Monday, March 2, 2020

4772. MELAWAN DENGAN DIAM


MELAWAN DENGAN DIAM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1.    Terus dibulli sejak menjabat, Anies Baswedan (AB) tidak mudah terpancing emosi untuk membalas bullian.
2.    Malah, AB terlihat banyak diam.
3.    Mengapa?
4.    Ternyata AB mengambil teladan Ibnu Sina.
5.    Dalam sebuah kisah yang beredar di media sosial, AB percaya, bahwa untuk melawan bullian atau melawan orang bodoh adalah dengan tidak larut dalam debat dengannya.
6.    Justru harus melawan orang bodoh dengan diam.
7.    Kisah di bawah ini belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
8.    Namun, dapatlah menjadi inspirasi bagi kita tentang bagaimana seharusnya bersikap di era saling bulli di media sosial seperti ini.
9.    Sambil mencari hikmahnya, Pak Anies Baswedan bercerita tentang perlunya diam pada saat menghadapi orang-orang yang bodoh.
10. Tujuan mulia harus dengan cara mulia!
11. Sebelum memulai cerita, seperti biasanya, beliau menyeruput kopi susu kesukaannya.
12. Lalu pak Anies Baswedan bertanya, tahukah kalian siapa Ibnu Sina?
13. Pada tahun 980 sampai 1037 Masehi, ada seorang mumpuni bernama Ibnu Sina.
14. Seorang filsuf, penulis, ahli obat dan pengobatan, juga ilmuwan yang cukup handal.
15. Adapun karyanya yang tersohor adalah al-Qanun fi at-Tibb tentang ilmu obat dan pengobatan.
16. Suatu hari Ibnu Sina melakukan perjalanan dengan kuda kesayangannya.
17. Pada suatu tempat yang dianggap nyaman, ia berhenti beristirahat.
18. Kuda diikat ditempat yang teduh.
19. Diberi makan jerami dan dicampur rumput pilihan.
20. Ibnu Sina tahu binatang itu tidak boleh dimusuhi bahkan disiksa.
21. Harus disayang karena membantu manusia.
22. Ibnu Sina duduk ditempat lebih teduh, tak jauh dari kuda, sambil menikmati bekal yang dibawanya.
23. Tiba-tiba datang seseorang menunggang keledai.
24. Ia turun dan mengikat keledai berdekatan dengan kuda milik Ibnu Sina.
25. Dengan maksud supaya keledainya bisa memakan jerami dan rumput pilihan.
26. Dan orang tersebut pun duduk dengan Ibnu Sina berada.
27. Orang itu ikut duduk dan ikut makan.
28. Ibnu Sina mengingatkan, “Keledaimu jauhkan dari kudaku, agar tidak dislentak (ditendang).”
29. Orang yang diajak bicara itu tersenyum sambil menoleh melihat kuda dan keledainya.

30. Tiba-tiba: “plak”.
31. Si keledai ditendang kuda hingga terluka cidera.
32. Pemilik keledai marah-marah kepada Ibnu Sina dan meminta tanggung jawabnya.
33. Ibnu Sina diam saja.
34. Sampai kemudian si pemilik keledai mendatangi hakim dan meminta agar Ibnu Sina membayar atas luka cidera keledainya.
35. Saat ditanya oleh hakim pun Ibnu Sina terdiam.
36. Hakim kemudian berkata kepada orang yang mengadu, “Apakah ia bisu…..?”
37. Orang itu menjawab, “Tidak, tadi dia bicara padaku.”
38. Hakim bertanya lagi, “Apa yang ia kataka...?”
39. Orang itu kembali menjawab, “Jangan dekatkan keledaimu nanti ditendang kudaku.”
40.  Setelah mendengar jawaban itu, sang Hakim tersenyum dan berkata kepada Ibnu Sina, “Anda ternyata pintar. Cukup diam dan kebenaran terungkap.”
41. Tidak ada cara lain untuk menghadapi orang bodoh.
42. Cara efektif menghadapi orang bodoh adalah dengan diam.
43.  Sambil tersenyum Ibnu Sina berkata kepada Hakim, “Cara untuk menghadapi orang bodoh adalah dengan diam.”
44. Dan kebenaran akan menunjukkan jalannya sendiri.
45. Itu alasannya, kenapa saya memilih diam.
(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment