Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BUNUH DEMOKRASI BUKAN KAMUNIS ATAU KHILAFAH TAPI PEMIMPIN. Show all posts
Showing posts with label BUNUH DEMOKRASI BUKAN KAMUNIS ATAU KHILAFAH TAPI PEMIMPIN. Show all posts

Thursday, September 8, 2022

14826. PEMBUNUH DEMOKRASI BUKAN KOMUNIS ATAU KHILAFAH TAPI PEMIMPIN

 

 


 

PEMBUNUH DEMOKRASI  BUKAN KOMUNIS ATAU KHILAFAH TAPI PEMIMPIN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

How Democracies Die

 

Buku yang dibaca Gubernur Jakarta.

Anies Baswedan,.

Tiba-tiba viral.

  

Buku yang berjudul How Democracies Die.

 (Bagaimana Demokrasi Mati),.

Ditulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Terbitan Crown Pablishing.

New York, 2018.

 

 Buku itu menarasikan.

Demokrasi akan mati.

Di tangan para pemimpin.

Yang dipilih secara demokratis.

 

 Dalam bab pendahuluan.

Diceritakan bagaimana demokrasi bisa mati.

  

Dan pembunuhnya.

Bukan para tiran, dictator.

Apalagi khilafah dan sosialis.

  

Pembunuhnya.

Yaitu penguasa yang terpilih.

Dalam sistem demokrasi itu sendiri.

  

It is less dramatic but equally destructive

  

(Ini tidak terlalu dramatis.

Tapi sama-sama merusak).

Kata penulisnya.

 

Mereka membeberkan banyak contoh.

  

Mulai dari pemimpin terpilih di:

1.        Georgia.

2.        Hungaria.

 

3.        Nicaragua.

4.        Peru.

 

5.        Filipina.

6.        Polandia.

 

7.        Russia.

8.        Sri Lanka.

 

9.        Turki.

10.   Ukraina.

 

11.   Dan tentu saja AS sendiri.

  

Semua pemimpin tadi.

Membunuh demokrasi secara pelan.

  

Steven dan Daniel mengatakan.

Bahwa tidak semua pemimpin terpilih.

Punya track record represif dan otoriter.

  

Memang ada yang sejak awal tampak otoriter.

 

Tapi banyak juga.

Yang awalnya berwajah polos dan lugu.

  

Kemudian menjadi represif dan otoriter.

Setelah memimpin.

  

Steven dan Daniel.

Memberi semacam litmus test.

 

Yang bisa dipakai.

Agar tidak tertipu para pemimpin.

 Serigala tapi berbulu domba.

  

Mereka menyebutnya:

Four Key Indicators of Authoritarian Behavior

  

Ada 4 Indikator Kunci Perilaku Otoriter, yaitu:

 1.      Menolak sendi-sendi demokrasi.

 2.      Menolak adanya oposisi.

 

 3.      Mendorong adanya aksi kekerasan.

 4.      Membungkam kebebasan sipil.

 

Penjelasannya

 

1.      Penolakan (atau lemah komitmen) terhadap sendi-sendi demokrasi.

  

Di antara Parameternya:

 Apakah mereka suka mengubah-ubah UU ?

 

Apakah mereka melarang organisasi tertentu ?

  

Apakah mereka membatasi hak politik warga negara ?

  

Do they banning certain organizations, or restricting basic civil or political rights ?

  

2.      Penolakan terhadap legitimasi oposisi.

  

Di antara Parameternya:

 

Apakah mereka menyematkan lawan politik mereka.

Dengan sebutan subversif ?

  

Mengancam asas dan ideologi negara ?

  

Apakah mereka mengkriminalisasi lawan politik.

Dengan berbagai tuduhan.

Yang mengada-ada ?

 

 3.      Mendorong adanya aksi kekerasan.

 

Di antara parameternya:

 Apakah mereka punya hubungan.

Dengan semacam organisasi paramiliter.

 

Yang cenderung pakai kekerasan.

Dan main hakim sendiri ?

  

4.      Kesiagaan untuk membungkam kebebasan sipil.

 

Di antara parameternya:

  

Apakah mereka mendukung (atau membuat) UU membatasi kebebasan sipil.

 

Terutama hak-hak politik.

Dan menyampaikan pendapat ?

  

Apakah mereka melarang tema tertentu ?

  

Jika jawaban  semua test litmus di atas.

Adalah: “ya”.

Maka rezim itu.

Termasuk otoriter dan represif.

  

Lalu apa dampaknya ?

 

Menurut Steven dan Daniel.

Tindakan represif mereka akan :

 

1.      Membunuh demokrasi.

 2.      Mengakibatkan polarisasi dalam  masyarakat.

 

 3.      Kemungkinan terburuknya bisa terjadi perang sipil.

  

Steven dan Daniel.

Mengungkapkan kegelisahannya.

  

Meskipun dulu negara demokrasi.

Khususnya AS terbukti bisa bertahan menghadapi:

1.         Perang Sipil.

2.        The Great Depression.

 

3.        Perang Dingin.

4.        Watergate.

  

Mereka ragu kali ini AS masih bisa bertahan.

Menghadapi ancaman polarisasi.

Yang ekstrim dalam masyarakat.

  

How Democracies Die

 Penasaran dengan isi buku yang dibaca Pak Anies hari ini.

  

Saya membaca beberapa tulisan resensinya.

  

Buku itu isinya.

Tentang bagaimana demokrasi mati secara perlahan.

 

Salah satunya.

Karena terpilihnya pemimpin otoriter.

Serta penindasan total terhadap oposisi.

  

Buku karya Steve Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Menyoroti 3 pemimpin otoriter, yaitu:

 1.              Adolf Hitler.

2.              Hugo Chavez.

3.              Benito Mussolini.

  

Gaya kepemimpinan mereka.

Dinilai sama.

Yaitu menolak aturan main demokrasi.

Dalam  kata maupun perbuatan.

  

Tipe pemimpin ini juga menyangkal legitimasi lawan.

 

Dan pakai kekerasan dalam memimpin.

Serta membatasi kebebasan.

  

Tipe pemimpin semacam ini akan mudah:

1.        Membredel pers.

2.        Menahan para kritikus.

 

3.        Hingga mendeligitimasi panitia pemilu.

  

(Sumber FB)