Tuesday, September 5, 2017

245. TUHAN

TUHAN MENURUT AL-QURAN
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang kepercayaan adanya Tuhan menurut Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kalau kita mempelajari kepercayaan umat manusia pada masa silam, maka  ditemukan hampir semua umat manusia mempercayai adanya Tuhan Yang Mengatur alam semesta ini.
      Orang Yunani Kuno menganut paham “politeisme” yaitu keyakinan banyak tuhan, yaitu mereka menganggap Bintang adalah tuhan atau dewa, Venus adalah Dewa Kecantikan, Mars adalah Dewa Peperangan, Minerva adalah Dewa Kekayaan, sedangkan tuhan tertinggi adalah Apollo atau Dewa Matahari.
     Orang Hindu masa lampau juga mempunyai banyak dewa, yang diyakini sebagai tuhan-tuhan, keyakinan itu tercermin dalam Hikayat Mahabarata.
     Penduduk Mesir meyakini adanya Dewa Iziz, Dewi Oziris, dan yang tertinggi adalah Dewa Ra'. Masyarakat Persia mempercayai adanya tuhan Gelap dan tuhan Terang.
      Pengaruh keyakinan tersebut merambah ke masyarakat Arab, apabila mereka ditanya, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Maka mereka menjawab,“Yang menciptakan adalah Allah”.
     Tetapi, pada saat yang sama mereka juga menyembah berhala Al-Lata, Al-Uzza, dan Manat, yaitu tiga berhala terbesar mereka, dan ratusan berhala lainnya.
     Al-Quran datang untuk meluruskan keyakinan itu, dengan membawa ajaran tauhid, yaitu mengakui hanya Allah Yang Maha Esa.
     Uraian ini berusaha memaparkan wawasan Al-Quran tentang hal tersebut, meskipun tidak mungkin dapat menjangkau keseluruhannya, karena pembahasan tentang Tuhan Yang Maha Esa sangat luas.
  Kata “Allah” dalam Al-Quran terulang sebanyak 2697 kali, belum ditambah  kata  semacam “Wahid”, “Ahad”, “Rab”, “IIlah”, atau kalimat yang menolak adanya sekutu bagi Allah, yang semuanya mengarah kepada penjelasan tentang tauhid.
      Dalam mushaf Al-Quran, tidak ditemukan adanya ayat yang membicarakan tentang wujud Tuhan. Para ulama menegaskan bahwa, “Kitab Taurat, Kitab Injil, dan dan Al-Quran tidak menguraikan tentang wujud Tuhan, karena wujud Tuhan sangat terasa dengan jelas oleh manusia, sehingga tidak perlu dijelaskan”.
     Al-Quran mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan terdapat dalam diri setiap insan, dan hal itu adalah fitrah atau bawaan manusia sejak asal kejadiannya.
      Al-Quran surah Ar-Rum,surah ke-30 ayat 30.
         ••             ••     
      “Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
        Arti fitrah Allah adalah manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama tauhid. Apabila ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Jadi, orang yang tidak beragama tauhid hanya karena terpengaruh lingkungannya.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 172.

                         •      
      “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi“. Kami melakukan yang demikian, agar di hari kiamat, kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami, Bani Adam, adalah orang-orang yang lengah terhadap keesaan Tuhan".
      Apabila kita sedang duduk termenung seorang diri, sehingga pikiran mulai tenang, dan kesibukan hidup dapat teratasi, maka terdengarlah suara hati nurani, yang mengajak kita untuk berdialog akan adanya Tuhan Yang Maha Mutlak.
     Suara dalam hati nurani manusia akan mengantarkan untuk menyadari betapa lemahnya manusia dihadapan Tuhan, dan betapa Maha Kuasa dan Perkasa Tuhan Yang Maha Agung. Suara seperti itu, adalah suara fitrah manusia.
      Setiap orang memiliki fitrah, dan terbawa sejak manusia lahir, meskipun sering kali, karena kesibukan dan dosa-dosa, suara fitrah terabaikan, maka suaranya begitu lemah sehingga tidak terdengar lagi.
     Tetapi bila diusahakan untuk didengarkan, kemudian benar-benar tertancap dalam jiwa, maka fitrah manusia akan muncul yaitu hanya bergantung kepada Allah saja.
     Hanya Allah tempat bergantung, “La haula wa la quwwata illabillahil Aliyyil Azhim” artinya “Tidak ada daya untuk memperoleh manfaat, dan tidak ada kuasa untuk menolak mudarat, kecuali bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung”.
     Sehingga tidak ada lagi rasa takut yang menghantui atau mencengkeram, tidak ada pula rasa sedih yang akan mencekam dalam hati manusia.
     Al-Quran surah Fushshilat, surah ke-41 ayat 30.
•       •        •      
      “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Jangan kamu takut dan jangan merasa sedih”. Dan gembirakan mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
     Al-Quran surah Ar-Ra’du, surah ke-13 ayat 28.
              
      “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Memang, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.
     
Al-Quran menjelaskan dalam beberapa ayat tentang ateisme. Al-Quran Surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 24.
                         
      “Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanya kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanya menduga-duga saja”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa kehadiran Tuhan merupakan fitrah manusia yang merupakan kebutuhan hidupnya. Apabila ada orang yang mengingkari wujud Tuhan, maka pengingkaran itu bersifat sementara, artinya pada akhirnya sebelum meninggal dia akan mengakui keberadaan Tuhan, tetapi pengakuan tersebut sudah terlambat.
      Al-Quran surah Yunus, surah ke-10 ayat 90-91.
         •  •                              
      “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, dia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?”
      Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, ada kebutuhan yang harus dipenuhi dengan segera yaitu kebutuhan udara untuk bernapas, ada kebutuhan yang dapat ditunda untuk beberapa saat, yaitu kebutuhan minum.
      Kebutuhan manusia untuk makan, dapat ditunda lebih lama daripada kebutuhan minuman, dan kebutuhan pemenuhan seksual bisa lebih lama ditangguhkan daripada kebutuhan makan dan minum, demikian seterusnya.
     Kebutuhan manusia yang paling lama dapat ditunda adalah kebutuhan manusia tentang keyakinan akan adanya Allah Yang Maha Kuasa.
     Ketika manusia hampir mendekati meninggal dunia, barulah manusia merasa membutuhkan dan merindukan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Misan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment