Thursday, August 19, 2021

10534. MENGHALALKAN YANG HARAM TERMASUK SYIRIK

 

 



MENGHALALKAN YANG HARAM TERMASUK SYIRIK

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Dasar penentuan halal dan haram dalam Islam, yaitu:

 

1.      Asalnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah hukumnya halal dan mubah (boleh).

 

2.      Yang berhak menentukan halal dan haram hanya Allah semata.

 

 

Islam memberi batas wewenang menentukan halal dan haram.

 

Dengan melepaskan hak itu dari manusia.

 

Artinya manusia tidak berhak menentukan halal dan haram.

 

 

Betapapun tingginya kedudukan manusia itu dalam bidang agama dan dunianya.

 

Manusia tidak punya hak menentukan halal dan haram.

 

 

Hak untuk menentukan halal dan haram hanya milik Allah saja.

 

 

Sikap menerima dan mengakui ada pihak lain.

 

Yang bisa menentukan halal dan haram selain Allah.

 

Termasuk syirik.

 

Yaitu menyekutukan Allah.

 

 

 Sikap mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.

 

 

Termasuk  syirik.

 

Yaitu menyekutukan Allah.

 

 

Rasulullah bersabda,

 

”Aku diutus oleh Allah membawa agama toleran.”

 

 

Islam agama teguh dalam akidah tauhid.

 

Tetapi toleran dalam hal pekerjaan dan aturan.

Allah berfirman dalam hadis qudsi,

 

Aku menciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus.

 

Tetapi kemudian datang setan membelokkan mereka dari agamanya.

 

 

Dengan mengharamkan sesuatu yang Aku halalkan.

 

Dan menyekutukan Aku dengan sesuatu.

 

Yang Aku tidak memberi keterangan kepadanya."

 Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.

 

 

Bisa disamakan dengan syirik.

 

Yaitu menyekutukan Allah.

 

 

Al-Quran menentang sikap orang-orang musyrik Arab.

 

 

Yang berani mengharamkan makanan dan binatang yang baik.

 

Padahal Allah tidak mengizinkannya.

Misalnya, mereka mengharamkan:

 

1.      Bahirah.

Yaitu unta betina yang sudah melahirkan anak ke-5.

 

2.      Saibah.

Yaitu unta betina yang dinazarkan untuk berhala.

 

3.      Washilah.

Yaitu kambing yang telah beranak 7.

 

4.      Ham.

Yaitu unta jantan yang membuntingi 10 kali.

 

 

Orang-orang Arab Jahiliah beranggapan:

 

Unta betina beranak 5 kali.

Dengan anak ke-5 jantan.

 

Unta itu telinganya dibelah dan tidak boleh dinaiki.

 

Unta itu khusus buat berhala.

Tidak disembelih.

Tidak dibebani muatan.

Dan diberi nama Bahirah.

 

Artinya unta yang dibelah telinganya.

Jika ada orang datang dari bepergian atau sembuh dari sakit.

 

Dia memberi tanda kepada untanya.

 seperti yang diperbuat terhadap Bahirah dan diberi nama Saibah.

 

 

Jika ada kambing melahirkan anak betina.

 

Maka anak kambing itu khusus untuk berhalanya.

 

 Dan tidak disembelih.

 

Kambing itu diberi nama Washilah.

Jika ada binatang telah membuntingi anak-anaknya.

 

Maka binatang itu tidak dinaiki.

Tidak dibebani muatan.

Dan disebut Haami.

 

 

Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 103.

 

مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

 

 

      

Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya Bahiirah, Saaibah, Washiilah dan Haam, tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.

 

 

Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 104.

 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

   

  

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

 

 

Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 143-144.

 

21.        ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ ۖ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

 

وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

 

  (Yaitu) 8 binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakan: "Apakah 2 yang jantan yang diharamkan Allah ataukah 2 yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan 2 betinanya?" Terangkan kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar, dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakan: "Apakah 2 yang jantan yang diharamkan ataukah 2 yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan 2 betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

 

 

Ayat Al-Quran di atas mengajak semacam diskusi mendetail.

 

Dengan gaya bahasa menarik terhadap prasangka mereka.

 

Yang mengharamkan beberapa hewan.

 

 

Seperti: unta, sapi, kambing biri-biri dan kambing kacangan.

 

Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 32.

 

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

 Katakan: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakan: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

 

 

Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 33.

 

 قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

 

 

 

 Katakan: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak atau tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".

 

 

Seluruh semacam diskusi pada surah Makiyah (diturunkan di Mekah).

 

 Untuk mengkukuhkan akidah tauhid.

 

Dan ketentuan di akhirat kelak.

 

 

Hal itu membuktikan.

 

Bahwa masalah halal dan haram dalam pandangan Al-Quran.

 

Bukan termasuk furu.

Atau cabang atau bagian.

 

Tetapi termasuk ushul.

Yaitu pokok dan kulli.

 

 

Di Madinah muncul beberapa umat Islam berbuat terlalu.

 

Dengan melebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal yang baik.

 

 

Allah menurunkan ayat-ayat muhkamah (hukum).

 

Untuk menegakkan batas ketentuan Allah.

 

Dan mengembalikan mereka ke jalan lurus.

 

 

Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 87.

 

 

31.        يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

 

 Hai orang-orang beriman, janganlah kamu haramkan apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.

 

 

Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 88.

33.        وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

 

 Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

 

 

 

Daftar Pustaka.

1.    Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993

2.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

3.    Tafsirq.com online.

 

0 comments:

Post a Comment