Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label KEADILAN SEPENGGAL MENURUT NABI MUSA. Show all posts
Showing posts with label KEADILAN SEPENGGAL MENURUT NABI MUSA. Show all posts

Friday, April 16, 2021

9277. KEADILAN SEPENGGAL MENURUT NABI MUSA

 


KEADILAN SEPENGGAL MENURUT NABI MUSA

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

KEADILAN SEPENGGAL MENURUT UKURAN MANUSIA

 

 

 Al-Quran surah At-Tin (surah ke-95) ayat 1-5.

 

 

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ وَطُورِ سِينِينَ وَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

      

 

Demi buah Tin dan buah Zaitun. Demi bukit Sinai. Demi kota Mekah yang aman. Sungguh, Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Bagi mereka pahala yang tidak terputus.

 

 

 

Alkisah, Nabi Musa berada di bukit Sinai yang lebih dikenal dengan nama bukit  Thursina selama 40 hari.

 

 

Untuk menerima wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril.

 

 

Berupa Kitab Taurat.

 

 

 

Gunung Sinai  (jabal Musa) adalah sebuah gunung yang terletak di semenanjung Sinai di Mesir.

 

 

Tingginya 2.285 meter.

 

 

Berada di barisan pegunungan di sebelah selatan semenanjung.

 

 

Beberapa cendekiawan yang menganggapnya sama dengan gunung Sinai.

 

 

Yang disebut dalam kitab Ibrani dan Perjanjian Lama terutama dalam kumpulan kitab Taurat.

 

 

 

Tetapi belum dapat dipastikan.

 

 

 

 

Pada hari ke-30, Nabi Musa berdoa,

 

 

”Ya Allah, ampunilah dosa hamba, karena hamba amat lancang.

 

 

 Hamba ingin menyaksikan dan membuktikan sendiri bahwa Engkau Maha Adil.”

 

 

 

Malaikat Jibril turun menjumpai Nabi Musa,

 

 

”Wahai Musa, Allah mendengarkan doamu.

 

Apakah kamu masih tidak yakin bahwa Allah Maha Adil?”

 

 

Musa Menjawab,

 

”Ya Allah, ampunilah hamba.

 

 Hamba sebenarnya telah yakin bahwa Allah Maha Adil.

 

 

Tetapi hamba ingin lebih yakin dan mantap.

 

 

Jika menyaksikannya sendiri.”

 

 

Malaikat Jibril turun lagi,

 

 

“Wahai Musa, Allah memberi salam kepadamu.

 

 

Jika kamu ingin menyaksikan keadilan Allah, pergilah mendekat ke sumber air.”

 

 

Kemudian Nabi Musa pergi mendekati sebuah sumber air dan bersembunyi.

 

 

Karena ingin menyaksikan sesuatu yang akan terjadi.

 

 

 

 Tidak berapa lama kemudian.

 

 

Muncul seorang ksatria penunggang kuda.

 

 

Dengan  sebilah pedang dalam sarung yang diselipkan di punggungnya.

 

 

Membawa sekantung uang  menggantung di pinggang kirinya.

 

 

Penunggang kuda turun mendekati sumber air.

 

 

Membasuh mukanya.

 

 

Dan menikmati air sepuasnya.

 

 

 

Beberapa saat kemudian, dia meninggalkan sumber air.

 

 

Tetapi sekantung uangnya tertinggal.

 

 

Tergeletak di bebatuan dekat sumber air.

 

 

 

Penunggang kuda telah berlalu.

 

 

Muncul anak kecil umur sekitar 9 tahun.

 

 

Menuju sumber air, mengisi kantung airnya.

 

 

 

Anak kecil menemukan sekantung uang dan membawanya pergi.

 

 

 

Setelah anak kecil menjauh.

 

 

Datang seorang tua buta yang mendengar gemericik sumber air, lalu mendatanginya.

 

 

Si orang tua buta membasuh mukanya dengan dan bersuci.

 

 

Lalu ia melaksanakan salat.

 

 

 

Beberapa saat kemudian.

 

 

Si ksatria berkuda kembali lagi.

 

 

Dengan cepat turun menuju  sumber air.

 

 

Dia mencari uangnya yang hilang.

 

 

Tetapi tidak menemukannya.

 

 

 

Penunggang kuda berteriak,

 

 

“Hai orang tua, apakah kamu mengambil uangku sekantung yang tertinggal di sini?”

 

 

Si orang tua menjawab,

 

 

”Maaf Nak, saya orang buta, sehingga saya  tidak tahu jika ada uang yang tertinggal.”

 

 

 

Penunggang kuda dan orang tua buta bertengkar.

 

 

Akhirnya orang tua buta mati terbunuh.

 

 

 

Penunggang kuda beranjak pergi meninggalkan jenazah si orang tua buta.

 

 

 

Nabi Musa menyaksikan semuanya dengan jelas dari tempat persembunyiannya.

 

 

 

Nabi Musa bergumam,

 

 

“Sungguh, peristiwa tidak adil, yang salah adalah anak kecil.

 

 

Karena dia yang mengambil uangnya.

 

 

Seandainya, anak kecil itu tidak mengambil uang itu.

 

 

 

Maka orang tua buta tidak akan mati terbunuh.”

 

 

 

Malaikat Jibril turun,

 

 

“Wahai Musa, kamu tidak dapat menilai keadilan Allah.

 

 

 

Karena kamu hanya menyaksikan peristiwa sesaat saja.

 

 

Yang kamu lihat hanya kejadian satu episode saja.

 

 

 

Kamu tidak mampu melihat seluruh rangkaian yang terjadi.”

 

 

 

Malaikat Jibril melanjutkan,

 

 

“Orang tua anak kecil itu pernah ikut bekerja kepada si penunggang kuda.

 

 

 

Tetapi dia belum menerima gajinya.

 

 

 

Karena penunggang kuda belum membayar gajinya, selama ia bekerja.”

 

 

 

Malaikat Jibril melanjutkan,

 

 

“Uang yang belum dibayarkan kepada orang tua dari anak kecil itu.

 

 

Besarnya persis sama dengan jumlah uang yang ditemukan anak itu.

 

 

 

Artinya jumlah gaji yang belum dibayarkan.

 

 

 

Tepat sama dengan jumlah uang dalam kantung penunggang kuda.

 

 

Padahal si penunggang kuda tidak pernah merencanakan membawa uang dalam kantung sejumlah itu.

 

 

 

Orang tua si anak sudah meninggal, karena dibunuh seseorang.

 

 

 

Dan pembunuhnya adalah orang tua yang buta itu,” lanjut malaikat Jibril.

 

 

 

Nabi Musa berkata,

 

 

“Allah Maha Adil. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang lemah, hina, daif, dan bodoh ini.

 

 

Yang gampang dengan cepat menilai sesuatu kejadian.

 

 

Hanya berdasar penglihatan dan pengetahuan sekilas saja.”   

 

 

 

Daftar Pustaka

1.    Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.

2.    Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011.

3.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

4.    Tafsirq.com online.