Thursday, July 5, 2018

930. TAFSIR
















PENULISAN TAFSIR AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah perkembangan tafsir  Al-Quran dalam segi penulisan (kodifikasi) tafsir Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Perkembangan penulisan (kodifikasi) tafsir Al-Quran dapat dibagi dalam tiga periode berikut ini.
      Ke-1, Pada zaman Nabi Muhammad, para sahabat, dan permulaan para tabiin, tafsir Al-Quran belum ditulis, sehingga secara umum riwayat tafsir Al-Quran tersebar secara lisan dari mulut ke mulut.
      Ke-2, Kodifikasi (penulisan) hadis secara resmi dimulai sejak zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada tahun 99 sampai 101 Hijriah yang ditulis bergabung dengan penulisan hadis dan dihimpun dalam satu bab seperti bab hadis.
      Penafsiran ayat Al-Quran yang ditulis pada umumnya adalah Tafsir bil Ma'tsur (gabungan tiga sumber, yaitu penafsiran Nabi Muhammad, para sahabat, dan tabiin yang dirangkum menjadi satu disebut Tafsir bil Ma'tsur.
      Ke-3, Diawali dengan penyusunan kitab tafsir secara khusus dan berdiri sendiri, yang diperkirakan dimulai oleh Al-Farra (wafat tahun 207 Hijriah) dengan kitabnya yang berjudul “Maani Al-Quran”.
      Sejarah perkembangan Tafsir Al-Quran dapat ditinjau dari sudut metode penafsirannya, meskipun disadari setiap mufasir (orang yang ahli dalam penafsiran) mempunyai metode yang berbeda dalam perinciannya dengan mufasir (orang yang menerangkan makna atau maksud ayat Al-Quran) yang lain.
      Secara umum dapat diamati sejak periode ketiga penulisan kitab tafsir Al-Quran sampai tahun 1960 Masehi, para mufasir menafsirkan ayat Al-Quran ayat per ayat yang sesuai dengan susunan dalam buku mushaf Al-Quran.
      Penafsiran ayat Al-Quran yang berdasarkan perurutan buku dalam mushaf Al-Quran  dapat menjadikan petunjuk dalam Al-Quran terpisah dan tidak disodorkan kepada pembaca secara utuh dan menyeluruh.
     Suatu masalah dalam Al-Quran sering ditampilkan secara terpisah dalam beberapa surah, misalnya tentang riba yang dikemukakan dalam surat Al-Baqarah, Ali Imran, dan Ar-Rum, sehingga untuk mengetahui pandangan Al-Quran secara menyeluruh diperlukan pembahasan yang mencakup semua ayat tersebut.  
      Para ulama berpendapat meskipun suatu masalah dimunculkan dalam ayat yang berbeda, tetapi terdapat suatu benang merah (sesuatu yang mengikat dan menghubungkan beberapa hal sehingga menjadi satu kesatuan) yang menjadi sentral.
      Januari 1960, Syaikh Mahmud Syaltut menyusun kitab tafsirnya yang berjudul Tafsir Al-Quran Al-Karim dengan metode Tafsir Maudhui (metode tafsir yang tidak  menafsirkan Al-Quran ayat per ayat, tetapi membahas surah demi surah atau bagian tertentu dalam satu surah), kemudian merangkainya dengan tema sentral yang terdapat dalam suatu surah tersebut.
       Tetapi metode Tafsir Maudhui belum menjadikan pedoman dan petunjuk dalam Al-Quran dipaparkan dalam bentuk menyeluruh, karena suatu masalah ditemukan dalam berbagai surah yang berbeda.
      Muncul ide menghimpun semua ayat Al-Quran yang berbicara tentang suatu masalah atau suatu bab tertentu, kemudian mengaitkannya dengan yang lain dan menafsirkan secara utuh dan menyeluruh.
     Gagasan ini dikembangkan di Mesir oleh Prof. Dr. Ahmad Sayyid Al-Kumiy pada akhir tahun enam puluhan yang pada hakikatnya kelanjutan dari Metode Maudhui yang dikenalkan oleh Mahmud Syaltut.
      Metode Maudhui mempunyai dua pengertian berikut ini.
      Ke-1, Penafsiran suatu surat Al-Quran dengan menjelaskan tujuannya secara umum yang merupakan tema sentralnya dan menghubungkan masalah yang beraneka ragam dalam surah tersebut, sehingga suatu surah dengan berbagai problemanya menjadi satu kesatuan.
       Ke-2, Penafsiran dengan menghimpun semua ayat Al-Quran yang membahas suatu masalah tertentu yang sedapat mungkin diurutkan sesuai dengan urutan kronologis waktu turunnya, kemudian menjelaskan pengertiannya secara menyeluruh untuk menarik pedoman dan petunjuk Al-Quran secara utuh.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
4.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
5.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
6.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
7.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
8.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
9.    Tafsirq.com online


Related Posts:

  • 283. TAKDIR 3TAKDIR DALAM BAHASA AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 283. TAKDIR 3TAKDIR DALAM BAHASA AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 283. TAKDIR 3TAKDIR DALAM BAHASA AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 283. TAKDIR 3TAKDIR DALAM BAHASA AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 283. TAKDIR 3TAKDIR DALAM BAHASA AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More

0 comments:

Post a Comment