ANAK DILATIH
KESULITAN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. JAUHKAN
ANAKMU DARI KEMUDAHAN
2. (Rhenald
Khasali)
3. Seorang
mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara.
4. Namun
kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang
menyepelekannya.
5. Judul
tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas.
6. Kalau
jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.
7. Sementara,
teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah.
8. Ia
menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main"
dengan dosen-dosennya.
9. "Karena
mereka tak sepintar aku," ujarnya.
10. Banyak
orang tua belum menyadari, di balik nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya
semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar, yaitu kesombongan dan
ketidakmampuan menghadapi kesulitan.
11. Bila
hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
12. Mungkin
ini yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda, yaitu belajar menghadapi
realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
13. Psikolog
Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam
buku The New Psychology of Success.
14. Dia menulis,
"Hadiah terpenting dan terindah dari orang tua pada anak-anaknya adalah
tantangan".
15. Ya,
tantangan.
16. Apakah
itu kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan
"membuka pintu", jatuh bangun di usia muda.
17. Ini
berbeda dengan pandangan banyak orang tua yang cepat-cepat ingin mengambil
masalah yang dihadapi anak-anaknya.
18. Kesulitan
belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau
bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya.
19. Bahkan,
tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika
menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
20. Kesalahan
mereka membuat kita resah.
21. Masalah
mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
22. Termasuk
rasa bangga orang tua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan
dalam belajar dibandingkan rekannya di sekolah.
23. Berkebalikan
dengan pujian yang dibanggakan,
24. Dweck
malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini:
"Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak.”
25. Soal
ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?
26. Jadi,
dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang
menantang, bukan asal gampang atau digampangkan.
27. Pujian
boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.
28. Saya
teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi
kesulitan dan tantangan.
29. Kata
reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal".
30. Namun
ibu saya bilang, saya kreatif.
31. Kakak-kakak
saya bilang saya bandel.
32. Namun,
otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".
33. Begitu
memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan
masa kanak-kanak.
34. Dunia
orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya.
35. Hal
gampang bisa dibuat menjadi sulit.
36. Namun,
otak saya selalu ingin membalikkannya.
37. Demikian,
hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.
38. Banyak
ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung.
39. Demikian
pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa
diberikan.
40. Dunia
orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang
menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang
protektif.
41. Kemudahan-kemudahan
yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
42. Di
dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi
ditemui.
43. Fakta-fakta
akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat,
mampu menjadi pejabat atau CEO.
44. Jawabannya
hanya satu, yaitu hidup seperti ini sungguh menantang.
45. Tantangan-tantangan
itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan
para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain
sebagainya.
46. Berkata
bahwa hanya kita orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan
menunjukkan ketidakberdayaan belaka.
47. Dan
pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan
kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
48. Dalam
banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang pintar menjadi tampak bodoh
karena ia memang bodoh mengelola kesulitan.
49. Ia
hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut
karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia
hadapi.
50. Di
Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani
menghadapi tantangan.
51. Dengan
cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani
menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.
52. Namun
lagi-lagi orang tua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel
agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan
perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan
lain sebagainya.
53. Padahal,
anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan, yaitu menghadapi kesulitan dengan
caranya sendiri.
54. Hidup
yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan.
55. Dan
ini esensi perekonomian abad ke-21.
56. Yaitu bergejolak,
ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas.
57. Namun
dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir.
58. Dan
ketika kita berpikir, tampak pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan
kita tertutup.
59. Jadi
ini yang mengakibatkan banyak orang pintar gagal dalam menghadapi kesulitan.
60. Maka
dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana
saja:
61. Orangtua,
jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu.
62. Sebaliknya,
beri mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment