin taufan.

Dan peringatan alam lainnya.

 

 Hal itu termasuk ayat-ayat-Nya untuk mengingatkan manusia.

 

 

Tapi, manusia tetap manusia.

 

Angkuh dan sombong. 

 

Merasa bisa dan merasa berkuasa. Itu tabiat manusia.

 

Maka, saat terjadi musibah.

Ketika terjadi bencana.

 

Itu waktu terbaik.

Bagi manusia untuk menyadari semuanya.

 

Kembali kepada-Nya.

Mengembalikan semua urusan dunia dan akhirat.

Kepada Allah saja.

 

Karena Allah sejatinya pemilik alam semesta.

 

Pemilik mutlak dunia dan akhirat.

Allah berhak mengatur hidup kita.

 

Sesuka Allah.

Manusia tak punya hak apa pun.

 

Manusia asalnya tak ada.

Sekarang ada di bumi.

 

Kelak akan hilang dari muka bumi.

 

 

 

Di balik alam semesta.

Manusia dan segala kehidupan.

 

Ada Allah Maha Pencipta dan Pengatur.

Allah Maha Sempurna dan Bijaksana.

 

Ya Allah.

Ampunilah dosa kami.

 

Kesombongan dan keangkuhan kami.

 

Yang angkuh dan sombong.

Karena merasa mampu menguasai  dunia ini.

 

MUSIBAH BISA MENIMPA ORANG BERDOSA DAN TIDAK  

 

 

Fitnah adalah bencana yang bisa menimpa orang bersalah.

Dan tidak bersalah.

 

Musibah terjadi karena kesalahan manusia.

 

Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat  30.

 

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

 

Dan apa saja musibah yang menimpamu, karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahanmu).

 

 

Musibah terjadi dengan  izin Allah

 

Al-Quran surah At-Tagabun (surah ke-64) ayat 11.

 

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

 

 

Musibah untuk menguji dan  menempa manusia.

 

Al-Quran surah Al-Hadid (surah ke-57) ayat 22-23.

 

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

 

Tidak ada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian mudah bagi Allah.

 

 

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

 

(Kami jelaskan yang demikian) agar kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan agar kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

 

 

Fitnah ujian bencana alam yang terjadi.

 

Tidak hanya menimpa orang berdosa saja.

 

 Tapi juga bisa menimpa orang  yang tidak berdosa.

 

Jika orang berdosa ditimpa mudarat akibat bencana.

Maka itu akibat dosanya.

 

Jika orang tidak berdosa ditimpa bencana dan masih hidup.

 

Maka itu ujian untuk melihat kualitas imannya.

 

Jika dia wafat, padahal tak berdosa.

 

Atau dosanya tak seimbang dengan musibah yang menimpanya.

 

Maka itu tangga untuk mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah.

 

 

 

Sumber:

 

1.Suara.muhammadiyah.

2.KH Hafidz Abdurrahman)

 

 


0 comments:

Post a Comment