Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BERANI DI TENGAH CEROBOH DAN TAKUT. Show all posts
Showing posts with label BERANI DI TENGAH CEROBOH DAN TAKUT. Show all posts

Friday, November 20, 2020

6711. BERANI DI TENGAH CEROBOH DAN TAKUT

 


BERANI DI TENGAH CEROBOH DAN TAKUT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah anggota dalam satu umat.

 

 

Ada yang berpendapat satu umat jumlahnya 100 orang.

 

Ada yang mengatakan jumlah satu umat adalah 40 orang.

 

 

Al-Quran dan hadis Nabi tidak membatasi pengertian umat hanya pada kelompok manusia, tetapi binatang juga termasuk umat.

 

 

Nabi bersabda, “Semut adalah umat dan umat-umat Allah”, dan “Seandainya anjing-anjing bukan umat dan umat-umat Allah, niscaya saya perintahkan untuk dibunuh”.

 

 

Kata “umat” dipakai untuk manusia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta untuk manusia durhaka.

 

 

Dalam Al-Quran kata “umat” dalam bentuk tunggal ditemukan 52 kali.

 

 

Kata “umat” punya makna indah, luwes, dan lentur, sehingga dapat mencakup aneka makna.

 

Serta dapat menampung berbagai perbedaan dalam kebersamaan.

 

 

Al-Quran memilih kata “umat” untuk menunjukkan “himpunan pengikut Nabi Muhammad atau umat Islam”.

 

Sebagai isyarat “umat Islam” dapat menampung segala perbedaan dalam kelompok.

 

Betapa pun kecilnya jumlah mereka, selama masih dalam arah yang sama, yaitu beriman kepada Allah.

 

 

Dalam kata “umat” terselip makna mendalam, yaitu mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya dan cara hidupnya.

 

 

 

 

Kata “umat” punya keistimewaan disbanding kata semacam “nation” atau “qabilah” yang artinya “suku”.

 

 

Kata “umat” dalam konteks sosiologis artinya “himpunan manusiawi yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah kepemimpinan bersama.”

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 143 menyatakan umat Islam adalah “ummatan wasatha”.

 

 

 

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

 

 

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikanmu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberikan petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

 

 

Pada awalnya, kata “wasath” artinya “semua yang baik sesuai dengan objeknya” dan “sesuatu yang baik yang berada pada posisi di antara dua ekstrem”.

Keberanian adalah “pertengahan sifat ceroboh dan takut”.

 

 

Kedermawanan adalah “pertengahan antara sikap boros dan kikir”.

 

 

Kesucian adalah “pertengahan antara kedurhakaan karena dorongan nafsu yang menggebu dan impotensi”.

 

 

Kata “wasath” berkembang maknanya menjadi “tengah”.

 

Orang yang menghadapi dua pihak bermusuhan dituntut untuk menjadi “wasath” (wasit).

 

 

Wasit  berada pada posisi tengah agar berlaku adil, lalu muncul makna “wasath” (adil).

 

 

Ummatan wasatha adalah umat  moderat, dan posisinya berada di tengah-tengah, agar dapat dilihat oleh semua pihak dari segenap penjuru.

 

 

Umat Islam adalah “ummatan wasatha” artinya umat Islam menjadi “syuhada” (saksi), serta menjadi teladan dan “patron” (pola) bagi yang lain.

 

 

Pada saat yang sama umat Islam menjadikan Nabi Muhammad sebagai contoh teladan dan saksi pembenaran bagi semua aktivitasnya.

Keberadaan umat Islam dalam “posisi pertengahan” menyebabkan umat Islam tidak seperti umat yang hanyut oleh materialisme dan kebendaan semata, serta tidak mengantarnya membumbung tinggi ke alam rohani saja yang tidak berpijak di bumi.

 

 

Posisi pertengahan menjadikan umat Islam harus mampu memadukan aspek jasmani, rohani, material, dan spiritual dalam segala sikap, perilaku, kegiatannya.

Posisi umat Islam sebagai “ummat wasathiyat” (umat moderat dalam posisi pertengahan).

 

Mengundang umat Islam untuk berinteraksi, berdialog, dan terbuka dengan semua pihak dalam berbagai agama, budaya, dan peradaban.

 

Umat Islam tidak dapat menjadi saksi yang baik dan berlaku adil, apabila umat Islam bersikap tertutup atau menutup diri dari lingkungan dan perkembangan zaman.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.               Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.               Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.               Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.               Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.               Tafsirq.com online.