Monday, September 4, 2017

244. BACA

BAGAIMANA CARA MEMBACA AL-QURAN?
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.


        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bagaimana cara membaca Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Tertib urutan surat dan ayat dalam mushaf Al-Quran yang kita baca sekarang ini adalah hasil susunan Nabi Muhammad berdasarkan bimbingan dari Allah.
      Umat Islam membaca mushaf A-Quran mulai surah ke-1, yaitu surah Al-Fatihah sampai surah ke-114, yaitu surah An-Nas.
      Umat Islam membaca Al-Quran seperti membaca sebuah pembahasan yang melompat dari satu topik ke topik lainnya, yaitu ada orang yang membacanya dengan pendekatan tematik, yaitu yang berkenaan dengan suatu tema tertentu, ada pula yang membacanya sesuai dengan urutan kronologis turunnya.
      Pertanyaannya, “Apakah maksudnya kitab mushaf Al-Quran yang ada saat sekarang tidak tersusun seperti urutan kronologis turunnya?”
           Profesor Quraish Shihab menjelaskannya, Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 121.
    •              
      “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka orang-orang yang rugi”.
     Secara keseluruhan, Al-Quran adalah sebuah ilmu, atau sebentuk ilmu yang mengandung nilai ilmiah, yang sudah, masih, dan akan bisa terus dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Banyak orang sudah menemukan pembuktian kebenaran Al-Quran lewat berbagai disiplin bidang keilmuan.
     Sekarang kita bisa  bisa membaca banyak buku tentang kebenaran Al-Quran di internet. Misalnya, tulisan Harun Yahya, Zakir Naik, Maurice Bucaille, dan lainnya.
      Nilai keilmuan dalam Al-Quran mencakup bidang sains dan filsafat, Al-Quran mengajarkan cara pandang terhadap dunia, konsep kebudayaan atau peradaban, sampai konsep kepribadian atau akhlak.
      Tujuan utama pengajaran Al-Quran adalah yang bersinggungan dengan konsep filsafat kebudayaan, peradaban, kepribadian, dan akhlak. Sedangkan yang bersinggungan dengan sains dan teknologi hanya ibarat ‘sampiran’ dalam pantun, yang berfungsi menguatkan pesan inti yang hendak disampaikan.
      Dalam segi teknik atau cara, atau tepatnya seni penguraian pesan, Al-Quran mempunyai cara atau gaya yang berbeda dari buku ilmiah karangan manusia. Oleh karena itu, orang yang terbiasa membaca buku ilmiah karangan manusia, pada umumnya merasa heran melihat susunan mushaf dan gaya bahasa Al-Quran.
      Dalam segi gaya bahasa atau “uslub-nya”, bahasa Al-Quran itu sangat kental warna sastranya, sangat kentara unsur puisinya, sangat jelas konsistensinya dalam menonjolkan ciri sajak persamaan atau persesuaian bunyi pada setiap akhir kalimat dan ayat.
     Dalam segi ini yang paling sulit dimunculkan dalam terjemahan, sehingga usaha HB Yassin untuk membuat terjemahan Al-Quran yang puitis, bisa dikatakan gagal.
       Sebagai ilmu, Al-Quran dirancang untuk menjadi pedoman hidup manusia, maka selain ada nilai sains dan filosofis, Al-Quran jelas mengandung ajaran hidup yang praktis.
      Kepraktisan Al-Quran dibuktikan dengan cara pengajarannya yang dilakukan secara cicilan dan berangsur-angsur. Hal itu adalah keistimewaan Al-Quran untuk memenuhi kebutuhan pragmatis dakwah Nabi Muhammad dan para pendukung awalnya.
      Al-Quran sebagai sebuah ilmu peradaban yang masuk ke dalam dimensi sejarah, berhadapan dengan gejolak psikologis Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya, ditampilkan dalam situasi sosial dan politik sebagai alternatif solusi dari kemelut.
      Pengajaran Al-Quran dilakukan selama 23 tahun, banyak orang kurang peduli bahwa dalam jangka waktu 23 tahun, seiring dengan pengajaran Al-Quran mengalir sebuah proses dakwah yang berdampak  lokal sampai internasional.
      Dari proses pengajaran dan dakwah Al-Quran, maka lahir sebuah agama dunia yang baru, yaitu agama Islam.
      Setelah Al-Quran selesai diajarkan dan diterapkan secara pragmatis untuk memenuhi kebutuhan zaman dengan segala situasi dan kondisinya, lalu Al-Quran  disusun menjadi sebuah buku. Penyusunan Al-Quran menjadi sebuah buku seperti yang kita dapati sekarang adalah penegasan bahwa Al-Quran secara keseluruhan adalah sebuah ilmu.
      Sebuah ilmu disusun, dituturkan dan dituliskan berdasarkan tertib atau susunan rangkaian tertentu, yang dimulai dengan Pembukaan, disusul Uraian, dan ditutup dengan Kesimpulan.
     Al-Quran dibukukan dengan surat Al-Fatihah yang artinya “pembuka” diletakkan dalam urutan pertama, setelah itu diletakkan beberapa surat panjang sebagai uraian, dan diakhiri dengan beberapa surat pendek sebagai kesimpulan. Susunan buku atau mushaf Al-Quran  yang memenuhi persyaratan ilmiah.
      Susunan topik Al-Quran yang ‘melompat-lompat dan kacau” terkandung rahasia tertentu yang menunjukkan bahwa Al-Quran memang istimewa yang berbeda dengan buku karangan manusia.
    Al-Quran dianugerahkan Allah sebagai teman hidup para umat Islam sepanjang zaman, dan umat Islam  akan selalu membacanya berulang-ulang, seumur hidupnya. Semakin sering membacanya, dan semakin akrab dengan A-Quran, maka semakin mengetahui dan memahami seluk-beluknya.
      Cara membaca Al-Quran, yang pertama, apabila yang dimaksudkan membaca Al-Quran sebagai ilmu, maka perlakukan Al-Quran sebagai ilmu, yang di dalamnya terdapat: pendahuluan, uraian, dan simpulan.
    Yang kedua, Al-Quran dalam rincian per surat mempunyai susunan yang sama, yaitu ada ayat yang merupakan pendahuluan, yang berisi gagasan inti, uraian, dan simpulan.
     Yang ketiga, mengacu pada surat Al-Muzzammil, maka membaca Al-Quran bisa dilakukan mulai dari yang mudah, sampai yang sulit, menurut penilaian pembaca.
      Yang keempat, ada dalil yang mengatakan bahwa sebagian ayat dan surat dengan bagian yang lain saling menafsirkan.
      Dalil ini memang benar, dalam arti banyak istilah dalam Al-Quran yang dijelaskan oleh Al-Quran sendiri. Misalnya istilah “al-muttaqin” dijelaskan dalam rangkaian ayat dalam surat Al-Baqarah, ada pula istilah yang penjelasannya ditemukan secara terpisah dalam surah lain.
     Yang kelima, membaca Al-Quran secara tematik artinya menurut tema tertentu sangat bagus untuk mencari penjelasan Al-Quran tentang tema tertentu.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment