Friday, October 27, 2017

416. ILMU

MEMAHAMI MAKNA ILMU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Makna ilmu menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Kata “ilmu” (menurut KBBI V) bisa diartikan “pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu”, dan “pengetahuan atau kepandaian” (tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya)”, serta “Maha Mengetahui, sifat yang wajib bagi Allah.”
      Kata “ilmu” dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran, dan kata “ilmu” digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek  pengetahuan, serta kata “Ilm”  dari segi bahasa artinya “kejelasan”, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri  kejelasan.
     Misalnya, kata ”alam”  (bendera), “ulmat” (bibir sumbing), “a'lam” (gunung-gunung), “alamat” (alamat), dan sebagainya.
     “Ilmu” adalah “pengetahuan yang jelas tentang  sesuatu”, yang berbeda dengan  kata “'arafa” (mengetahui), “a'rif” (yang mengetahui), dan “ma'rifah” (pengetahuan).
      Allah tidak dinamakan “a'rif”, tetapi disebutkan “alim”, yang berkata kerja “ya'lam” (Dia   mengetahui),   dan  biasanya  Al-Quran menggunakan  kata “alim” untuk Allah, karena Allah mengetahui semuanya, termasuk yang gaib, tersembunyi, atau dirahasiakan.
      Objek pengetahuan berikut  yang  dihubungkan dengan sifat Allah, yaitu “Ya'lamu ma yusirrun” (Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan), “Ya'lamu ma fil arham”  (Allah mengetahui sesuatu yang berada di dalam rahim), “Ma tahmil kullu untsa” (apa yang dikandung oleh setiap betina/perempuan).
     “Ma fi anfusikum” (yang di dalam dirimu), “Ma fissamawat wa ma fil ardh” (yang ada di langit dan  di  bumi), dan “Khainat  al-'ayun wa ma tukhfiy ash-shudur” (kedipan mata dan yang disembunyikan dalam dada).
     Kata “ilmu” yang disandarkan kepada manusia, semuanya mengandung makna “kejelasan”.
       Al-Quran memandang “ilmu” adalah keistimewaan yang menjadikan manusia lebih unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya, untuk menjalankan fungsi  kekhalifahan.

      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 31 dan 32.

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

      “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman,”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” Mereka menjawab,”Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
      Menurut Al-Quran, manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan   mengembangkannya dengan seizin Allah, sehingga banyak ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia  menempuh  berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut, dan berkali-kali Al-Quran menunjukkan betapa tinggi  kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan.
      Menurut Al-Quran, seperti diisyaratkan dalam wahyu pertama bahwa ilmu terdiri atas dua  macam.
     Pertama,  “Ilmu Laduni” yaitu ilmu yang diperoleh tanpa upaya dan tanpa ikhtiar manusia, seperti diinformasikan dalam Al-Quran surah Al-Kahfi, surah ke-18 ayat 65.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
   
  “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
      Kedua, “Ilmu Kasbi’, yaitu ilmu yang diperoleh karena usaha dan ikhtiar manusia, dalam Al-Quran ayat yang berbicara “ilmu kasbi” lebih banyak daripada yang berbicara tentang “ilmu laduni.
      Pembagian ini disebabkan karena menurut Al-Quran terdapat hal-hal yang “ada”,  tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya dan ikhtiar manusia sendiri, artinya terdapat wujud  yang  tidak  tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Quran.
      Al-Quran surah Al-Haqqah, surah ke-69 ayat 38-39.

فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ وَمَا لَا تُبْصِرُونَ

      “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat, dan dengan apa yang tidak kamu lihat”.
    Dengan demikian, maka objek ilmu meliputi “materi” dan “non-materi”, “fenomena” dan  “non-fenomena”, bahkan ada wujud yang tidak diketahui oleh manusia.
      Al-Quran surah Al-Nahl, surah ke-16 ayat 8 menyatakan bahwa Allah menciptakan “sesuatu” yang tidak diketahui oleh manusia.

وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً ۚ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
   
  “Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.
      Sehingga jelas, bahwa ilmu pengetahuan manusia  sangat terbatas, karena itu wajar apabila Allah menegaskan manusia hanya diberikan ilmu pengetahuan sangat  sedikit.
      Al-Quran surah Al-lsra, surah ke-17 ayat 85 menyatakan bahwa ilmu manusia sangat sedikit.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
      “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment