Tuesday, July 28, 2020

5001. DULU BISA MENULIS DIANGGAP AIB


Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
1.    Terdapat beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nabi Muhammad  sebelum dianggkat sebagai rasul.
2.    Al-Quran surah Ad-Dhuha (surah ke-93) ayat 6-8.

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ
وَوَجَدَكَ ضَآلًّا فَهَدَىٰ
وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنَىٰ

       Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

3.    Yang dimaksud dengan “bingung” adalah kebingungan untuk mendapat kebenaran yang tidak mampu dicapai oleh akal manusia.
4.    Lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad sebagai jalan untuk memimpin umat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
5.    Abdullah bin Abdul Muththalib (ayah Nabi), wafat umur 25 tahun, ketika Nabi Muhammad belum lahir.
6.    Aminah (ibu Nabi)  wafat, Nabi Muhammad berumur 6 tahun, kemudian beliau dijaga dan dilindungi oleh paman dan kakek beliau.
7.    Nabi Muhammad hidup dalam keresahan dan kebimbangan melihat sikap masyarakatnya.
8.    Kemudian  Allah memberikan petunjuk, dan mengangkatnya sebagai Rasul.
9.    Nabi Muhammad hidup miskin karena ayahnya hanya meninggalkan warisan beberapa ekor kambing dan harta lainnya yang tidak berarti.
10. Allah menganugerahkan Nabi Muhammad hidup berkecukupan.
11. Terutama menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istri beliau (Khadijah binti Khuwailid).
12. Al-Quran berbicara tentang masa kecil Nabi Muhammad adalah surat Alam Nasyrah (surah ke-94) ayat 1.

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

 Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?”

13. Kata “nasyrah” dikaitkan sesuatu bersifat materi artinya “memotong” atau “membedah”.
14. Jika dikaitkan dengan sesuatu bersifat non-materi, maka kata “nasyrah” artinya “membuka”, “memberikan pemahaman”, “menganugerahkan ketenangan”, dan semaknanya.
15. Para ulama mengaitkan dengan hal materi berpendapat ayat ini berbicara tentang “pembedahan” yang pernah dilakukan para malaikat terhadap Nabi Muhammad saat masih remaja.
16. Dalam Al-Quran kata “nasyrah” dengan berbagai bentuknya terulang 5 kali.
17. Tidak satu pun yang digunakan dalam arti harfiah yang maksudnya “memotong” atau “membedah”.

18. Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 25-28.

قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى
وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى
وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى
يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى

     Musa berkata,"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkan untukku urusanku, dan lepaskan kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”

19. Nabi Musa mohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk menghadapi Raja Fir'aun yang terkenal kejam.
20. Al-Quran menegaskan Nabi Muhammad tidak pernah membaca buku dan tidak pernah menulis satu kata pun, sebelum datangnya wahyu Al-Quran.

21. Al-Quran surah Al-Ankabut (surah ke-29)  ayat 48.

وَمَا كُنتَ تَتْلُوا۟ مِن قَبْلِهِۦ مِن كِتَٰبٍ وَلَا تَخُطُّهُۥ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّٱرْتَابَ ٱلْمُبْطِلُونَ

Dan kamu (Muhammad) tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Quran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; seandainya (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragu orang yang mengingkari (mu).

22. Ayat Al-Quran ini secara pasti menyatakan Nabi Muhammad tidak pandai membaca dan menulis.
23. Sebagian ulama berpendapat meskipun kemudian Rasulullah menganjurkan umatnya belajar membaca dan menulis, tetapi beliau sendiri tidak melakukannya.
24. Allah  menjadikan Nabi Muhammad sebagai bukti informasi yang diperoleh beliau benar-benar bersumber dari Allah.
25. Sebagian ulama memahami ketidakmampuan Nabi Muhammad membaca dan menulis hanya terbatas sebelum terbukti kebenaran ajaran Islam.
26. Setelah kebenaran Islam terbukti, artinya setelah Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah, beliau sudah pandai membaca dan menulis.
27. Pendapat ini dikuatkan dengan kata “sebelumnya” yang terdapat pada Al-Quran surah Al-Ankabut (surah ke-29) ayat 48 tersebut.
28. Kata “ummi” ditemukan 2 kali dalam Al-Quran, yaitu:
1)    Surah Al-A'raf (surah ke-7) ayat 157 dan 158.
2)    Yang keduanya diturunkan di Mekah dan menjadi sifat Nabi Muhammad.

29. Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 157.

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِىَّ ٱلْأُمِّىَّ ٱلَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَىٰهُمْ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ ٱلْخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَٱلْأَغْلَٰلَ ٱلَّتِى كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلنُّورَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ


      (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban dan belenggu yang ada pada mereka. Maka orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka orang-orang yang beruntung.


30. Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 158.

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْىِۦ وَيُمِيتُ ۖ فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِىِّ ٱلْأُمِّىِّ ٱلَّذِى يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَكَلِمَٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

      Katakan:"Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".


31. Kata “ummi” terdapat dalam Al-Quran surah Al-Jumuah (surah ke-62) ayat 2 diturunkan di Madinah.

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

      Dia yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

32. Masyarakat zaman Rasulullah menganggap kemampuan membaca dan menulis bukti kelemahan orang.
33. Alat dan sarana tulis-menulis amat langka, sehingga masyarakat mengandalkan hafalan.
34. Orang yang menulis dianggap tidak memiliki kemampuan menghafal, dan ini  dinilai kekurangan.
35. Nilai dalam masyarakat berubah, sesuatu yang dianggap baik sekarang, mungkin sebelumnya dinilai buruk.
36. Zaman terus berubah, pada zaman sekarang kemampuan orang untuk menghafalkan sesuatu tidak sepenting masa lampau.
37. Sekarang, alat dan sarana prasarana untuk tulis-menulis sangat gampang diperoleh.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M. Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment