AYAT AL-QURAN SEPERTI
BERLIAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Ayat Al-Quran seperti
berlian.
Semakin banyak sudut pandang, semakin banyak sinar yang
ditampilkan.
Rasulullah adalah
mubayin.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad dari Allah melalui
malaikat Jibril.
Rasulullah berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan).
Nabi Muhammad menjelaskan kepada para sahabat tentang arti dan
kandungan Al-Quran, terutama ayat yang tidak dipahami para sahabat.
Keadaan ini berlangsung sampai Rasulullah wafat.
Meskipun penjelasan itu tidak semua kita ketahui.
Karena riwayatnya tidak sampai kepada kita.
Atau memang Nabi Muhammad tidak menjelaskan semua kandungan
Al-Quran.
Pada zaman Nabi Muhammad, para sahabat langsung menanyakan
masalah yang tidak jelas kepada beliau.
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat terpaksa
melakukan ijtihad, terutama yang punya kemampuan.
Misalnya: Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ubay bin Kaab, dan
Ibnu Masud.
Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli
agama untuk mencapai kesimpulan hukum agama Islam tentrang kasus yang solusinya
belum tertera dalam Al-Quran dan Hadis.
Hadis Israiliyat.
Sebagian sahabat bertanya tentang sejarah Rasulullah atau kisah
yang tercantum dalam Al-Quran kepada tokoh Ahli Kitab yang telah memeluk Islam.
Misalnya Abdullah bin Salam, Kaab Al-Ahbar, dan lainnya.
Hal ini adalah benih lahirnya hadis Israiliyat.
Kata “Israiliyat” arti harfiahnya “dari Israel”.
Hadis Israiliyat artinya hadis berasal dari tradisi
Yahudi-Kristen.
Hadis Israiliyat umumnya berupa berbagai cerita dan
tradisi Yahudi dan Kristiani yang memberi info dan interpretasi tambahan tentang
kejadian atau tokoh dalam kitab suci Yahudi.
Kelompok hadis
lsrailiyat.
Hadis Israiliyat dibagi 3 kategori.
1) Hadis yang dinilai
benar.
Karena wahyu dari Nabi Muhammad menegaskan
hadis itu.
2) Hadis yang dianggap
palsu.
Karena wahyu dari Nabi Muhammad menolak hadis itu.
3) Hadis yang belum jelas
benar atau salahnya.
Para tokoh tafsir generasi sahabat Nabi punya murid para tabiin.
Tabiin adalah penganut ajaran Nabi Muhammad generasi ke-2 setelah
para sahabat.
Tabiin adalah generasi setelah zaman Nabi Muhammad.
Sahabat ialah pemeluk Islam yang hidup sezaman dengan Nabi
Muhammad.
Tokoh tabiin.
Para tokoh tafsir pada kalangan tabiin (generasi sesudah Nabi
Muhammad).
Di Mekah: murid Ibnu Abbas yaitu Said bin Jubair, dan Mujahid
bin Jabr.
Di Madinah: murid Ubay bin Kaab yaitu Muhammad bin Kaab, dan
Zaid bin Aslam.
Di Irak: murid Abdullah bin Masud yaitu Al-Hasan Al-Bashriy, dan
Amir Al-Syabi
Perkembangan sejarah
tafsir Al-Quran.
1) Tafsir periode ke-1,
yang berakhir tahun 150 Masehi.
2) Tafsir periode ke-2,
yang dimulai tahun 150 Masehi.
Tafsir periode ke-1 adalah Tafsir bil Ma’tsur, yaitu gabungan 3
sumber:
1)
Penafsiran Rasulullah.
2)
Penafsiran para sahabat.
3)
Penafsiran tabiin.
Tafsir periode ke-2, (mulai tahun 150 Masehi).
1)
Pada periode ke-2 hadis beredar amat pesat.
2)
Bermunculan hadis palsu dan lemah di tengah masyarakat.
3)
Perubahan sosial semakin cepat, sehingga muncul masalah yang
belum pernah terjadi pada zaman Nabi Muhammad, para sahabat, dan para tabiin.
Pada awalnya, usaha penafsiran ayat-ayat Al-Quran
berdasar ijtihad masih terbatas dan terikat dengan kaidah bahasa serta arti
yang dikandung dalam satu kosakata.
Masyarakat terus berkembang dan bertambah pula porsi akal dalam
ijtihad penafsiran ayat AlQuran.
Sehingga bermunculan berbagai kitab dengan penafsiran yang
beraneka ragam coraknya.
Keragaman itu ditunjang oleh Al-Quran sendiri.
A-Quran bagai intan setiap sudutnya memancarkan sinar berbeda.
Semakin banyak orang memandang dari sudut berbeda, akan semakin
banyak kesan cahaya yang ditampilkan.
Al-Quran dapat memberi kemungkinan arti yang tidak terbatas.
Kesan yang diberi ayat Al-Quran tentang pemikiran dan penjelasan
pada tingkat wujud adalah mutlak.
Tetapi ayat-ayat Al-Quran selalu terbuka untuk interpretasi baru.
Karena ayat Al-Quran tidak bersifat tertutup dalam interpretasi
tunggal.
Beberapa corak penafsiran yang dikenal selama ini.
1) Corak sastra bahasa.
2) Corak filsafat dan teologi.
3) Corak penafsiran ilmiah.
4) Corak fiqih atau hukum.
5) Corak tasawuf.
6) Corak sastra budaya kemasyarakatan.
Corak sastra bahasa.
1) Corak ini timbul
akibat banyaknya orang non-Arab yang memeluk Islam.
2) Akibat kelemahan orang
Arab dalam bidang sastra.
3) Sehingga dirasakan perlu
menjelaskan keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-Quran dalam bidang
sastra.
Corak filsafat dan teologi.
1) Corak ini akibat
penerjemahan kitab filsafat yang mempengaruhi dan masuk Islamnya penganut agama
lain.
2) Dengan sadar atau
tidak umat Islam masih meyakini beberapa hal kepercayaan lama dan menimbulkan
pendapat berbeda dalam penafsiran mereka.
Corak penafsiran ilmiah.
1) Dengan kemajuan sains
dan teknologi yang terjadi.
2) Para penafsir berusaha
memahami ayat Al-Quran sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi.
Corak fiqih atau hukum.
1) Karena berkembangnya
ilmu fiqih dan terbentuknya mazhab fiqih.
2) Setiap mazhab berusaha
membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran mereka terhadap
ayat-ayat hukum.
Corak tasawuf.
1) Sebagai reaksi timbulnya
gerakan sufi sebagai reaksi kecenderungan berbagai pihak terhadap
materi.
2) Atau sebagai
kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan.
Corak sastra budaya kemasyarakatan.
1) Bermula pada masa
Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905 M).
2) Aneka corak mulai
berkurang.
3) Perhatian lebih banyak
tertuju kepada satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk ayat
Al-Quran berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat.
4) Berusaha mengatasi
masalah berdasarkan petunjuk ayat Al-Quran.
5) Dengan menampilkan
pedoman ayat Al-Quran dalam bahasa yang mudah dipahami dan indah didengarkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish.
Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish
Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit
Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish.
E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital,
Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,
5. Tafsirq.com
online.



