MEMAHAMI MAKNA SYAHID
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang makna syahid bukan hanya untuk kematian?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Bangsa Indonesia menetapkan 10 November 1945 sebagai "Hari Pahlawan", dan kita memperingati hari tersebut untuk mengenang sikap dan perjuangan para pahlawan yang menonjol keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, serta dalam memperjuangkan keadilan.
Dalam bahasa agama sehari-hari, para pahlawan yang gugur di medan juang dinamakan “syuhada” (bentuk jamak dari syahid).
Membatasi arti kata “syahid” hanya kepada mereka yang gugur, pada hakikatnya tidak sejalan dengan makna sebenarnya dari kata “syuhada” (syahid).
Dalam bahasa Al-Quran, kata “syahid” terulang sebanyak 55 kali itu, tidak satu pun di antaranya yang secara eksplisit mengarah pada arti “gugur” atau “mati”, bahkan Allah Yang Maha Hidup menamakan diri-Nya adalah “Syahid”, dan Nabi Isa mengakui dirinya adalah “syahid” ketika masih hidup bersama umatnya.
Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 117.
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۚ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنْتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu,”Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”.
Dengan demikian, kita pun seharusnya memahami arti “syahid” (pahlawan) tidak hanya dalam konotasi kematian di medan juang, karena kata yang berpatron seperti “syahid” dapat bermakna subjek (pelaku) dan dapat pula bermakna objek (perlakuan).
“Syahid” adalah yang “menyaksikan” dan atau yang “disaksikan”, sehingga apabila “syahid” kita persamakan dengan “pahlawan” apabila artinya “disaksikan”, bukan hanya dalam arti diakui keluhuran pribadi serta pengorbanannya, tetapi juga “disaksikan” dalam arti dilihat dengan mata kepala atau mata hati sikap hidupnya, untuk dijadikan teladan dalam kehidupan ini.
Para Nabi diutus sebagai “syahid” yaitu sebagai “teladan”, “skala kebenaran” dan “tolok ukur” kebaikan dan keburukan, serta umat Islam juga dikehendaki oleh Allah untuk menjadi “syuhada alan nas” yaitu sebagai “teladan” bagi umat manusia”, tetapi sayangnya umat Islam belum mampu memerankannya pada saat ini.
Para pahlawan adalah “syuhada” dalam arti mereka adalah “patron yang harus diteladani”, karena para “pahlawan” yang gugur maupun tidak, telah berjuang untuk kebenaran dan berkorban untuk kesejahteraan umum, tanpa memperoleh atau menuntut imbalan, sehingga sikap para “pahlawan” harus diteladani.
Para “pahlawan” adalah “syuhada” artinya mereka adalah saksi yang menyaksikan perbuatan kita, dan para pahlawan yang masih hidup memperhatikan kita, guna membimbing degan keteladanan mereka.
Tanpa melaksanakan fungsi ini, mereka tidak wajar dinamakan “pahlawan” (syuhada'), sedangkan para “syuhada” yang sebenarnya telah gugur, tetapi pada hakikatnya mereka masih tetap hidup.
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 154.
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”.
Para pahlawan menjadi saksi atas segala sikap kelakuan kita di pentas kehidupan dunia ini, dan mereka bangga dan berbahagia apabila kita mengikuti jejak pengorbanan mereka.
Sebaliknya, mereka akan kecewa bahkan malu dan merasa dicemarkan di hadapan “syuhada” umat atau keluarga lain apabila kita berperilaku buruk.
Dalam konteks inilah Nabi bersabda,”Jangan permalukan orang-orang yang telah mendahuluimu dengan kelakuanmu yang tidak wajar”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment