DILARANG
MENGAKU AYAH KANDUNGNYA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
A. Jika
bukan ayah kandungnya, maka seorang pria dilarang mengaku sebagai ayah
kandungnya.
1. Anak
adalah buah kasih sayang suami istri dan amanah dari Allah untuk melanjutkan
generasi berikutnya.
2. Allah
melarang manusia berbuat zina agar nasab anak keturunannya jelas dan tidak
bercampur dengan yang lain.
3. Nasab
adalah keturunan (terutama dari pihak bapak) atau pertalian keluarga.
4. Allah
berfirman,”Allah tidak menjadikan anak
angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri.”
5. Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 4.
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ
مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ ۚ وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ
مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ ۚ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ
قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ ۖ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
Allah
sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan
Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia
tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang
demikian itu hanya perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
6. Ibnu
Katsir menjelaskan ayat ini turun untuk menjelaskan keadaan Zaid bin Haritsah
(budak Rasulullah) yang diangkat sebagai anak, sehingga dipanggil “Zaid bin
Muhammad”.
7. Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 40.
مَا كَانَ
مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antaramu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.
8. Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 5.
ادْعُوهُمْ
لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ
فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ
وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Panggillah
mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah
yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak
mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan
maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya,
tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
8. Para
ulama menjelaskan status hukum anak angkat.
1) Anak
angkat statusnya tetap anak angkat, bukan berubah menjadi anak kandung.
2) Anak
angkat tidak berhak menerima warisan dari orang tua angkatnya.
3) Anak
angkat bukan mahram (agar menjadi mahram, maka disusukan ketika masih bayi).
4) Bapak
angkat, boleh menikahi bekas istri anak angkatnya.
9. Untuk
menunjukkan kasih sayang kepada anak angkat, boleh memangginya dengan dengan
panggilan,”Wahai anakku.”
13.
Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 37.
وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ
عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي
فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ
ۖ فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا
ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada
orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah
memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada
Allah", sedangkan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedangkan Allah yang lebih berhak
untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya
(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi
orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila
anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan
adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
14. Rasulullah
bersabda kepada anak-anak keturunan Abdul Muthhalib,”Wahai anak-anaku,
janganlah kalian melontar Jamrah ‘Aqabah,
(pada tanggal 10 Zulhijjah) sampai matahari terbit”.
15. Rasulullah
bersabda,”Aku dan orang-orang yang menyantuni anak yatim kedudukannya di surga
seperti ini”.
16. Rasulullah
menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan beliau dengan
merenggangkan keduanya, untuk menunjukkan kedekatan.
B. Dilarang
mengaku sebagai ayah kandungnya.
1. Islam
telah mengharamkan seorang ayah mengingkari dan tidak mengakui anak kandungnya
sendiri.
2. Tetapi
Islam juga tidak membenarkan seorang anak menyandarkan nasabnya kepada orang
lain yang bukan ayah kandungnya.
3. Rasulullah
bersabda,”Barang siapa mengaku sebagai ayah kandung dari seseorang, padahal dia
sebenarnya bukan ayah kandungnya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah.”
4. Rasulullah
bersabda,”Barang siapa mengaku ayah kandung dari seseorang, padahal sebenarnya
dia bukan ayah kandungnya, sedangkan dia menyadarinya, maka surga tidak mau
menerimanya."
Daftar
Pustaka.
1. Qardhawi,
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H.
Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993.
2. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment