Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Saturday, August 5, 2017

173. BADUI

ORANG BADUI “MENGHISAB” ALLAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Dikisahkan, seorang Badui telah memeluk Islam. Sudah mengikrarkan “Dua Kalimat Syahadat”, saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah. Mengikuti jejak kepala sukunya.
     Si Badui masuk Islam, hasil dakwah para pemimpinnya. Dia belajar cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya. Dia tergolong “ekonomi lemah”. Tidak pintar. Belum pernah bepergian ke luar dari “desa”nya. Dia orang “ndeso”, tempat tinggalnya terpencil dan “adoh kawat”.
     Si Badui belum pernah ke Madinah. Belum pernah bertemu dengan Nabi, sehingga tidak mengenal wajah Nabi. Tetapi, dengan segala keterbatasannya, dia sudah menjadi seorang  mukmin “yang baik”. Dia amat  mencintai Nabi Muhammad.
       Rombongan kabilahnya pergi ke Mekah, melaksanakan ibadah umrah. Si Badui ikut dalam rombongan. Ketika rombongannya melaksanakan tawaf, dan mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali. Rombongannya tawaf berjalan kaki berlawanan arah jarum jam. Si Badui selalu “mengintil”, dan mengikuti di belakang rombongannya.
      Si Badui terpisah dari rombongan, tetapi dia tetap melaksanakan tawaf. Dia berjalan sambil berzikir, “Ya, Karim. Ya, Karim.” Berulang-ulang. Dia bukan orang cerdas, dan tidak mampu menghafal doa tawaf. Dia hanya membaca “Ya, Karim.”, berulang-ulang.
     Tiba-tiba dia merasa ada yang mengikutinya. Ada orang yang berjalan “menempel” di belakangnya. Juga, menirukan mengucapkan “Ya, Karim, Ya, Karim,….” seperti dirinya. Si Badui bergeser, dia berpindah agak menjauh, agar tidak diikuti orang tersebut.
      Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya. Meskipun dia bergeser dan menjauh, tetapi, orang itu tetap “menempelnya”. Kemana pun dia bergerak. orang itu selalu mengikutinya.
    Akhirnya, Si Badui berhenti, dan memutar badannya 180 derajat, dia berbalik menghadap orang itu. Si Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah, dan berbadan bagus. Apakah engkau memperolok-olokku? Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku.”   “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu. Si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
     Lelaki itu tampak tersenyum, mendengarkan jawabannya. Lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu. Wahai saudaraku, Badui?” “Belum,” jawab Si Badui. 
      Lelaki itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya. Padahal, engkau tidak mengenalnya? Bagaimana pula keimananmu kepadanya?” “Aku beriman atas kenabiannya, walaupun aku tidak pernah melihatnya. Aku membenarkan kerasulannya, meskipun aku tidak pernah bertemu dengannya,” jawab Si Badui.
      Lelaki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui. Aku inilah Nabimu di dunia, dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.” Memang, lelaki yang “mengintili” Si Badui adalah Nabi Muhammad. Nabi saat itu, juga sedang melaksanakan umrah.
     Nabi mengikuti Si Badui tawaf, beliau melihat Si Badui “polos” dan “unik”. Terpisah dari rombongannya, tetapi, dia tampak begitu khusuk dalam melaksanakan tawaf.
    Si Badui memandang Nabi, dia seakan tidak percaya. Kaget bercampur gembira, dan dia  terpana. Matanya berkaca-kaca, lalu dia mendekat kepada Nabi. Si Badui merendahkan badan, akan mencium tangan Nabi, lalu  Nabi memegang pundaknya.
      Nabi berkata,”Wahai saudaraku orang Badui. Janganlah memperlakukanku, seperti orang asing memperlakukan rajanya. Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang. Allah mengutusku dengan kebenaran. Memberikan kabar gembira, berupa kenikmatan di surga. Juga,  memberikan  peringatan, tentang pedihnya azab neraka.
      Si Badui berdiri termangu. Tampak jelas wajah kegembiraannya, karena bisa berjumpa dengan Nabi. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi, dan menyampaikan beberapa kalimat kepada Si Badui.
     “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim. Yang Maha Pemurah. Maha Memberi tanpa diminta. Akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
      Nabi menyampaikannya  kepada Si Badui. Badui berkata, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”
     Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga. “Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah.” Nabi bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 
     Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku, atas dosaku, maka aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya. Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Pemaaf-Nya. Apabila Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya.”
     Nabi terharu mendengarkan jawaban Si Badui. Nabi meneteskan air mata, sampai membasahi jenggot beliau. Jawaban yang sederhana yang menunjukkan betapa “akrabnya” Si Badui dengan Tuhan-Nya. Betapa tinggi “makrifatnya” kepada Allah. Padahal, dia belum pernah mendapatkan didikan langsung dari Nabi.
     Malaikat Jibril turun lagi, memberi tahu Nabi, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu, dan berfirman,”Kurangi tangismu, karena dapat memengaruhi para malaikat dalam bertasbih. Sampaikan kepada saudaramu, Si Badui. Dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah tidak akan menghisabnya. Dia termasuk penghuni surga.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.

173. BADUI

ORANG BADUI “MENGHISAB” ALLAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Dikisahkan, seorang Badui telah memeluk Islam. Sudah mengikrarkan “Dua Kalimat Syahadat”, saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah. Mengikuti jejak kepala sukunya.
     Si Badui masuk Islam, hasil dakwah para pemimpinnya. Dia belajar cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya. Dia tergolong “ekonomi lemah”. Tidak pintar. Belum pernah bepergian ke luar dari “desa”nya. Dia orang “ndeso”, tempat tinggalnya terpencil dan “adoh kawat”.
     Si Badui belum pernah ke Madinah. Belum pernah bertemu dengan Nabi, sehingga tidak mengenal wajah Nabi. Tetapi, dengan segala keterbatasannya, dia sudah menjadi seorang  mukmin “yang baik”. Dia amat  mencintai Nabi Muhammad.
       Rombongan kabilahnya pergi ke Mekah, melaksanakan ibadah umrah. Si Badui ikut dalam rombongan. Ketika rombongannya melaksanakan tawaf, dan mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali. Rombongannya tawaf berjalan kaki berlawanan arah jarum jam. Si Badui selalu “mengintil”, dan mengikuti di belakang rombongannya.
      Si Badui terpisah dari rombongan, tetapi dia tetap melaksanakan tawaf. Dia berjalan sambil berzikir, “Ya, Karim. Ya, Karim.” Berulang-ulang. Dia bukan orang cerdas, dan tidak mampu menghafal doa tawaf. Dia hanya membaca “Ya, Karim.”, berulang-ulang.
     Tiba-tiba dia merasa ada yang mengikutinya. Ada orang yang berjalan “menempel” di belakangnya. Juga, menirukan mengucapkan “Ya, Karim, Ya, Karim,….” seperti dirinya. Si Badui bergeser, dia berpindah agak menjauh, agar tidak diikuti orang tersebut.
      Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya. Meskipun dia bergeser dan menjauh, tetapi, orang itu tetap “menempelnya”. Kemana pun dia bergerak. orang itu selalu mengikutinya.
    Akhirnya, Si Badui berhenti, dan memutar badannya 180 derajat, dia berbalik menghadap orang itu. Si Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah, dan berbadan bagus. Apakah engkau memperolok-olokku? Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku.”   “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu. Si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
     Lelaki itu tampak tersenyum, mendengarkan jawabannya. Lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu. Wahai saudaraku, Badui?” “Belum,” jawab Si Badui. 
      Lelaki itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya. Padahal, engkau tidak mengenalnya? Bagaimana pula keimananmu kepadanya?” “Aku beriman atas kenabiannya, walaupun aku tidak pernah melihatnya. Aku membenarkan kerasulannya, meskipun aku tidak pernah bertemu dengannya,” jawab Si Badui.
      Lelaki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui. Aku inilah Nabimu di dunia, dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.” Memang, lelaki yang “mengintili” Si Badui adalah Nabi Muhammad. Nabi saat itu, juga sedang melaksanakan umrah.
     Nabi mengikuti Si Badui tawaf, beliau melihat Si Badui “polos” dan “unik”. Terpisah dari rombongannya, tetapi, dia tampak begitu khusuk dalam melaksanakan tawaf.
    Si Badui memandang Nabi, dia seakan tidak percaya. Kaget bercampur gembira, dan dia  terpana. Matanya berkaca-kaca, lalu dia mendekat kepada Nabi. Si Badui merendahkan badan, akan mencium tangan Nabi, lalu  Nabi memegang pundaknya.
      Nabi berkata,”Wahai saudaraku orang Badui. Janganlah memperlakukanku, seperti orang asing memperlakukan rajanya. Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang. Allah mengutusku dengan kebenaran. Memberikan kabar gembira, berupa kenikmatan di surga. Juga,  memberikan  peringatan, tentang pedihnya azab neraka.
      Si Badui berdiri termangu. Tampak jelas wajah kegembiraannya, karena bisa berjumpa dengan Nabi. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi, dan menyampaikan beberapa kalimat kepada Si Badui.
     “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim. Yang Maha Pemurah. Maha Memberi tanpa diminta. Akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
      Nabi menyampaikannya  kepada Si Badui. Badui berkata, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”
     Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga. “Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah.” Nabi bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 
     Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku, atas dosaku, maka aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya. Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Pemaaf-Nya. Apabila Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya.”
     Nabi terharu mendengarkan jawaban Si Badui. Nabi meneteskan air mata, sampai membasahi jenggot beliau. Jawaban yang sederhana yang menunjukkan betapa “akrabnya” Si Badui dengan Tuhan-Nya. Betapa tinggi “makrifatnya” kepada Allah. Padahal, dia belum pernah mendapatkan didikan langsung dari Nabi.
     Malaikat Jibril turun lagi, memberi tahu Nabi, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu, dan berfirman,”Kurangi tangismu, karena dapat memengaruhi para malaikat dalam bertasbih. Sampaikan kepada saudaramu, Si Badui. Dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah tidak akan menghisabnya. Dia termasuk penghuni surga.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.

173. BADUI

ORANG BADUI “MENGHISAB” ALLAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Dikisahkan, seorang Badui telah memeluk Islam. Sudah mengikrarkan “Dua Kalimat Syahadat”, saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah. Mengikuti jejak kepala sukunya.
     Si Badui masuk Islam, hasil dakwah para pemimpinnya. Dia belajar cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya. Dia tergolong “ekonomi lemah”. Tidak pintar. Belum pernah bepergian ke luar dari “desa”nya. Dia orang “ndeso”, tempat tinggalnya terpencil dan “adoh kawat”.
     Si Badui belum pernah ke Madinah. Belum pernah bertemu dengan Nabi, sehingga tidak mengenal wajah Nabi. Tetapi, dengan segala keterbatasannya, dia sudah menjadi seorang  mukmin “yang baik”. Dia amat  mencintai Nabi Muhammad.
       Rombongan kabilahnya pergi ke Mekah, melaksanakan ibadah umrah. Si Badui ikut dalam rombongan. Ketika rombongannya melaksanakan tawaf, dan mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali. Rombongannya tawaf berjalan kaki berlawanan arah jarum jam. Si Badui selalu “mengintil”, dan mengikuti di belakang rombongannya.
      Si Badui terpisah dari rombongan, tetapi dia tetap melaksanakan tawaf. Dia berjalan sambil berzikir, “Ya, Karim. Ya, Karim.” Berulang-ulang. Dia bukan orang cerdas, dan tidak mampu menghafal doa tawaf. Dia hanya membaca “Ya, Karim.”, berulang-ulang.
     Tiba-tiba dia merasa ada yang mengikutinya. Ada orang yang berjalan “menempel” di belakangnya. Juga, menirukan mengucapkan “Ya, Karim, Ya, Karim,….” seperti dirinya. Si Badui bergeser, dia berpindah agak menjauh, agar tidak diikuti orang tersebut.
      Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya. Meskipun dia bergeser dan menjauh, tetapi, orang itu tetap “menempelnya”. Kemana pun dia bergerak. orang itu selalu mengikutinya.
    Akhirnya, Si Badui berhenti, dan memutar badannya 180 derajat, dia berbalik menghadap orang itu. Si Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah, dan berbadan bagus. Apakah engkau memperolok-olokku? Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku.”   “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu. Si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
     Lelaki itu tampak tersenyum, mendengarkan jawabannya. Lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu. Wahai saudaraku, Badui?” “Belum,” jawab Si Badui. 
      Lelaki itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya. Padahal, engkau tidak mengenalnya? Bagaimana pula keimananmu kepadanya?” “Aku beriman atas kenabiannya, walaupun aku tidak pernah melihatnya. Aku membenarkan kerasulannya, meskipun aku tidak pernah bertemu dengannya,” jawab Si Badui.
      Lelaki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui. Aku inilah Nabimu di dunia, dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.” Memang, lelaki yang “mengintili” Si Badui adalah Nabi Muhammad. Nabi saat itu, juga sedang melaksanakan umrah.
     Nabi mengikuti Si Badui tawaf, beliau melihat Si Badui “polos” dan “unik”. Terpisah dari rombongannya, tetapi, dia tampak begitu khusuk dalam melaksanakan tawaf.
    Si Badui memandang Nabi, dia seakan tidak percaya. Kaget bercampur gembira, dan dia  terpana. Matanya berkaca-kaca, lalu dia mendekat kepada Nabi. Si Badui merendahkan badan, akan mencium tangan Nabi, lalu  Nabi memegang pundaknya.
      Nabi berkata,”Wahai saudaraku orang Badui. Janganlah memperlakukanku, seperti orang asing memperlakukan rajanya. Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang. Allah mengutusku dengan kebenaran. Memberikan kabar gembira, berupa kenikmatan di surga. Juga,  memberikan  peringatan, tentang pedihnya azab neraka.
      Si Badui berdiri termangu. Tampak jelas wajah kegembiraannya, karena bisa berjumpa dengan Nabi. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi, dan menyampaikan beberapa kalimat kepada Si Badui.
     “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim. Yang Maha Pemurah. Maha Memberi tanpa diminta. Akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
      Nabi menyampaikannya  kepada Si Badui. Badui berkata, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”
     Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga. “Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah.” Nabi bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 
     Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku, atas dosaku, maka aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya. Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Pemaaf-Nya. Apabila Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya.”
     Nabi terharu mendengarkan jawaban Si Badui. Nabi meneteskan air mata, sampai membasahi jenggot beliau. Jawaban yang sederhana yang menunjukkan betapa “akrabnya” Si Badui dengan Tuhan-Nya. Betapa tinggi “makrifatnya” kepada Allah. Padahal, dia belum pernah mendapatkan didikan langsung dari Nabi.
     Malaikat Jibril turun lagi, memberi tahu Nabi, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu, dan berfirman,”Kurangi tangismu, karena dapat memengaruhi para malaikat dalam bertasbih. Sampaikan kepada saudaramu, Si Badui. Dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah tidak akan menghisabnya. Dia termasuk penghuni surga.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

172. SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii, tetapi para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam Syafii. Para ulama mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki matematika untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba, lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan, beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya, karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala, lalu dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah, kemudiand ia masuk Islam, maka domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam, maka domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana, tetapi orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang yang pertama sudah baligh, sedangkan orang yang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga. Terdapat seorang lelaki dan seorang wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan, lalu mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka, lelaki dewasa menjawab,”Bapakku merupakan kakek mereka, sedangkan saudaraku adalah paman mereka, dan istriku ialah istri bapak mereka.
     Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka, sedangkan saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu mereka.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 orang wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami, yang sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka, menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan hala, tetapi setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya, maka setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang yang pertama dihukum bunuh, sedangkan orang yang kedua dihukum rajam. Orang yang ketiga dihukum cambuk, sedangkan orang yang keempat dihukum setengah pidana, tetapi orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”orang yang pertama menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang yang kedua, sudah menikah, maka dia dirajam. Orang yang ketiga, belum menikah, maka dia dicambuk. Orang yang keempat, seorang budak, maka dia dihukum setengah pidana. Sedangkan orang yang kelima, seorang gila, maka dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya dengan syarat tidak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”Kantung itu berisi gula atau garam. Kantung itu hanya perlu direndam dalam air, maka isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.