SALMAN
AL-FARISI DARI PERSIA
Oleh:
Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Salman Al-Farisi lahir tahun 568 Masehi di
Persia, Iran.
Meninggal
tahun 657 Masehi di Irak.
Waktu
di madinah dipanggil Abu Abdullah.
Salman Al-Farisi bercerita.
Riwayat
perjalanan hidupnya.
Lahir
di Desa Jayyu, Asfahah di Persia, Iran.
Anak kesayangan
seorang pemimpin desa.
Yang beragama
Majusi.
Menyembah
api.
Salman Al-Farisi masih remaja.
Bertugas
menjaga api.
Agar api
menyala terus.
Ketika
Salman dalam perjalanan ke ladang.
Terdengar
suara kebaktian di gereja.
Salman tertarik belajar agama Kristen.
Orang Kristen berasal dari negeri Syam.
Datang
mengunjungi orang tua Salman.
Ayahnya
melarang bergaul dengan mereka.
Salman
Al-Farisi dikurung di rumah.
Salman Al-Farisi “minggat” dari rumah.
Mengikuti
rombongan pedagang Syam.
Kembali
ke negeri mereka.
Salman
Al-Farisi menempati “kompleks” gereja di Syam.
Sebagai pelayan jemaat gereja.
Bersama
seorang uskup.
Ternyata, uskup orang jahat.
Menyalahgunakan
jabatannya.
Memerintahkan
orang bersedekah.
Hasilnya,
untuk kekayaan pribadi uskup sendiri.
Uskup meninggal.
Masyarakat
akan melakukan “prosesi pemakaman”.
Salman
Al-Farisi membuka rahasia.
Uskup orang jahat.
Ditunjukkan
tempat tersembunyi.
Tempat
penyimpanan perhiasan.
Ditemukan
7 kotak emas dan perak.
Masyarakat
marah.
Mayat
uskup dilempari batu.
Mereka
menunjuk uskup baru.
Uskup baru orang baik.
Tekun beribadah.
Berbudi
pekerti luhur.
Uskup yang
baik meninggal.
Sebelumnya,
uskup memberikan rekomendasi.
Agar Salman
Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Al-Maushil.
Salman
Al-Farisi mendatanginya.
Menjelaskan
masalahnya.
Uskup di Al-Maushil bagus.
Sikap
dan perilkunya terpuji.
Uskup
meninggal.
Juga,
memberikan rekomendasi.
Agar Salman
Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Nashibin.
Uskup, orang yang baik.
Uskup Meninggal.
Sebelumnya,
memberikan saran agar menemui seorang uskup
di Ammuriyah, Romawi.
Salman Al-Farisi datang ke Romawi.
Menjumpai
uskup yang ditunjuk.
Salman
Al-Farisi memiliki sejumlah sapi dan kambing. Uskup meninggal dunia.
Sebelumnya,
uskup sudah berwasiat.
Akan
muncul “Nabi Baru”.
Membawa
ajaran agama Ibrahim.
Di negeri
Arab.
Uskup memberikan citri-ciri “topografi”.
Keadaan
muka bumi pada suatu kawasan atau daerah tertentu.
Lokasi
hijrah nabi baru.
Berada
di wilayah Arab.
Diapit
gunung berbatu hitam.
Banyak
ditumbuhi pohon kurma.
Uskup
berpesan, “Jika kamu sanggup, pergilah ke sana.”
Uskup menyampaikan tanda kenabian.
Ciri yang
tampak dari luar.
Yang
bisa dilihat dan disaksikan dengan indra manusia. Tanda khusus nabi baru.
Pertama,
dia tidak mau menerima sedekah.
Kedua,
dia mau menerima hadiah.
Ketiga,
terdapat “Stempel Kenabian”.
Berupa
“Benjolan Kecil” di punggung belakang.
Di
antara kedua bahunya.
Beberapa waktu kemudian.
Rombongan
pedagang dari Arab datang.
Salman
Al-Farisi menjumpai mereka.
Menyampaikan
maksudnya.
Rombongan
bersedia membawa ke negeri Arab.
Dengan
imbalan beberapa sapi dan kambing.
Rombongan pedagang Arab berbuat jahat.
Salman
Al-Farisi dijual sebagai budak.
Di
jual di pasar “perbudakan’.
Salman
Al-Farisi dibeli orang Madinah.
Di
Madinah banyak tumbuh pohon kurma.
Tetapi,
Salman Al-Farisi belum yakin itu wilayah nabi baru.
Salman Al-Farisi dibeli kaum Yahudi Bani Quraizah.
Dibawa
ke daerah Bani Quraizah di Madinah.
Salman
mulai yakin itu daerah yang dituju.
Seperti
yang disampaikan seorang uskup di Ammuriyah.
Nabi Muhammad masih berada di Mekah.
Salman
Al-Farisi bekerja sebagai budak.
Bekerja
untuk majikannya.
Nabi
hijrah dari Mekah ke Madinah.
Nabi
tiba di Quba.
Salman Al-Farisi berada di atas sebuah pohon
kurma.
Seseorang
berteriak kepada temannya, “Orang-orang sedang berkumpul di Quba.
Menyambut
kedatangan orang dari Mekah.
Mereka
mengatakan orang tersebut adalah nabi.”
Salman
Al-Farisi hampir terjatuh.
Medengar
teriakan orang tersebut.
Pertemuan pertama.
Sore hari.
Salman
Al-Farisi mendatangi Nabi di Quba.
Membawa
beberapa makanan.
Salman
Al-Farisi berkata, “Aku mendengar kabar. Engkau orang yang baik.
Engkau
memiliki sahabat yang membutuhkan bantuan. Aku membawa sedekah untuk kalian.”
Nabi
menerimanya.
Diberikan
kepada para sahabat.
Para
sahabat memakannya.
Nabi
tak ikut makan.
Salam Al-Farisi bergumam, “Ini merupakan bukti
pertama.
Nabi
tidak mau makan harta sedekah.”
Salman
Al-Farisi izin pulang.
Kembali
ke rumah majikan.
Pertemuan kedua. Nabi Muhammad pindah ke Madinah.
Salman
Al-Farisi mendatangi Nabi.
Membawa
beberapa makanan.
Salman
Al-Farisi berkata, “Saya melihat engkau tidak makan harta sedekah.
Saya
datang membawa hadiah untukmu.
Terimalah
hadiah khusus dariku untukmu.”
Nabi
menerimanya.
Nabi ikut makan hadiah itu bersama para
sahabat.
Salman
Al-Farisi bergumam,”Ini adalah bukti kedua. Nabi mau makan harta hadiah.”
Pertemuan ketiga.
Nabi
Muhammad mengantar jenazah sahabatnya.
Di
pemakamam Baqi, Madinah.
Nabi
duduk bersama para sahabat.
Salman
Al-Farisi memilih duduk di belakang Nabi.
Salman Al-Farisi ingin melihat punggung
Nabi.
Nabi
menyadarinya.
Nabi
melepaskan baju dari punggungnya.
Salman
Al-Farisi melihat “stempel” tanda kenabian.
Yang berada di antara punggung Nabi.
Seperti
yang disampaikan uskup di Ammuriyah.
Salman Al-Farisi menangis.
Mendekat
ke arah Nabi dan merangkulnya.
Nabi
bersabda, “Berbaliklah, menghadap kepadaku.
Ceritakan
semuanya.”
Salman
Al-Farisi bercerita riwayat hidupnya.
Kisah
perjalanannya mencari Nabi.
Berangkat
dari Persia, Iran hingga di Madinah, Arab Saudi.
Nabi
dan para sahabat mendengarkan.
Salman Al-Farisi kembali bekerja.
Sebagai
seorang budak.
Salman
Al-Farisi tak ikut Perang Badar, dan Perang Uhud.
Nabi bersabda,”Wahai Salman.
Tulislah
perjanjian dengan majikanmu.
Agar
kamu bebas.” Salman Al-Farisi menulis perjanjian dengan majikannya.
Supaya
terlepas dari “status” budak.
Dengan
menanam 300 pohon kurma, dan 40 ons emas.
Nabi bersabda, “Wahai para sahabat.
Bantulah saudaramu Salman. Untuk membebaskan dirinya.”
Semua
para sahabat membantu Salman.
Nabi
ikut menanam pohon kurma dengan tangan beliau sendiri.
Nabi
membawa emas sebesar telur ayam.
Seberat
40 ons diberikan kepada Salman.
Untuk
ongkos membayar kebebasan dirinya.
Salman Al-Farisi menjadi orang merdeka.
Terlibat
perang Khandaq. Salman Al-Farisi mengusulkan ide yang cemerlang.
Membuat
parit mengelilingi Madinah.
Untuk
menghambat pergerakan musuh.
Pasukan musuh frustasi.
Berjumlah
lebih banyak.
Tapi
hanya berputar-putar saja.
Tak
bisa masuk menyerang.
Pasukan
Islam hanya bertahan.
Pengepungan
berlangsung lebih dari sebulan.
Tidak
menghasilkan apa-apa.
Muncul angin topan.
Pasukan
kafir kocar-kacir.
Mereka
kembali ke tempat asal masing-masing.
Umat lslam
selamat.
Sejak
saat itu, Salman Al- Farisi selalu
terlibat dalam peperangan membela Islam.
Daftar
Pustaka
1. Al-Mubarakfury,
Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017.
0 comments:
Post a Comment