MIKRAJ RASULULLAH MENEMBUS
DIMENSI
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Mikraj Rasulullah menembus
dimensi
Al-Quran surah An-Najm
(surah ke-53) ayat 14-18.
عِÙ†ْدَ
سِدْرَØ©ِ الْÙ…ُÙ†ْتَÙ‡َÙ‰ٰ
(Yaitu) di Sidratil Muntaha.
عِÙ†ْدَÙ‡َا
جَÙ†َّØ©ُ الْÙ…َØ£ْÙˆَÙ‰ٰ
Di dekatnya ada surga
tempat tinggal.
Ø¥ِذْ
ÙŠَغْØ´َÙ‰ السِّدْرَØ©َ Ù…َا ÙŠَغْØ´َÙ‰ٰ
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya.
Ù…َا
زَاغَ الْبَصَرُ ÙˆَÙ…َا Ø·َغَÙ‰ٰ
Penglihatannya
(muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya.
Ù„َÙ‚َدْ
رَØ£َÙ‰ٰ Ù…ِÙ†ْ آيَاتِ رَبِّÙ‡ِ الْÙƒُبْرَÙ‰ٰ
Sesungguhnya dia telah
melihat sebagian tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Dimensi adalah ukuran (panjang, lebar, tinggi,
luas, dan sebagainya).
Dimensi disebut juga matra.
Contoh perbedaan dimensi 3
dan dimensi 2.
Tubuh manusia bisa
disebut 3 dimensi.
Karena punya 3 ukuran,
yaitu:
1) Panjang.
2) Lebar
(tebal).
3) Tinggi.
Bayangan tubuh manusia
bisa disebut 2 dimensi.
Karena punya 2 ukuran,
yaitu:
1) Panjang.
2) Lebar.
Tubuh manusia yang 3
dimensi dan bayangan tubuh manusia yang 2 dimensi tak berjauhan.
Bahkan sangat berdekatan.
Dan selalu menempel.
Meskipun tubuh manusia
dan bayangannya selalu berdekatan.
Tapi tak pernah
terjadi komunikasi.
Karena dimensinya
berbeda.
Munculnya bayangan
tubuh manusia karena adanya tubuh manusia yang asli.
“Realitas sejati”
adalah tubuh manusia.
Dan bayangannya adalah
“semu”.
Jika tubuh manusia tak
ada.
Maka tak ada bayangan
tubuh manusia.
Analog hal di atas.
Dari 4 dimensi alam,
yaitu:
1) Fisik.
2) Jabarut.
3) Malakut.
4) Ketuhanan.
Bisa disimpulkan “realitas
sejati” adalah Alam Ketuhanan.
Alam Fisik, Jabarut,
dan Malakut adalah “bayangannya”.
Jika Alam Ketuhanan
tak ada.
Maka semuanya tak ada.
Jadi sumber “realitas
sejati” adalah Alam Ketuhanan.
Yang lain hanya “bayangan”.
Ada 4 dimensi realitas
menurut lmam Gazali, yaitu:
1. Alam
Fisik.
2. Alam
Jabarut.
3. Alam
Malakut (Metafisika).
4. Alam
Ketuhanan.
1. Alam
Fisik.
Alam fisik adalah alam
yang paling sederhana.
Alam fisik adalah alam
yang tampak.
Dan bisa diakses
dengan pancaindra manusia.
Alam fisik adalah
alamnya pancaindra.
Akal membantu
mempersepsi hasil pancaindra.
2. Alam
Jabarut.
Alam Jabarut adalah
alam mental dan emosi.
Alam Jabarut di luar
panca indra manusia.
Alam Jabarut tak bisa
diakses pancaindra manusia.
Pancaindra manusia adalah 5 macam alat perasa, yaitu:
1) Penglihat
(mata).
2) Penghidu/pencium
(hidung).
3) Pengecap/perasa
(lidah).
4) Perasa
(tubuh).
5) Pendengar
(telinga)
Pandangan mata manusia
terbatas.
Suara yang bisa
didengar telinga manusia terbatas.
Alat peraba, pencium, dan
perasa manusia juga terbatas.
Alam Jabarut tak bisa
digambarkan.
3. Alam Malakut
(Metafisika)
Alam metafisika adalah
alamnya para malaikat.
Atau alam eskatologis.
Alam Metafisika juga
tak bisa digambarkan.
Seperti surga, neraka,
malaikat, setan, dan sejenisnya.
Jika dipaksa untuk
menggambarkan surga, neraka, malaikat, atau setan.
Maka munculnya pasti
terikat dengan dunia fisik.
Yaitu gambarnya menurut
alam pikiran pancaindranya manusia.
Benda fisik yang belum
dilihat oleh mata manusia.
Pasti digambarkan
sesuai pengalamannya.
Misalnya, ada orang
cerita tentang penjual sate ayam di Papua.
Maka manusia akan
membayangkan gambar penjual sate sesuai pengalamannya.
Padahal aslinya tak
tahu.
Maka manusia mencoba
menggambarnya dengan mengarangnya.
Alam gaib adalah alam
yang tak dipahami manusia.
Dalam bahasa Arab.
1) Orang
yang berbicara disebut mutakalim (orang ke-1, yaitu: Saya).
2) Orang
yang diajak berbecara disebut mukhotob (orang ke-2, yaitu: Kamu).
3) Orang
yang tak ikut hadir disebut gaib (orang ke-3, yaitu: Dia).
Orang yang belum
pernah ke Jakarta.
Maka Jakarta itu “gaib” baginya.
Dalam menggambarkan
wujud malaikat dan setan.
Juga terbatas gambaran
secara fisik.
4. Alam Ketuhanan
Yaitu alam tertinggi.
Alam fisik manusia tak
bisa menjangkau alam Jabarut dan alam Malakut.
Maka alam fisik
manusia tambah tak bisa menjangkau alam Ketuhanan.
Hanya nafsu mutmainah
yang bisa menjangkaunya.
Daftar Pustaka.
1. Agus
Mustofa.
Cangkir Tasawuf.
2. Dr
Fahrudin Faiz.
Ngaji Filsafat.


0 comments:
Post a Comment