PAHALA ILMU YANG
BERMANFAAT TAK TERBATAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M
Mari kita
pakai media sosial untuk menambah pahala kebaikan.
Bukan malah
dipakai untuk menambah dosa dan menambah musuh.
Rasulullah
bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali 3 hal yaitu:
1.
Sedekah
jariah.
2.
llmu
yang dimanfaatkan.
3.
Doa
anak yang saleh.
(HR. Muslim no. 1631)
SEDEKAH JARIAH
Seperti membangun masjid, musolla,
sekolah, panti asuhan, rumah yatim.
Membuat sumur, mencetak
buku yang bermanfaat.
Dan berbagai macam wakaf
yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
ILMU YANG BERMANFAAT
Yaitu ilmu agama, umum,
dan keterampilan bermanfaat yang ia ajarkan kepada orang lain.
Dan mereka terus mengamalkannya.
Atau menyebarkan buku,
ceramah, video yang bermanfaat untuk umat manusia.
Dan ilmunya terus
dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia.
ANAK YANG SALEH
Islam amat mendorong para
orang tua untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka.
Sehingga anak bisa tumbuh sehat
lahir batin, berbudi mulia, dan berilmu tinggi.
Dalam hadis itu ada isyarat
adanya keutamaan menikah agar mendapat
anak yang saleh.
Amal sedekah
jariah punya keterbatasan, karena tergantung finansial.
Doa anak
saleh juga terbatas.
Tergantung
jumlah anak, umur anak, dan keturunannya.
Tapi ilmu
yang bermanfaat tidak dibatasi waktu dan tempat.
Dan manusia bisa
mengambil manfaat darinya.
Selama masih
ada manusia, peluang mendapat pahala dari ilmu yang bermanfaat tetap terbuka.
Bayangkan, betapa besar pahala Imam Bukhari dan Muslim
yang menghimpun hadis untuk menjaga kemurniannya.
Setelah
berabad-abad, sampai saat ini pun pahala masih mengalir kepada mereka.
MANFAAT MEDIA
SOSIAL
Media sosial saat ini bisa dimanfaatkan untuk
melipatgandakan pahala kebaaikan.
mari kita pakai
media sosial untuk menyebarkan kebaikan hampir tanpa biaya.
Dengan berbagi
kebaikan dan ilmu bermanfaat lewat Facebook, Twitter, Blog,
Pinterest, WhatsApp, Youtube, atau jejaring sosial lainnya.
Semakin
tersebar, semakin berganda pula pahala kita.
Rasulullah bersabda,
"Barang
siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang
yang mengikutinya.
Dengan tidak
mengurangi sedikit pun pahala mereka."
(HR Muslim).
Tapi sayangnya.
Sebagian
orang menjadikan media sosial sebagai sarana penabur keburukan.
Media sosial
dipakai untuk menghina, mencela, mengolok-olok, dan memfitnah.
Bahkan untuk
merusak dan membunuh nama baik dan karakter orang lain.
Mungkin mereka
mengira bisa bebas, karena memakai nama
dan akun palsu.
Padahal, Allah
Maha Mengetahui segalanya.
Aallah Maha
Tahu siapa di balik akun yang berbuat keburukan itu.
Allah bahkan memberi fasilitas bagi korban
fitnah untuk mengambil pahala yang memfitnah di akhirat nanti.
Jika pahalanya
habis, maka dosa orang yang difitnah dialihkan kepada orang yang menfitnahnya.
Rasulullah bersabda,
"Tahukah
kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?"
Para sahabat
menjawab,
"Orang
yang bangkrut adalah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta
benda."
Rasulullah bersabda,
"Orang
yang bangkrut adalah:
Orang datang
pada hari kiamat membawa pahala salat, puasa, zakat, haji, dan pahala lainnya.
Tetapi
ketika di dunia dia mencaci, menuduh tanpa bukti, menyakiti.
Makan
harta orang lain dengan batil.
Dan
menumpahkan darah orang lain dengan batil.
Sebagai
tebusan atas kezalimannya.
Maka
amal kebaikannya, diberikan kepada orang yang dizaliminya.
Semuanya
dia bayarkan.
Sampai
tidak tersisa lagi pahala amal salehnya.
Tetapi
orang yang mengadu ternyata masih datang juga.
Maka
Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang
itu.
Dan
akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka."
Rasulullah bersabda,
“Itulah orang
yang bangkrut di hari kiamat.
Yaitu orang rajin
beribadah.
Tetapi dia
tidak punya akhlak yang baik.
Dia merampas
hak orang lain.
Dan menyakiti
hati mereka.”
(HR Muslim
nomor 6522).
Pada zaman dahulu.
Tanpa medsos,
orang menuduh tanpa bukti bisa bangkrut di akhirat.
Apalagi jika
mereka melakukannya di media sosial.
Semakin
banyak followernya, maka yang terpengaruh
tuduhannya bertambah banyak.
"Dan
barang siapa yang mengajak kepada kesesatan.
Maka ia akan
mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya.
Dengan tidak
mengurangi sedikit pun dosa-dosa mereka."
(HR Muslim).
Al-Quran
surah Al-Zalzalah (surah ke-99) ayat 7-8.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrahp, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment