MELAWAN
DENGAN DIAM
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Terus
dibulli sejak menjabat, Anies Baswedan (AB) tidak mudah terpancing emosi untuk
membalas bullian.
2. Malah,
AB terlihat banyak diam.
3. Mengapa?
4. Ternyata
AB mengambil teladan Ibnu Sina.
5. Dalam
sebuah kisah yang beredar di media sosial, AB percaya, bahwa untuk melawan
bullian atau melawan orang bodoh adalah dengan tidak larut dalam debat
dengannya.
6. Justru
harus melawan orang bodoh dengan diam.
7. Kisah
di bawah ini belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
8. Namun,
dapatlah menjadi inspirasi bagi kita tentang bagaimana seharusnya bersikap di
era saling bulli di media sosial seperti ini.
9. Sambil
mencari hikmahnya, Pak Anies Baswedan bercerita tentang perlunya diam pada saat
menghadapi orang-orang yang bodoh.
10. Tujuan
mulia harus dengan cara mulia!
11. Sebelum
memulai cerita, seperti biasanya, beliau menyeruput kopi susu kesukaannya.
12. Lalu
pak Anies Baswedan bertanya, tahukah kalian siapa Ibnu Sina?
13. Pada tahun
980 sampai 1037 Masehi, ada seorang mumpuni bernama Ibnu Sina.
14. Seorang
filsuf, penulis, ahli obat dan pengobatan, juga ilmuwan yang cukup handal.
15. Adapun
karyanya yang tersohor adalah al-Qanun fi at-Tibb tentang ilmu obat dan
pengobatan.
16. Suatu
hari Ibnu Sina melakukan perjalanan dengan kuda kesayangannya.
17. Pada
suatu tempat yang dianggap nyaman, ia berhenti beristirahat.
18. Kuda
diikat ditempat yang teduh.
19. Diberi
makan jerami dan dicampur rumput pilihan.
20. Ibnu
Sina tahu binatang itu tidak boleh dimusuhi bahkan disiksa.
21. Harus
disayang karena membantu manusia.
22. Ibnu
Sina duduk ditempat lebih teduh, tak jauh dari kuda, sambil menikmati bekal
yang dibawanya.
23. Tiba-tiba
datang seseorang menunggang keledai.
24. Ia
turun dan mengikat keledai berdekatan dengan kuda milik Ibnu Sina.
25. Dengan
maksud supaya keledainya bisa memakan jerami dan rumput pilihan.
26. Dan
orang tersebut pun duduk dengan Ibnu Sina berada.
27. Orang
itu ikut duduk dan ikut makan.
28. Ibnu
Sina mengingatkan, “Keledaimu jauhkan dari kudaku, agar tidak dislentak (ditendang).”
29. Orang
yang diajak bicara itu tersenyum sambil menoleh melihat kuda dan keledainya.
30. Tiba-tiba:
“plak”.
31. Si
keledai ditendang kuda hingga terluka cidera.
32. Pemilik
keledai marah-marah kepada Ibnu Sina dan meminta tanggung jawabnya.
33. Ibnu
Sina diam saja.
34. Sampai
kemudian si pemilik keledai mendatangi hakim dan meminta agar Ibnu Sina
membayar atas luka cidera keledainya.
35. Saat
ditanya oleh hakim pun Ibnu Sina terdiam.
36. Hakim
kemudian berkata kepada orang yang mengadu, “Apakah ia bisu…..?”
37. Orang
itu menjawab, “Tidak, tadi dia bicara padaku.”
38. Hakim
bertanya lagi, “Apa yang ia kataka...?”
39. Orang
itu kembali menjawab, “Jangan dekatkan keledaimu nanti ditendang kudaku.”
40. Setelah mendengar jawaban itu, sang Hakim
tersenyum dan berkata kepada Ibnu Sina, “Anda ternyata pintar. Cukup diam dan
kebenaran terungkap.”
41. Tidak
ada cara lain untuk menghadapi orang bodoh.
42. Cara efektif
menghadapi orang bodoh adalah dengan diam.
43. Sambil tersenyum Ibnu Sina berkata kepada
Hakim, “Cara untuk menghadapi orang bodoh adalah dengan diam.”
44. Dan
kebenaran akan menunjukkan jalannya sendiri.
45. Itu alasannya,
kenapa saya memilih diam.
(Sumber: internet)
0 comments:
Post a Comment