AL-QURAN BAHAS BULAN PANTULKAN
SINAR MATAHARI
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
Peradaban zaman lampau
meyakini bahwa bulan memancarkan cahayanya sendiri.
Tapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjelaskan cahaya bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari.
Al-Quran surah
Al-Furqan (surah ke-25) ayat 61.
تَبَارَكَ
ٱلَّذِى جَعَلَ فِى ٱلسَّمَآءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَٰجًا وَقَمَرًا
مُّنِيرًا
Maha
Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang dan Dia menjadikan juga
padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Dalam
bahasa Arab (Al-Quran), kata untuk menunjuk matahari adalah “syams”.
Kata
“syams” punya arti:
1) Siraj maknanya obor.
2) Wahhaj maknanya lampu
menyala.
3) Diya maknanya sinar
kemuliaan.
Semua deskripsi ini
tepat untuk matahari
Karena matahari menghasilkan
panas dan cahaya oleh pembakaran internal.
Kata “bulan” dalam
bahasa Arab yang dipakai Al-Quran adalah “qamar”.
Kata qamar dijelaskan
Al-Quran sebagai munir.
Artinya tubuh yang
memberikan cahaya.
Deskripsi ini
cocok dan sempurna untuk bulan yang tidak mengeluarkan cahayanya sendiri.
Dan tubuhnya sebagai
materi pemantul sinar.
Al-Quran tak
pernah menyebut bulan sebagai siraj, wahhaj, atau diya.
Dan sebaliknya.
Al-Quran tak
pernah menyebut matahari sebagai nur atau munir.
Al-Quran
mengakui perbedaan antara sinar matahari dan cahaya bulan.
Al-Quran surah Nuh
(surah ke-71) ayat 15-16.
أَلَمْ
تَرَوْا۟ كَيْفَ خَلَقَ ٱللَّهُ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا
وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ
ٱلشَّمْسَ سِرَاجًا
Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat?
Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai
cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?
(Sumber
Zakir Naik)


0 comments:
Post a Comment