Wednesday, November 22, 2017

510. TAKDIR

MEMAHAMI TAKDIR ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang takdir dari Allah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Sering kali terjadi perdebatan yang tidak berujung pangkal tentang keyakinan “takdir” dan dampaknya bagi umat Islam, karena sebagian umat Islam kesulitan  memahami masalah “takdir” sehingga bingung, sdangkan para ilmuwan dan filosof pun banyak yang bingung.
      Para ulama menjelaskan bahwa mengingkari adanya “qadha” dan “qadr” sebagai rukun iman, tidak berarti mengingkari adanya keyakinan adanya “takdir”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 136 hanya menyebutkan 5 unsur keimanan, yaitu iman kepada Allah, Rasul, Kitab, malaikat, dan hari kemudian, tanpa menyebutkan takdir.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

       “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.
      Nabi Muhammad ketika ditanya tentang iman, beliau bersabda,”Yaitu beriman kepada Allah, Rasul, malaikat, Kitab, malaikat, hari akhirat, dan takdir”. Tetapi ketika itu, Nabi tidak menamakannya “rukun iman”.
   Semua umat Islam yakin sepenuhnya kepada “takdir”, hanya saja umat Islam  berbeda pendapat dalam menafsirkan makna “takdir”.
      Kata “takdir” (taqdir) berasal dari kata “qadr” yang artinya “kadar”, “ukuran”, dan “batas”, misalnya matahari beredar di tempat peredarannya, itulah takdir Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
      Al-Quran surah Yasin surah ke-36 ayat 38.

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

      “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 2.

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

      “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 21.

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
   
  “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.
      Al-Quran surah At-Tallaq, surah ke-65 ayat 3.

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

      “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
      Al-Quran surah Al-A‘la, surah ke-87 ayat 3-5.

وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَىٰ

      “Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman”.
    Rerumputan yang tumbuh subur, kemudian mengering, berapa kadar kekeringannya, semua ukurannya telah ditetapkan oleh Allah, itulah “takdir” atau “sunatullah” yang menurut para ahli dinamakan “hukum alam”, yaitu hukum Allah  yang berlaku di alam semesta.
     Manusia mempunyai “takdir” sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh Allah atasnya, yaitu manusia tidak dapat terbang seperti burung, ini adalah takdir dari Allah atau ukuran kemampuan yang ditetapkan oleh Allah atas manusia.
     Manusia selalu berada dalam lingkungan “takdir” Allah, sehingga apa pun yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari “hukum alam” yang ditetapkan oleh Allah,  dengan aneka kadar ukurannya itu.
     Harus diingat bahwa “hukum alam” yang berlaku terhadap manusia banyak pilihannya, dan manusia diberikan “takdir” yaitu “kemampuan untuk memilih”, tidak seperti matahan dan bulan, yang tidak dapat memilih.
      Manusia “ditakdirkan” mempunyai kemampuan untuk memilih “takdir” di antara banyak “takdir” (ukuran-ukuran) yang ditetapkan oleh Allah.
      Umar bin Khattab membatalkan rencana kunjungannya ke satu daerah karena mendengar adanya wabah di daerah tersebut, lalu para sahabat bertanya,”Apakah Umar bin Khattab menghindar dari takdir Allah?" Umar bin Khattab menjawab, “Saya menghindar dari takdir yang satu ke takdir yang lain”.
     Berjangkitnya suatu penyakit akibat wabah dalam suatu daerah adalah takdir dari Allah, tetapi apabila manusia “menghindarinya”’, sehingga terbebas dari wabah penyakit, ini juga takdir dari Allah, serta “kemampuan” manusia untuk menghindarinya adalah takdir dari Allah.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment