Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label FOKUS UBAH DIRI BUKAN SIBUK UBAH ORANG LAIN. Show all posts
Showing posts with label FOKUS UBAH DIRI BUKAN SIBUK UBAH ORANG LAIN. Show all posts

Wednesday, March 16, 2022

12845. FOKUS UBAH DIRI BUKAN SIBUK UBAH ORANG LAIN

 

 



BUKAN SIBUK UBAH ORANG LAIN TAPI FOKUS UBAH DIRI

Oleh Drs. HM Yusron Hadi,MM

 

 

Nasihat para ahli.

Ada 6 tanda matangnya spiritual seorang manusia.

 

1.      Tak sibuk ingin mengubah orang lain.

Tapi fokus ingin mengubah diri sendiri.

2.      Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya.

3.      Fokus untuk memberi dan berbagi.

Tak membebankan beragam harapan kepada orang lain.

4.      Paham bahwa siapa pun yang menanam pasti akan menuai hasilnya.

5.      Tak sibuk pamer bahwa dirinya baik dan benar.

6.      Tak sibuk mencari dukungan dan pujian orang lain.

 

1.   Tak sibuk ingin mengubah orang lain

 

Tapi fokus ingin mengubah dirinya sendiri

 

Yaitu perhatian utama dan pertama adalah dirinya sendiri.

 

Dia sadar dirinya masih kurang, masih lemah.

 

Dan masih butuh perbaikan.

 

Jangan bersikap sebaliknya.

Yaitu sibuk melihat keluar.

Orang yang belum matang spiritualnya.

 

Selalu sibuk melihat kekurangan orang lain, misalnya dia berkata:

1.      Orang itu ilmunya kurang.

2.      Orang itu belum sadar-sadar.

 

3.      Orang itu masih ambisius.

4.      Orang itu berpikir duniawi.

5.      Dan lainnya.

 

Orang yang selalu fokus kepada orang lain.

Tandanya belum matang spiritualnya.

 

Orang yang matang spiritualnya.

Selalu fokus kepada dirinya sendiri, misalnya dia bertanya:

1.      Apakah aku sudah bersikap dewasa?

2.      Apakah aku sudah bertanggung jawab dengan tugasku?

 

3.      Apakah aku sudah sabar untuk menerima bahwa segala sesuatu butuh proses?

 

Tunjukkan bahwa diri sendiri sudah matang spiritualnya.

 

Kemudian boleh memberi nasihat kepada orang lain.

 

2.   Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya

Fokus memberi dan berbagi

 

Rela menerima diri sendiri apa adanya.

Juga menerima orang lain apa adanya.

 

Sehingga tak sibuk ingin mengubah orang lain.

 

Kita menerima fakta  bahwa tiap orang berbeda-beda wataknya.

 

Jangan memarahi diri sendiri.

Karena kecewa dengan hidupnya sendiri.

 

Kemudian dia menekan dirinya sendiri.

Hal itu bisa berakibat stres, depresi, dan sakit jiwa,

 

Memang tiap manusia punya kekurangan dan kelemahan.

 

Tapi jangan dijadikan alasan untuk membenci diri sendiri.

 

Apalagi untuk mengusir diri sendiri.

 

3.   Tak membebankan beragam harapan kepada orang lain

Tapi fokus memberi dan berbagi.

 

Orang yang matang spiritual tak membebankan beragam harapan kepada orang lain.

 

Misalnya, dia tak berkata:

1.      Aku ingin kamu bersikap begitu.

2.      Aku ingin punya guru yang begini.

 

3.      Aku ingin punya teman ideal yang demikian.

4.      Dan lainnya.

 

Orang yang matang spiritualnya.

Tak membebankan harapan dan kondisi ideal kepada orang lain.

 

Jika ada orang membebankan harapan dan kondisi idealnya kepada orang lain.

 

Maka dia mudah kecewa dan jadi beban hidupnya.

 

Misalnya dengan membuat rapor semua temannya.

 

1.      Dia ramah, tapi jarang mandi.

2.      Dia menyenangkan, tapi minta ditraktir terus.

 

Hal itu akan memberi beban hidupnya.

 

Saat mencari pasangan hidup, dia membuat harapan yang ideal.

 

Sehingga, dalam hidupnya dia sering kecewa.

 

Orang yang matang spiritualnya tak membebankan harapan  kepada orang lain.

 

Tapi lebih fokus untuk berbagi dan memberi kepada orang lain.

 

Dia bertanya,

1.      Apa yang bisa saya berikan untuk orang lain.

Sesuai dengan kemampuan saya?

 

2.      Aku mampu memberi apa untuk lingkunganku?

3.      Aku akan menyumbangkan tenaga untuk kebaikan orang lain.

Karena aku tak punya harta.

 

Orang yang matang spiritualnya sibuk ingin membantu orang lain.

 

Bukan sibuk ingin mendapat bantuan dari orang lain.

 

4.   Paham bahwa siapa pun yang menanam pasti akan menuai hasilnya.

 

Yaitu paham bahwa sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan orang.

 

Maka dia pasti akan menikmati hasilnya.

 

Dan sebaliknya.

 

Sekecil apa pun kejahatan yang dilakukan oleh seseorang .

Dia pasti akan menerima akibatnya.

 

Al-Quran surah Az-Zalzalah (surah ke-99) ayat 7-8.

 

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

 

Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

 

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

 

Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

 

 

5.   Tak sibuk pamer bahwa dirinya baik dan benar

 

Zaman ini agak berat tak pamer kebaikan.

 

Sekarang zamannya medsos, Facebook, Twitter, lnstagram, Youtube, WhatsApp, Blog.

 

Dan lainnya.

 

Semuanya  itu dunia pamer.

Sehingga kita ingin dikenal sebagai orang baik.

 

Medsos menambah 3 beban sekaligus, yaitu:

 

1.      Berbuat kebaikan.

2.      Memamerkan kebaikan.

3.      lngin kebaikan itu viral.

 

 

Rasulullah bersabda,

“Semua amal kebaikan tergantung kepada niatnya.”

 

Perbuatan jelek tak perlu dilihat niatnya.

 

Karena perbuatan jelek, pasti jelek.

Apa pun niatnya.




6.   Tak sibuk mencari dukungan dan pujian orang lain

 

Jika kita masih ingin dukungan dan pujian orang lain.

 

Artinya kita belum yakin 100 persen dengan kebenaran yang kita lakukan.

 

Karena masih butuh dukungan orang lain.

 

Jika yakin benar, maka tak butuh komentar apa pun.

 

Dipuji atau dicela orang lain.

Hal itu tak penting.

 

Hidup ini adalah ujian.

 

Al-Quran surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35.

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan.

 

 

(Sumber Ngaji Filsafat Dr Fahrudin Faiz)